Sehat Dulu, Investasi Kemudian..

Kini reksa dana bukan lagi menjadi produk investasi yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas saja. Minimum investasi yang semakin rendah membuka akses kepada investor dari segala kalangan untuk bisa ikut berinvestasi pada seluruh produk ini. Sampai-sampai ada masukan, bahkan tukang becakpun bisa berinvestasi asalkan mau menyisihkan uang rokoknya dalam 1 bulan. Meski demikian, sebelum berinvestasi seharusnya investor melakukan self assessment, apakah dia sudah siap untuk berinvestasi pada reksa dana?

Kesiapan untuk berinvestasi pada reksa dana tidak ditentukan oleh berapa besar uang yang dimiliki saat ini. Oleh karena itu, memiliki jumlah uang kas di atas saldo minimum investasi tidak menjadi suatu kepastian seseorang pasti siap menjadi investor reksa dana. Untuk menjadi investor reksa dana, seseorang harus “Sehat secara Keuangan”.

Definisi sehat secara keuangan tidak ditentukan dari seberapa banyak jumlah uang dimiliki seseorang. Tapi juga darimana asalnya, apakah dari hutang, pinjaman lain atau memang hasil tabungan? Gaji boleh besar, apakah pengeluaran juga besar pula? Untuk mengetahui apakah seseorang sehat secara finansial dapat dilakukan dengan melakukan Financial Check up.

Financial Check Up berbeda dengan profil risiko ataupun data kondisi keuangan yang anda isi pada saat formulir pembukaan rekening reksa dana. Profil risiko bertujuan untuk menunjukkan jenis reksa dana seperti apa yang cocok untuk anda, sementara data yang terdapat pada formulir pembukaan rekening hanya bersifat informasional saja.

Financial check up dilakukan dengan cara mengukur rasio-rasio keuangan seseorang, kemudian membandingkan rasio-rasio tersebut dengan suatu rasio standar. Apabila rasio keuangan pribadi orang tersebut sudah sama atau lebih baik dibandingkan dengan rasio standar, maka seseorang dikatakan “Sehat Secara Keuangan” dan siap untuk menjadi investor. Ada 4 rasio yang dipergunakan dalam financial check up antara lain :

1.       Rasio Hutang Konsumtif

Diperoleh dari Total Hutang Konsumtif / Total Pendapatan Bulanan

Yang termasuk dalam hutang konsumtif antara lain Hutang / Kredit Tanpa Agunan dan Hutang Kartu Kredit. Standar untuk rasio ini adalah 0%. Rasio ini menjadi rasio yang utama dalam menentukan seseorang sehat atau tidak. Jika seseorang sampai memiliki hutang konsumtif untuk alasan apapun, maka orang tersebut tidak sehat secara keuangan dan tidak layak untuk menjadi investor.

2.       Rasio Cicilan

Diperoleh dari Total Cicilan Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan

Yang termasuk total cicilan bulanan antara lain Cicilan KPR, Cicilan Motor, Cicilan Apartemen dan Cicilan lainnya. Total Pendapatan Tetap Bulanan adalah komponen pendapatan bulanan yang sifatnya tetap. Jika penghasilan seseorang terdiri dari Gaji yang Tetap dan Komisi yang variabel, maka hanya Gaji tetap yang dipergunakan. Standar untuk rasio ini adalah < 30%.

Poin dari rasio ini adalah bahwa orang yang memiliki hutang (yang bukan konsumtif) sebetulnya juga boleh menjadi investor investasi dan bisa dikatakan sehat secara keuangan. Batas rasio untuk bisa dikatakan sehat adalah di bawah 30%.

3.       Rasio Dana Darurat

Diperoleh dari Total Aset Likuid / Total Biaya Tetap Bulanan

Yang termasuk total aset likuid antara lain dana kas, tabungan, deposito, giro, dan reksa dana pasar uang. Total biaya tetap bulanan terdiri dari seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap setiap bulan seperti biaya sewa, iuran air listrik, cicilan-cicilan, biaya makan dan minum, uang sekolah anak dan biaya tetap lainnya yang tidak dapat dihemat lagi. Standar untuk rasio ini adalah 6 kali untuk lajang dan 12 kali untuk pasangan yang telah berkeluarga.

Situasi darurat tidak dapat diprediksi oleh setiap orang. Bayangkan, tiba-tiba anda membutuhkan dana besar karena ada kerabat yang mengalami musibah, pada saat yang sama seluruh uang anda ditempatkan di reksa dana saham. Dan kebetulan bursa saham sedang dalam periode rendah-rendahnya di tahun 2008. Dengan memiliki dana darurat yang cukup, investor akan terbebas dalam situasi dia harus mencairkan dananya pada saat situasi investasi sedang kurang baik.

4.       Rasio Biaya Terhadap Pendapatan

Diperoleh dari Total Biaya Tetap Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan

Standar untuk rasio ini adalah < 1. Rasio menyikapi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang sehat adalah gaya hidup dimana seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap dapat dicover dari pendapatan yang sifatnya tetap pula. Apabila memiliki rasio lebih dari 1, berarti gaya hidup anda terlalu “tinggi” dan perlu dilakukan penyesuaian. Caranya bisa dengan mengubah pendapatan variabel menjadi pendapatan tetap, seperti meminta kenaikan gaji. Atau berusaha berhemat dengan menurunkan pengeluaran yang sifatnya tetap.

Rasio Kesehatan Keuangan Untuk Financial Check Up

Keterangan :

Hutang Konsumtif           = Hutang KTA dan Hutang Kartu Kredit

Cicilan Bulanan                  = Cicilan Kartu Kredit, Kredit Rumah, Kredit Kendaraan

Aset Likuid                          = Tabungan, Giro, Deposito, Reksa Dana Pasar Uang

Investasi reksa dana bukan merupakan investasi yang memberikan jaminan kepastian hasil. Ada risiko naik turunnya harga yang harus dipahami dan akan dihadapi oleh investor. Pada saat menghadapi ketidakpastian harga, penting sekali bagi investor untuk mengambil keputusan dengan tenang. Jika investor berada dalam kondisi kesehatan keuangan yang tidak baik, maka terdapat kemungkinan investor mengambil keputusan yang salah. Sebagai ilustrasi, misalnya investor dihadapkan pada kondisi harga saham yang sedang turun, pada saat yang sama, dia terpaksa menjual reksa dana tersebut karena kekurangan dana untuk membayar total cicilan kartu kreditnya yang sudah jatuh tempo.

Financial check up perlu dilakukan secara periodik paling tidak 6 bulan sekali. Selain itu, pada saat investor akan mengambil keputusan keuangan yang sifatnya penting seperti mengambil KPR, KTA, pengeluaran dalam jumlah yang besar Liburan jauh, pernikahan, biaya rumah sakit. Financial check up sebaiknya dilakukan sebelum keputusan keuangan tersebut diambil. Jika kebutuhan bersifat urgent sehingga tidak ada pilihan lain, review dilakukan setelah keputusan tersebut di ambil sambil mencari cara untuk memperbaiki kondisi keuangan agar sehat kembali.

Kesiapan investasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, jangan pula terbuai untuk berinvestasi hanya karena iming-iming reksa dana tersebut memberikan return yang tinggi di masa lalu. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin menjadi calon investor reksa dana..

Meminjam pepatah

Berakit-rakit Ke Hulu, Berenang-renang Ke Tepian

Bikin Sehat Keuangan Dulu, Investasi Reksa Dana Kemudian

Penyebutan produk investasi di atas (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis.

“Melakukan copy & paste artikel berita ini dan atau mendistribusikan ulang melalui situs atau blog Anda tanpa izin tertulis adalah melanggar Hak Cipta / Copyright ©”

144 thoughts on “Sehat Dulu, Investasi Kemudian..

  1. Salam Pak Rudi,
    Nama sya Tri Sulaksono usia 22
    Saya karyawan swasta dgn gaji sekitar 3.5 jt…
    Rincian bulanan saya adalah
    1 Biaya Hidup (fleksibel menyesuaikan isi dompet) 🙂
    2 Bantu orang tua 450
    3 Biaya Kuliah 500
    4 Potongan DPLK 250
    5 Reksadana ( berusaha menyisihkan )
    Sya memiliki sedikit tabungan dan deposito, Seandainya saya ingin memiliki KPR rumah apa dengan rincian seperti itu memungkinkan untuk cicilan dengan tab dan deposito saya sebagai DP nya

    Salam Tri Sulaksono

    Like

    1. Pagi Pak Tri,

      Anda masih sangat muda sekali dan menurut saya fokus anda saat ini sebaiknya di meningkatkan pendapatan melalui peningkatan karir atau pengembangan diri. Dari penghasilan yang meningkat tersebut, sebagian uang kamu sisihkan dan nanti baru kamu sesuaikan dengan harga rumah yang mau dibeli. Kalau di tempat seperti Jakarta, mau rumah / apartemen harga ratusan juta di pinggiran sampai puluhan M di pusat kota itu ada. Tinggal disesuaikan dengan kemampuan keuangan anda saja.

      Semoga bermanfaat.

      Like

  2. Rudiyanto :
    @Tony
    Salam Pak Tony,

    Jadi, jika anda bertanya mengenai pandangan saya. Pilihlah opsi yang tidak akan kamu sesali 5, 10, 15 tahun dari sekarang. Mungkin itu bukan jalan yang paling membuat kamu kaya, tapi paling tidak kamu menjadi “hidup” ketika melakukannya.
    Terima kasih

    Pak Rudy, kata kata bapak diatas selalu akan saya ingat.
    Memang dalam satu terakhir ini saya terlalu berpikir bagaimana mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan peningkatan kualitas diri.
    Sekarang saya sudah mulai persiapan untuk S2 dan mengikuti forum-forum internasional.

    Semoga suatu hari saya bisa bertemu bapak dan bertukar pikiran 🙂

    Like

  3. Pak Rudi,
    Saya ingin menanggapi tabel di atas. Rasio Dana Darurat kok dibandingkan ke Pendapatan Tetap Bulanan? Apakah bukan dibandiungkan dengan Pengeluaran Tetap Bulanan (biaya hidup)? Bisa jadi pendapatan seseorang besar tapi pengeluarannya kecil.

    Like

  4. @Firman
    Salam Pak Firman,

    Sebetulnya tidak masalah mau menggunakan pendapatan atau pengeluaran. Pada prinsipnya begitu orang kehilangan penghasilan, maka dia masih bisa survive setidaknya 6 bulan ke depan sampai dia menemukan pekerjaan dengan standar yang sama.

    Jika anda lebih nyaman menggunakan biaya hidup, maka menggunakan patokan tersebut tidak apa2.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  5. pak Rudi
    saya karyawan suwasta,.. umur 37 th,.. gaji saya 3,7jt / bulan
    istri karyawan medis umur 38th.. gaji 3,5jt/ bulan
    kami tinggal di jogja, alhamdulillah kami sudah punya rumah, mobil dan 2 orang anak,
    anak 1: 9th, anak2: 2.5th
    anak 1 sudah saya ikutkan asuransi biaya pendidikan
    biaya hidup sehari-hari bisa terpenuhi dengan gaji istri, sehingga saya bisa menyisihkan uang dari gaji saya /bulan 3jt.
    kami jga sudah berinvestasi dengan beli sepetak tanah,.. dan kebetulan masih punya sisa tabungan 70jt.
    mohon saran, dengan kondisi sprt ini apakah sudah layak saya berinvestasi reksadana untuk masa depan ( biaya kuliah anak, dan pensiun kami) karena saya tertarik untuk berinvestasi, tetapi masih buta sama sekali, atau langkah apa yang harus saya lakukan untuk masa depan anak2 kami .
    terimakasih sekalI kami haturkan atas saran dan bimbingan bapak, untuk masa depan anak2 kami
    SALAM KEBAHAGIAAN ANAK.

    Like

  6. @gigin
    Salam Pak Gigin,

    Terus terang saja kondisi keuangan anda (meskipun keempat rasio di atas belum anda sebutkan) saya yakin sudah luar biasa. Sebab orang Jakarta yang gajinya dua kali lipat dari gabungan pendapatan di atas sekalipun, jangankan untuk punya rumah, mobil dan tanggungan 2 anak. Untuk sekedar punya tabungan 70 juta saja sulitnya sudah bukan main. Kalau hutang sampai 70 juta saya percaya ada banyak.

    Yang bisa saya sarankan untuk keluarga anda :
    1. Hitung 4 rasio di atas dan pastikan indikatornya sehat.
    2. Kalau sudah sehat baru lakukan investasi dengan membuat tujuan keuangan terlebih dahulu.
    Cara membuatnya bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/05/07/seni-menyusun-tujuan-investasi-dengan-prinsip-smart/ atau bisa juga di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/10/3-langkah-menjadi-investor-reksa-dana-bagi-pemula/
    3. Segera hubungi cabang / agen penjual reksa dana terdekat.

    Semoga tujuan anda tercapai dan keluarga anda bahagia. Terima kasih

    Like

  7. Pak rudi

    saya 35 thn, bekerja di luar negri. penghasilan stlh dipotong biaya hidup sbsar 20 jt. kntrak saya insya Allah 2 thn lg hbs, dan saya tidak mau diperpanjang. saat ini saya pnya toko 2 kecil2, usaha knveksi kecil jg, tanah, dan tabungan 140 jt. kira2 utk mslh keuangan gmn pak?

    Like

  8. salam kenal pak rudi.
    saya mau minta saran. saya punya cicilan rumah flat 2th. bulan mei nanti flat habis dan bulan berikutnya akan mengikuti suku bunga sampai 13 th kmdn (saya ikut KPR 15th). saat ini kami sedang menabung,rencana awal untuk mengurangi pokok hutang di bulan mei-juni nanti seteah flat habis. namun sekarang mobil kami agak bermasalah jadi malah punya rencana lain ganti mobil dari uang tabungan tersebut.
    bagaimana menurut bapak, uang tabungan sebaiknya tetap digunakan untuk mengurangi pokok atau bisa untuk ganti mobil? terimakasih

    Like

  9. @yani
    Salam kenal Ibu Yani,

    Kalau saya jadi anda, saya akan memilih untuk mengurangi pokok rumah karena bunga KPR di Indonesia itu sangat tinggi. Katakan anda kredit rumah Rp 1 M, sampai lunas, mungkin total yang anda bayarkan sudah lebih dari Rp 2 M. Artinya bunga bank itu sendiri sudah sama dengan harga rumah yang anda beli.

    Dengan mengurangi pokok, bunga akan semakin kecil sehingga anda bisa menghemat biaya bunga bank. Jika dilakukan secara konsisten, bukan tidak mungkin penghematannya bisa sampai ratusan juga.

    Jumlah uang yang dihemat tersebut sudah bisa dapat 1 mobil lagi. Untuk apa mobilnya diganti kalau masih bagus?

    Semoga bermanfaat.

    Like

  10. salam kenal pak rudi,
    saya saat ini amat sangat butuh saran, tolong dibantu ya pak.
    saya seorang single parent 36 tahun dgn 2 org anak, yg pertama 8 tahun dan yg kedua baru 1,8 tahun.
    gaji saya 4,5 jt. tapi blm sampai akhir bulan sudah ludes. dan saya sama sekali blm punya tabungan untuk kedepannya. tiap bulan pasti saya seperti gali lobang tutup lobang.
    bagaimana untuk mengatur prosentase gaji saya pak? kedepannya saya mau buat tabungan pendidikan untuk anak2 saya dan saya sendiri (dana pensiun).
    saya juga ingin melakukan investasi supaya ada pemasukan bulanan. investasi apakah yg baik? reksadana? atau apa?
    saat ini sungguh tidak sehat kondisi keuangan saya,tolong ya pak. supaya sehat dan bisa nabung untuk anak2 saya.
    terima kasih pak sebelumnya

    Like

  11. @marley
    Salam Pak Marley,

    Saya turut prihatin dengan kondisi keuangan anda.
    Dalam kondisi demikian, biasanya seorang financial planner akan melakukan evaluasi total terhadap kondisi keuangan anda. Karena saya tidak mengetahui secara detail, garis besar yang bisa saya sarankan mungkin sebagai berikut :

    1. Evaluasi semua pengeluaran anda, yang tidak perlu seperti rokok, hang out dengan teman, dll bisa dikurangi semuanya

    2. Pertimbangkan untuk mencari pekerjaan sampingan atau berbisnis tanpa mengganggu pekerjaan utama anda

    3. Kalau pekerjaan anda berbasis sales, lakukanlah dengan baik sehingga akan mendapatkan komisi yang lebih besar. Jika tidak memungkinkan carilah opsi pekerjaan lain yang memberikan penghasilan lebih baik.

    4. Pertimbangkan untuk menyekolahkan anak di sekolah negeri yang biayanya lebih murah atau disubsidi pemerintah.

    5. Jika anda sedang menyicil rumah, saran saya rumah tersebut bisa anda jual dan hasilnya digunakan untuk sewa rumah / apartemen yang biayanya lebih ringan sampai kondisi ekonomi anda membaik

    6. Amal, Ibadah dan Usaha adalah wajib. Jangan pernah berhenti.

    7. Kalau anda kesulitan untuk mencari motivasi, bisa sering-sering baca buku motivasi. Kalau masih belum sanggup beli, bisa baca gratis dulu di toko buku Gramedia. Anda bisa membalasnya nanti ketika kondisi ekonomi anda sudah lebih baik.

    8. Perihal investasi reksa dana, baru anda pikirkan setelah kondisi ekonomi anda membaik. Acuannya, anda sudah tidak gali lobang tutup lobang, tapi hutang lunas dan ada kelebihan setiap bulannya.

    Sedikit berbagi pengalaman, karena krisis ekonomi pada tahun 97-98, keluarga saya pernah mengalami kebangkrutan. Pada saat itu, saya masih SMP dan kedua adik saya masih kecil. Sebelum krisis, keluarga saya cukup berada. Bahkan bisa dibilang cukup kaya. Setelah krisis, terlilit hutang, anak masih kecil 1 sekolah 2 Balita, penghasilan 0.

    Segala macam bisnis dicoba orang tua saya, mulai dari jualan es, jualan donat, ternak udang, dan buka toko sembako dicoba. Saya ingat ketika SMA, saya sempat jualan donat, jadi tukang antar barang dengan menggunakan motor yang ada keranjang di kiri kanan, sampai jadi tukang angkat beras di gudang. Berkat berbagai usaha, proses jatuh bangun dan dukungan dari sanak saudara, akhirnya saya berhasil menamatkan kuliah dan berkarir di Jakarta.

    Meski kondisi saat ini masih belum bisa dibilang kaya, pada dasarnya sudah berkecukupan. Yang namanya hidup itu memang ibarat seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.

    Tidak ada yang pasti. Dari situ saya belajar, ketika di bawah jangan terlalu down, sebab potensi kita di masa depan tidak terbatas. Dan ketika di atas, jangan terlalu sombong. Kamu bisa jatuh kapan saja dimana saja, you never know.

    Demikian saran saya pak Marley, semoga anda bisa secepatnya keluar dari kesulitan ini.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  12. Salam kenal Pak Rudi,
    Saya senang sekali dapat menemukan blog ini. Keuangan saya perlu ditata, namun saya bingung mulainya bagaimana. Mohon bantuannya, Pak.

    Saya belum menikah dan berusia 33 tahun, bekerja sebagai seorang PNS fungsional di daerah dan juga punya kerja sambilan sebagai guru dan penerjemah.
    Gaji (sebagai PNS) : 5 jt, namun dipotong karena kredit membantu orang tua membangun rumah, bersisa 3 juta per bulannya.
    Gaji (di luar PNS) : 300-700 ribu per bulan
    Pengeluaran : 2,5-3 juta
    Saya punya kartu kredit sejak saya bekerja di swasta sampai dengan sekarang.
    Belum punya asuransi sama sekali. Tinggal di rumah orang tua.
    Aset yang dimiliki cuma sebidang tanah 20x100m2 (an. saya sendiri) yang saya beli dari menabung uang honor, uang makan dan dari perjalanan dinas, kemudian juga ada ruko kecil depan rumah (rumah saya dalam komplek perumahan yang agak jauh dari jalan ramai)

    Harapan saya:
    – bisa menjaga kedua orang tua saya dan memberikan pelayanan kesehatan terbaik buat mereka
    – saya sudah memiliki pasangan dan berencana menikah dalam 2 atau 3 tahun ini
    – dalam waktu 5-10 tahun dapat melanjutkan S2 karena merupakan syarat kenaikan pangkat di kemudian hari
    – membangun usaha kos2an atau perumahan tipe kecil dalam waktu 10 tahun ke depan (karena memiliki sebidang tanah)
    – memiliki usaha rumah makan dalam waktu 10 tahun ke depan

    Kendala:
    – saya punya banyak ide namun kewalahan mengaturnya; saya bekerja kantoran/ngajar dari 7 pagi- 4 sore, dan lanjut lagi jam 7 – 9 malam
    – saya tipe perencana tapi tidak berbakat marketing
    – ibu saya sudah tercover askes dan ada taspen, namun ayah saya (usia 61 tahun) sudah tidak bekerja sejak lama dan tidak tercover asuransi apa pun

    Mohon bantuannya harus mulai dari mana dan bagaimana.
    Terima kasih.
    Salam,

    Like

  13. Pak Rudi, mohon maaf saya perlu menambahkan juga untuk yang tadi:

    Untuk hutang, saya punya hutang kartu kredit yang akhirnya harus saya cicil dengan biaya minimum. Kadang kalo kepepet, kartu kredit mau tidak mau harus saya pakai.

    Aset tanah: masih perlu biaya siring dll dan saya sudah habis tabungan di pembelian awal (tanah saya beli dengan sistem cicil dan sudah lunas)
    Aset toko : masih kosong dan perlu biaya rolling door

    Singkatnya biaya yang harus saya tanggung ke depannya cukup banyak, namun pendapatan saya masih kecil dan apa yang harus saya kurangi dan prioritas bagaimana yang harus dilakukan sehingga keuangan saya sehat.

    Terima kasih

    Like

  14. @Angie
    Salam Ibu Angie,

    Terima kasih untuk informasinya yang komprehensif dan tujuan yang sudah SMART.

    Biasanya saya juga meminta orang untuk melengkapi data 4 rasio di atas, tapi it is ok, saya bisa coba analisa secara singkat :

    1. Coba cari cara untuk melunasi total hutang kartu kredit. Selama kamu bayar minimum, bunganya akan lebih besar dari pokok hutang!!

    2. Apakah anda sendiri sudah terasuransi ?

    3. Untuk Ayah, untungnya saat ini sudah ada BPJS Kesehatan. Tinggal urusan kita saja apakah mau membayar ketika (amit-amit) sudah sakit atau mulai bayarnya dari sekarang alias masih sehat. Sebab usia beliau jika mengikuti asuransi komersial pasti kemungkinan besar di tolak atau mahal.

    4. Untuk melengkapi unsur SMART dari tujuan keuangan kamu. Bisa tolong lengkap unsur M – Measurable.
    – Biaya nikah = Rp xx juta 3 tahun lagi
    – Biaya S2 = Rp xx juta 5 tahun lagi
    – Biaya bangun kos2an = Rp xx juta 10 tahun lagi
    – Biaya bangun rumah makan = Rp xx juta 10 tahun lagi

    5. Marketing bukan soal bakat, tapi kemauan. Dan menurut saya gabungan penghasilan antara kamu dengan pasangan setelah menikah tentunya haruslah minimal Rp 12 juta. Jika kurang dari itu, mau diapakan pun, rasa-rasanya agak sulit untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Setelah itu coba usahakan pengeluaran sehari-hari itu maks 50% sehingga sisanya bisa digunakan untuk mencicil aset entah itu cicilan KPR ataupun investasi reksa dana.

    6. Permasalahan kamu bukan di besarnya pengeluaran tapi mohon maaf di pendapatan yang belum besar. Jadi jika karir dan penghasilan di tempat kamu sekarang sudah stuck maka kamu bisa pertimbangkan untuk mencari karir di tempat lain atau mencari usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatan. Kalau dari jam kerja kelihatannya kamu sudah cukup bekerja keras, tapi kelihatan belum cukup SMART sehingga hasil dari kerja keras tersebut belum maksimal.

    Atau mungkin saja sebetulnya penghasilan yang sifatnya variabel seperti tunjangan makan, honor, uang dinas dan lain2 itu sebetulnya cukup besar dan sudah hampir seperti gaji tapi tidak kamu informasikan disini. Jika komponen ini cukup besar dan stabil, usaha kamu untuk naik pangkat menurut saya sudah bijaksana.

    Jangan lupa juga, ketika kamu sudah menikah berarti Aset Suami = Aset Istri, Pendapatan Suami = Pendapatan Istri, Aset dan Pendapatan Istri = Tetap punya Istri. Jika pilihannya sudah mantap, kondisi calon suami juga perlu dimasukkan dalam perencanaan.

    Demikian dari saya, semoga bermanfaat.

    Like

  15. Salam kenal Pak Rudi,
    Saya baru saja lulus sarjana berusia 22. Alhamdulillah telah diterima bekerja dgn gaji 6jt/bulan (baru mulai agustus). Selama mnjd mhsswa, saya tidak pandai menabung hingga akhirnya tidak punya tabungan sama sekali skrg. (Alhamdulillah tp tidak punya hutang ke org lain)

    Saya mau berubah dan sudah merencanakan bbrp tujuan keuangan saya nantinya, agar tdk bertindak ceroboh lagi.

    Asumsi pengluaran.:
    Kos di jkt 1.4jt, makan dan transportasi (tdk punya kendaraan pribadi) 1.5jt, , lifestyle (asumsi nonton bioskop atau jalan2 tiap weekend) 400rb, amal 150rb
    Total pengeluaran 3.45jt/bulan

    Sbb berdaaarkan prioritas saya :
    1. Dana darurat.
    Krn masih single, rencnaa saya menyiapkan 3x pendapatan, berarti 18 juta. Rencana dlm waktu 1 tahun sdh terkumpul. Menggunakan RD Pasar uang dg return 7% krn jangka waktunya yg pendek. Tiap bulan berarti harus menyisihkan sekitar 1.5jt
    2. Askes telah dicover perushaaan dgn bpjs. Saya mmg belum tahu rincian coveragenya tapi krn saya bukan tipe yg harus eksklusif, sehingga saya rasa bpjs tersebut sudah cukup, tidak perlu menambah askes.
    3. Saya berencana menikah 4 tahun lagi dan bertekad membiayai sendiri pernikahan dgn biaya 150jt (present value). Dengan inflasi kurleb 8%, kira2 biaya menjadi 205jt. Rencana menggunakan RD Campuran dg return 12% krn jangka waktu yg cukup lama ttpi profil moderat. Tiap bulan berarti harus menyisihkan sekitar 3.4 jt.
    Tapi kenyataannya, gaji saya dikurangi pengluaran (3.45jt) dan tabungan utk dana darurat (1.5jt) hanya bersisa 1.05jt tiap bulannya utk tabungan menikah. Stlh setahun menabung DD, invest menikah bs dinaikan menjadi 2.55jt. Jelas harus pasrah dan realistis, mengandalkan bonus dan usaha online modal minim yg sbntr lagi saya release (semoga berjalan dg baik)

    Sebenarnya masih banyak cita2 finansial saya, (spt memiliki kendaraan pribadi dan berkpr ria melihat makin naiknya harga rumah skrg) tetapi dgn kondisi pendapatan dan rencana tabungan diatas, saya rasa saya baru bisa meniti investasi lain utk tujuan lain setelah saya menikah 4 tahun lagi.

    Yg ingin saya tanyakan :
    1. Apakah menurut Bapak rencana saya diatas sudah baik?
    2. Utk menabung DD, apakah sudah benar sy memilih RD PU? Atau boleh memilih RD PT? Returnnya beti2 sih hehe
    3. Apakah lebih baik saya menunggu menikah dahulu baru memikirkan mimpi saya memiliki mobil dan rumah sendiri?
    4. Berapa rekening yg harus saya punya, agar pengeluaran, tabungan dan investasi bisa berjalan sesuai pos2nya? Mohon saran mengatur keuangan yg baik utk single hehe. Jadi saya tidak kecolongan dari gaji kedua pun (gaji pertama saya selain pengeluaran, ingin saya dedikasikan utk keluarga)

    Atas balasan dan kebaikan hati Bapak membagi ilmu, saya ucapkan terima kasih 🙂

    Like

  16. @Fani
    Selamat Sore Ibu Fani,

    Terima kasih atas sharingnya yang lengkap dan komprehensif.

    Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat karena gaji anda termasuk relatif tinggi jika dibandingkan orang seusia anda. Dengan asumsi itu gaji net, berarti gaji gross anda mungkin sekitar 6.5 jutaan. Bahkan lulusan S-2 luar negeripun belum tentu bisa memperoleh gaji seperti ini di pekerjaan pertamanya.

    Dan selamat juga, pada usia yang demikian muda, anda sudah punya pikiran menyiapkan masa depan. Bukan hanya menyiapkan, actually anda bahkan sudah membuat perencanaan keuangan yang disertai dengan tindakan nyata.

    Komentar saya:
    1. Sudah luar biasa.

    Ada sedikit masukan dari saya mengenai dana darurat. Dari nilai gaji pertama anda, saya berasumsi anda bekerja di perusahaan yang cukup bonafit. Namanya perusahaan yang bonafit, biasanya gaji dalam 1 tahun tidak hanya 12 kali tapi bisa minimal 14x dengan asumsi 1 kali THR dan 1 kali bonus. Angka tersebut bisa saja lebih besar karena nilai bonus bisa lebih dari 1 kali gaji.

    Jadi dengan menyisihkan bonus dan THR anda, mudah2an dalam 1 tahun anda sudah bisa mengumpulkan dana darurat. Jadi keseluruhan dana anda bisa disiapkan untuk membiayai rencana pernikahan.

    Masukan saya mengenai rencana pernikahan, ingat itu adalah komitmen seumur hidup. Anda bisa mengumpulkan dana untuk rencana pernikahan “seandainya” dipakai 4 tahun lagi, tapi bukan berarti harus menikah di usia tersebut kalau belum menemukan calon yang pas. Tidak apa2, duitnya disiapkan dulu.

    Lagipula kan bisa minta calon suami anda yang bayar. Mengapa harus anda tanggung sendiri? Ingat salah satu prinsip dalam kehidupan keluarga adalah workshop. Suami work, istri shop. Tentang uang, berlaku uang milik suami = uang milik istri, dan uang milik istri = miliknya sendiri.

    Untuk biaya pernikahan juga bisa disiasati dengan mengundang orang yang tepat, seperti para bos2 di kantor dan rekanannya. Bisa jadi, biaya pernikahan malah tertutup dari angpao tamu undangan.

    Dengan melakukan 2 hal di atas, sebenarnya persiapan anda mulai dari sekarang adalah menyiapkan tujuan yang benar-benar penting yaitu memiliki rumah dan mobil. Mobil menurut saya itu relatif, tapi kalau merasa dibutuhkan ya silakan.

    Asal tahu saja, biaya untuk punya mobil di Jakarta dalam 1 bulan itu minimal 1.5 juta untuk tol, bensin dan parkir. Itupun dengan catatan tinggalnya ga terlalu jauh, tapi kalau sudah alamatnya jauh, angka ini bisa dikalikan 2. Belum lagi biaya asuransi dan pengeluaran tambahan yang muncul karena begitu orang punya mobil jadi pada jalan-jalan kemana2.

    Melihat harga rumah yang relatif mahal sekarang, seharusnya fokus anda adalah ke rumah atau apartemen. Tidak punya mobil bisa disiasati dengan membeli apartemen yang dekat dengan kantor. Saya menduga biaya kos anda yang termasuk cukup tinggi itu karena anda kost dengan daerah kantor bukan? Jadi prinsip yang sama sebenarnya juga bisa berlaku.

    Untuk perencanaan rumah / apartemen, tidak perlu terlalu muluk2 untuk bisa bayar lunas. Cukup untuk bisa bayar DP + pajak dan biaya2 lainnya yang besarannya sekitar 40% dari harga rumah.

    2. Untuk dana darurat, nilainya bisa lebih dari 3 bulan dengan syarat, misalkan anda target 6 bulan maka 3 bulan pertama berupa dana di ATM yang bisa ditarik kapan saja dan sisanya baru di reksa dana pasar uang, deposito,, atau reksa dana pendapatan tetap. Asumsi return yang wajar untuk RDPU adalah 5-6%. Utk pendapatan tetap antara 7-10%.

    3. Sudah saya jawab di komentar 1.

    4. Cara untuk mengatur pos pengeluaran tidak harus dengan banyak rekening. Tapi setidaknya rekening untuk pendapatan anda dari pekerjaan sehari-hari harus dibedakan dengan rekening anda yang menampung pendapatan dari usaha sampingan.

    Untuk pengeluaran, saya dan istri saya menerapkan dengan cara amplop. Jadi sejumlah uang dimasukkan dalam beberapa amplop sesuai peruntukkanya seperti contoh di atas 150rb ke amplop zakat, 1,5 juta ke amplop groceries,400rb ke amplop lifestyle dan 1,4 juta langsung bayar ke pemilik kos. Jadi prinsipnya ketika uang dipakai, maka diambil dari amplop sesuai peruntukkannya. Begitu menunjukkan tanda-tanda menipis padahal akhir bulan masih jauh, maka berarti pengeluarannya yang harus dikontrol. Tapi jika selalu tidak cukup, mungkin sedikit kekecilan sehingga perlu anda tambah.

    Untuk mengatur keuangan pribadi, berdasarkan pengalaman hidup saya adalah jangan punya kartu kredit. Jika pekerjaan anda adalah mengharuskan anda harus sering keluar kota dan memerlukan kartu kredit, maka cukup 1 saja, tapi dengan catatan hanya untuk keperluan kantor.

    Begitu anda punya kartu kredit karena tergiur dengan tawaran2 diskon dan cicilan nol persen, saya yakin 110% bahwa pengeluaran anda tidak akan seperti yang diharapkan. Bila perlu memang ada barang yang ingin dibeli dan opsi kartu kredit lebih murah, usahakan pinjam dan langsung bayar lunas.

    Demikian, semoga bermanfaat untuk perencanaan keuangan pribadinya.

    Like

  17. Salam kenal Pak Rudi,
    saya sangat senang menemukan artikel ini di blog bapak. Saya sangat berharap bapak memberikan pendapat mengenai keuangan saya.

    Saya berusia 23 th saat ini, bekerja di perusahaan BUMN dengan penghasilan 6jt/bulan (namun baru mulai Agustus 2015). Sebelumnya saya dalam masa OJT selama 6 bulan penghasilan 3 jt & telah menyisihkan 500rb/bulan, sehingga simpanan saya saat ini kurleb 3 jt (untuk dana cadangan). Saya tidak memiliki hutang, cicilan maupun kartu kredit.
    Untuk asuransi kesehatan ditanggung perusahaan dengan BPJS.

    pengeluaran per bulan: makan, transport, dll Rp. 1,5jt. Utk Keluarga+amal Rp. 1jt. Total 2.5jt.
    penempatan kerja di sby, biaya hidup di saya lebih murah dibanding di Jkt.

    rencana keuangan saya:
    1. Saya ingin menambah dana cadangan saya, dengan deposito, emas, atau reksa dana. tetapi belum yakin menentukan investasi yang mana.
    2. Saya berniat menikah dengan pasangan 1 th lagi, dengan asumsi biaya pernikahan ditanggung berdua, masing2 50 jt.
    3. Saya ingin memiliki rumah & mobil.

    Yang saya tanyakan:
    1. bagaimana mengatur keuangan saya agar tidak amburadul pak?
    2. apakah cukup dengan waktu 1 th mengumpulkan 50jt untuk tabungan menikah, tanpa bantuan investasi ato lainnya?
    3. jika investasi, apa yg sekiranya bisa menjanjikan return yg maksimal? karena pasangan tidak setuju jika biaya menikah adalah biaya pinjaman, syukur2 kalo dapat sumbangan dari orang tua.

    Atas bantuan bapak saya ucapkan terimakasih banyak.

    Like

  18. @Adel
    Salam kenal ibu Adel,

    Terima kasih telah membaca blog ini.

    Mengenai gaji, terus terang saya kaget karena standar untuk karyawan baru cukup tinggi. Tapi ini tanda-tanda yang bagus untuk perekonomian Indonesia.

    Terkait pertanyaan anda :
    1. Ke toko buku gramedia dan beli buku yang berkaitan dengan pengelolaan uang. Bisa karangan Prita Hapsari, Eko Endarto, atau financial planner lainnya. Setahu saya ada cukup banyak.

    Kalau menurut saya inti dari perencanaan keuangan adalah anggaran. Kamu bisa buat anggaran dan eksekusi dengan baik sehingga tetap cukup hingga akhir bulan.

    2. Katakan gaji 6 juta, pengeluaran 2.5 juta jadi ada sisa 3.5 juta. Disimpan satu tahun berarti kali 12 = 42 juta. Tambahkan dengan THR 6 juta = 48 juta. Syukur2 kalau ada bonus atau komisi, maka dengan taruh di bawah bantal saja menurut saya bisa tercukupi.

    3. Investasi harus disesuaikan dengan tujuan keuangan. Untuk lebih detailnya bisa baca http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2015/03/31/060700426/Memilih.Reksa.Dana.Sesuai.Tujuan.Investasi dan http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2015/04/21/perencanaan-investasi-dengan-reksa-dana-do-it-yourself/

    Semoga bermanfaat

    Like

  19. Yth, pa rudi

    Sy usia 39 thn sdh berkeluarga anak 2 yg pertama kelas 2 sd yg kedua blm sekolah usia 2 thn.
    Sy wiraswasta omset sy 300 rb- 500 rb rupiah.
    Sdh punya rmh sendiri hutang alhamdulillah tdk ada begitu jg yg lainnya.
    Sy punya tabungan 14 jt rupiah.
    Sy tertarik dngn reksadana untuk biaya kuliah anak sy yg pertama sekitar 5/6 thn kedepan.
    Reksadana apa yg tepat untuk sy?..
    Tepatkah saat ini membeli reksadana dngn kondisi ekonomi sprti ini?..

    Mhn jawabab bpk
    Terima kasih..

    Like

  20. @Herman
    Salam Pak Herman,

    Senang mendengar anda merasa kondisi keuangannya dalam keadaan baik dan penghasilan anda juga stabil dalam kondisi perekonomian yang terus terang lagi sedang kurang bagus belakangan ini.

    Kalau untuk investasi reksa dana, sepanjang sesuai dengan rekomendasi jangka waktunya, memang tidak menjamin anda tidak akan rugi. Tapi setidaknya mengurangi kemungkinan anda mengalami kerugian. Dan jika periode investasinya jangka panjang, maka menurut saya tidak ada masalah berinvestasi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang.

    Untuk rencana pendidikan anak, pilihan reksa dananya bisa baca di http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2015/03/31/060700426/Memilih.Reksa.Dana.Sesuai.Tujuan.Investasi
    Untuk membuat perencanaan keuangannya bisa baca di
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/10/3-langkah-menjadi-investor-reksa-dana-bagi-pemula/
    dan
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2015/04/21/perencanaan-investasi-dengan-reksa-dana-do-it-yourself/

    Semoga bermanfaat.

    Like

  21. Mengenai dana darurat, karena kita sudah mengetahui nominal yg harus dipenuhi.. apabila nominal tersebut telah tercapai, apa lantas kita berhenti mengalokasikan dana darurat? kemudian apabila dana darurat tersebut terpakai, apa saran Pak Rudi untuk mengisi ulang dana darurat tersebut? apa langsung dialokasikan sesuai dengan nominal yang terpakai atau kita alokasikan bertahap per bulan?

    Kemudian, saya sudah ada pos u/ investasi (alokasi per bulan, masih mengendap di tabungan), sedekah/amal (alokasi per bulan, pengeluaran tidak setiap saat), serta pos u/ membantu orang tua & mertua (alokasi per bulan, dikeluarkan di bulan itu juga). saya msh bingung, apakah ketiga pos tersebut bisa saya jadikan sebagai dana darurat?

    Like

  22. Salam pak rudi, saya baru belajar tentang Reksadana baru beberapa hari dan itupun hanya baca-baca saja dan saya belum begitu memahami jadi Mohon penjelasannya jika masalahnya seperti ini :
    Umur saya baru 22 tahun dan saya belum bekerja dalam artian belum punya penghasilan tapi saya ingin berinvestasi reksadana, bagaimana solusi dari pak rudi?
    Lalu apakah berinvestasi reksadana itu cukup satu kali membeli saham, atau setiap bulan harus menyisihkan uang untuk berinvestasi?
    Terimakasih banyak sebelumnya.

    Like

  23. @elan
    Salam Pak Elan,

    Semangat anda untuk berinvestasi di reksa dana sangat saya apresiasi. Namun terlepas dari prosedur dan cara berinvestasi apakah harus sekaligus atau berkala, pertanyaan dasarnya adalah investasi membutuhkan dana. Bagaimana anda punya uang kalau tidak punya penghasilan?

    Kalau menurut saya, solusinya anda cari kerja dulu. Baru dari penghasilan anda disisihkan untuk berinvestasi di reksa dana. Kalau cara pengelolaan keuangan bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2016/02/15/mengelola-keuangan-dengan-prinsip-10-20-30-40/

    Semoga bermanfaat

    Like

  24. Terima kasih banyak pak atas jawabannya, sangat membantu dan bermanfaat. Saya lebih mengapresiasi bapak disela kesibukan bisa menyempatkan untuk membalas.
    Sedikit demi sedikit saya mulai memahami tapi belum sepenuhnya, rencananya saya ingin mengikuti sekolah investor reksadana pada 1 oktober semoga bisa menambah keyakinan, pemahaman dan wawasan dalam berinvestasi di reksadana.
    Terimakasih sebelumnya pak Rudi, salam sukses.

    Like

  25. Selamat malam Pak, saya baru membeli buku bapak, belum dibaca tapi sudah terjun dulu ke reksadana saham 39 bln yll 10 juta rupiah sekali penempatan dan 3th ini loss 27% sehingga tinggal 7,3 juta rp. Gaji berdua (pokok+tunjangan+lain2) 18.500.000. Oiya ada 2 RD campuran dibeli autodebet total 450rb/bln. Mohon info apakah RD yg loss 27% sebaiknya di cut atau mnunggu membaik? Kedua, rasio hutang kta 5,4%, rasio cicilan kpr+mobil 62%, rasio dana darurat 2, rasio pengeluaran </= 1. Saya mempunyai RD senilai 11jt (sebgai bagian dari dana darurat selain LM dan tabungan ber ATM). Setelah membaca penjelasan Bapak terhadap pertanyaan2 di atas, saya simpulkan bahwa kami harus:
    1. Melunasi KTA 50 jt (dulu saya pakai untuk forex tapi gagal semua, memang saya dulu sangat emosional terlalu berani bermain forex dengan hutang).;
    2. Setelah lunas KTA, Menambah Pokok KPR untuk mengurangi cicilan KPR hingga turun dari angka 5,9 jt.

    Setelah itu secara bersamaan, saya berencana untuk: no 3,4,5

    3. Membeli Asuransi jiwa termlife utk suami (atau haruskah untuk kami berdua)? Gaji suami 12,6jt dan gaji saya 3,2 s/d 5jt. Kami 32 th, 2 anak balita. Cicilan mobil sbg kebutuhan pokok 3jt. ( krn daerah rawan begal dan angkot tidak aman)
    4. Menabung dana darurat hingga rasio 6
    5. Menabung tabungan rencana Pendidikan (ataukah cukup dengan 2 RD autodebet senilai 450 rb/bln di atas)?
    Apakah rencana saya diatas sudah tepat Pak? Atau ada lagi kah hal yg perlu dilakukan. Terimakasih banyak sebelumnya atas saran Bapak..

    Like

  26. Supaya pembaca tidak salah paham, beli bukunya baru saja, sedangkan membeli reksadana nya sudah 39 bln yll. Begitulah Pak, belum mengenal baik tapi sudah terjun, tlalu berani mengambil risiko ya Pak? Tapi saat blm terjun blm mengerti2 juga, srkarang baru mulai sedikit paham. Golongan apa saya ini Pak? Terimakasih Pak Rudi..

    Like

  27. @dhiandhani
    Selamat Pagi Ibu Dhian Dhani,

    Terima kasih telah membeli buku saya dan menjadi salah satu investor reksa dana di Indonesia. Sehubungan dengan pertanyaan anda:

    Kinerja reksa dana memang tidak ada jaminan pasti untung setiap tahun atau setelah beberapa tahun. Jadi sekalipun anda mengganti di reksa dana yang lain, bisa saja ketika kondisi pasar sedang kurang baik, maka kerugian tetap bisa terjadi.

    Namun jika rata-rata reksa dana saham 3 tahun terakhir positif, sementara reksa dana saham yang anda miliki tidak, maka bisa menjadi pertimbangan bahwa reksa dana ini underperform dan mungkin ada baiknya dialihkan sebagian atau seluruhnya ke reksa dana lain yang dianggap perform.

    Untuk rata-rata kinerja reksa dana bisa lihat di http://www.panin-am.co.id/FundsAndPerformance.aspx

    Sekali lagi, tidak ada jaminan ke reksa dana yang lain pasti akan lebih baik, tergantung seberapa baik penjelasan tenaga penjual kepada anda mengenai penyebab kinerja reksa dana kurang bagus, apakah alasannya masuk akal atau tidak. Dan seberapa sabar anda mau menunggu reksa dana tersebut berkinerja baik kembali.

    Kemudian mengenai 5 poin anda:
    1. Bagus sekali, KTA ini sangat memberatkan karena bunganya sangat tinggi. Makin cepat dilunasi makin baik dan jangan mencoba lagi untuk berinvestasi dengan berutang kecuali sangat yakin dengan kemampuanya.

    2. Mantap

    3. Asuransi termlife sebaiknya di suami yang penghasilannya lebih besar. Namun jika budgetnya cukup, bisa beli untuk berdua. Tergantung kondisi kesehatan juga. Nilai uang pertanggungan asuransi sebaiknya minimal 10 tahun pengeluaran. Misalkan 1 bulan pengeluaran Rp 10 juta, maka 1 tahun 120 juta dan 10 tahun 1,2 M.

    Namun sebenarnya jika anda berdua bekerja, kurang lebih anda sudah mendapat uang pertanggungan setara 4 – 5 tahun gaji yang mungkin setara 6 – 8 tahun pengeluaran dari BPJS Ketenagakerjaan. Dengan demikian, dengan UP setara 5 tahun pengeluaran saja sebenarnya juga sudah cukup. Yang perlu dipahami adalah asuransi kecelakaan kerja dari BPJS Ketenagakerjaan hanya berlaku untuk cacat dan meninggal karena kecelakaan saja.

    Referensi : http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2016/05/20/antisipasi-risiko-kematian-asuransi-komersial-atau-bpjs-ketenagakerjaan/

    4. Sebaiknya 8 – 12 karena anak masih kecil, tapi tentu tidak mudah karena pengeluaran juga tentunya banyak. Selamat berjuang

    5. Perlu dihitung apakah dengan Rp 450.000 cukup untuk biaya pendidikan anak di masa mendatang. Caranya, gunakan kalkulator finansial di http://www.panin-am.co.id/InvestmentCalculator.aspx Kalau tata caranya bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/10/3-langkah-menjadi-investor-reksa-dana-bagi-pemula/

    Untuk golongan, sebenarnya profil anda tidak begitu berbeda dengan banyak orang. Kebanyakan juga investasi coba-coba dulu, baru pahamnya belakangan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali dan selanjutnya pengalaman ini bisa dibagikan ke orang lain.

    Semoga sukses dengan pengaturan keuangan dan tujuan investasi pendidikan anaknya.

    Like

  28. Salam pak
    Saya barlian usia 34 thn saya pgen ber investasi untuk bisa membuat rumah sndiri dlm jangka 5 tahun sebaik nya saya harus ikut investasi RD apa dan berapa sebaiknya nilai investasi yg hrs saya byarkan setiao bulan nya

    Like

  29. @barlian
    Selamat malam pak Barlian,

    Boleh diberikan informasi lebih lengkap, untuk kebutuhan rumah sendiri tersebut apakah sudah dilakukan survei seperti tempatnya dimana, berapa besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membeli tanah dan mendirikan bangunannya?

    Terima kasih

    Like

  30. Sudah survey tempt dan lokasi serta tanah tinggal menempati saja..yg dibutuh tinggal membangun rummahnya kira” biayanya 150 jt,an

    Like

  31. @barlian
    Salam Pak Barlian,

    Kalau hitungan sederhana seperti ini :
    Dengan reksa dana campuran yang risikonya lebih moderat dan asumsi return 13% dan inflasi biaya rumah sebesar 5%, dibutuhkan Rp 2,302,736 per bulan

    Apabila anda mau mengambil risiko dengan reksa dana saham yang lebih agresif, asumsi return 17% dan inflasi biaya rumah 5%, dibutuhkan sebesar Rp 2,086,840 per bulan

    Untuk cara perhitungan dan kalkulatornya bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/10/3-langkah-menjadi-investor-reksa-dana-bagi-pemula/

    Semoga bermanfaat

    Like

  32. Halo Pak Rudi, saya benar-benar butuh bantuan anda saat ini.
    kondisi keuangan saya sangat tidak sehat sekarang ini, 82%nya adalah hutang.
    penghasilan saya 34.500.000
    namun saya memiliki hutang KPR 3 masing-masing 1juta, 5,7 juta & 10 juta.
    memiliki 2 KTA sebesar 4 juta akan selesai pada juli & des 2018. Lalu ada tabungan rencana sebesar 2juta berakhir di des 2018.
    Dan parahnya saya memiliki 6 kartu kredit yang sebetulnya saat ini tidak terlalu saya butuhkan.

    Mohon pencerahan Pak Rudi, apa yang harus saya lakukan dengan situasi ini.
    Saya ingin uang saya bisa lebih produktif.

    Terima kasih.

    Like

  33. @SRI
    Salam ibu Sri,

    Mohon maaf baru sempat saya balas sekarang karena berbagai kesibukan.

    Kalau boleh saya perjelas :

    Pendapatan Rp 34.5 juta per bulan (termasuk besar menurut saya, apalagi jika angka ini merupakan net take home pay. Dengan asumsi sudah menikah, itu setara dengan gaji Rp 42 juta sebulan sebelum dipotong pajak dan BPJS).

    Pembayaran cicilan KPR total 16.7 juta (setara 48% dari pendapatan, agak bahaya memang dan kemungkinan ada cicilan langsung ke developer karena kalau di bank harusnya sudah ditolak)

    Pembayaran KTA 4 juta (setara 11% dari pendapatan, menurut saya kalau ada bonus / THR / Rejeki lainnya sebisa mungkin segera dilunasi lebih cepat dari jadwalnya)

    Tabungan Rencana Rp 2 juta per bulan (menurut saya masuk kategori investasi 5% dari pendapatan. Cukup ok, tapi menurut saya secara perlahan jika cashflownya memungkinkan bisa ditingkatkan sampai 15-20% dari pendapatan mengingat penghasilan anda cukup lumayan)

    Punya kartu kredit 6, biasanya karena doyan diskon atau promo yang berkaitan dengan penawaran kartu kredit. Sepanjang tidak ada hutang menurut saya sih tidak apa2. Cuman mesti waspada sama iuran bulanan / biaya materai yang terlewatkan dan menyebabkan kolektibilitas kredit anda turun.

    Untuk kartu kredit menurut saya kondisi masing-masing orang bisa berbeda. Apabila anda bekerja sebagai eksekutif di perusahaan dimana ada pengeluaran yang mengandalkan kartu kredit, maka cukup simpan minimal 2 kartu kredit saja.

    1 Untuk penggunaan pribadi dan 1 untuk penggunaan kantor. Dengan nilai gaji anda seharusnya bisa dinegosiasikan untuk gratis iuran tahunan yang seumur hidup atau paling tidak bisa di waive setiap tahunnya.

    Untuk kartu kredit penggunaan pribadi bisa juga disesuaikan dengan gaya belanja anda. Misalkan kalau sering belanja di carefour bisa apply / cukup punya Mega yang ada diskon 10%.

    Dari Pendapatan anda 34.5 juta sebanyak 22.7 juta dihabiskan untuk KPR, KTA dan Tabungan Rencana. Sisanya 11.8 juta. Angka ini seharusnya lebih dari cukup untuk biaya kebutuhan anda / keluarga anda dalam 1 bulan. Seharusnya juga termasuk pemakaian kartu kredit pribadi anda.

    Kalau menurut saya coba press angka ini menjadi 7-8 juta sebulan. Membership fitness, klub, kursus yang tidak terlalu sering anda hadiri, kongkow2 yang sekali pergi habis di atas Rp 250.000 (termasuk parkir, bensin dan tol) sebaiknya dikurangi.

    Kemudian sisanya diakumulasikan untuk fokus membayar cicilan KTA supaya lebih cepat lunas.

    Semoga saran ini bermanfaat

    Like

  34. Salam kenal pak Rudi, saat ini saya berumur 28th anak usia 2th, suami 29th. jika digabungkan pendapatan kami berdua kurang lebih 24 jt per bln. kami ambil tabungan mapan yg akan cair 3th lg dr sekarang dg setoran 7jt per bln (terimanya sktr 260jt), angsuran tetap cicilan mobil dan cc kurang lebih 4jt, bila dihitung2 biaya hidup 10-15jt per bln. setiap bln kadang kami msh bisa irit dan ada sisa 2 jt. uang tabungan saya saat ini 35jt dan aset dagang -/+ 14jt (diluar tabungan mapan).

    pertanyaan saya, saya ingin ikut dana pensiun, jenis reksadana apa yg sebaiknya sy ambil?
    apakah bisa bila saya ambil saat ini?atau sebaiknya di tahun ke-3 saat dana tabungan mapan tsb cair?
    bila saya dlm wkt dekat ingin ambil asuransi kesehatan, asuransi pendidikan, dan dana utk membeli rumah 10th lagi, apakah uang saya cukup? atau dijadikan 1 saja dengan investasi reksadana utk tujuan dana pensiun tadi pak? bagaimana membagi-baginya ya pak?

    krn saya ingat pak Rudi berkata
    bhw tujuan investasi harus jelas agar hasil yg didapat maksimal, saya jadi kesulitan sendiri baiknya memilih jenis apa yg bail utk tujuan2 yg saya jabarkan diatas.

    terima kasih sebelumnya ya Pak.

    Like

  35. @tara
    Salam kenal juga ibu Tara,

    Terima kasih atas pemaparan data yang lengkap sehingga memudahkan saya untuk melakukan analisa.

    Secara cashflow, kalau pendapatan Rp 24 juta dikurangi dengan tabungan mapan Rp 7 juta dan cicilan mobil – kartu kredit Rp 4 juta, berarti tinggal Rp 13 juta per bulan. Berdasarkan info bahwa kalau masih irit baru ada sisa Rp 2 juta, berarti setidaknya pengeluaran anda Rp 11 juta per bulan. Kalau sedang tidak irit, menurut saya harus bisa kamu batasi maksimal pengeluaran Rp 13 juta agar tidak defisit.

    Dengan menggunakan konsep 10-20-30-40, maka dengan penghasilan Rp 24 juta, seharusnya :
    10 % = Rp 2.4 juta untuk Kebaikan. Bisa berikan ke orang tua, sedekah, sumbangan pada saat ke tempat ibadah dan lainnya. Saat ini mungkin masuk ke Rp 10-15 juta yang anda maksud, tapi alangkah baiknya kalau bisa dipisahkan agar kantong pengeluarannya jelas.

    20 % = Rp 4.8 juta untuk Masa Depan. Yang termasuk dalam Masa Depan adalah seperti asuransi, tabungan pendidikan, dan investasi reksa dana. Tabungan Mapan yang anda lakukan termasuk untuk penggunaan cashflow untuk masa depan. Yang berarti kelebihan Rp 2.2 juta. Anggap saja Rp 2.2 juta ini sebagai bagian dari cicilan. Untuk asuransi, seharusnya dalam tabungan Mapan anda sudah ada fitur asuransi jiwa sehingga tidak perlu buru-buru beli. Untuk asuransi kesehatan dan pendidikan, sebenarnya secara cashflow sudah tidak cukup, tapi jika mau diambil dalam waktu dekat, hanya bisa diambil dari porsi tabungan mapan yang Rp 7 juta per bulan.

    Saya tidak begitu tahu seperti apa kontrak tabungan mapan tersebut. Sebagai alternatif, menurut saya, anda bisa mengambil BPJS Kesehatan, dimana untuk premi layanan kesehatan kelas I, sekitar Rp 70rb an per bulan x jumlah anggota keluarga. Memang tidak se eksklusif asuransi kesehatan komersial, tapi menurut saya jika diikuti prosedurnya, akan cukup banyak menghemat biaya kesehatan.

    Porsi biaya pendidikan anak bisa diambil dari tabungan mapan yang cair nanti 3 tahun lagi sehingga tidak perlu mengikuti asuransi pendidikan.

    30 % = Rp 7.2 juta untuk Cicilan. Cicilan yang dimaksud disini adalah untuk cicilan yang produktif seperti rumah atau kendaraan untuk kerja. Cicilan ke kartu kredit tidak termasuk. Cicilan tidak berarti harus ke bank, untuk dana untuk persiapan beli rumah juga bisa masuk ke sini. Jadi dengan nilai cicilan Rp 4 juta per bulan, ditambah Rp 2.2 juta yang dari porsi masa depan, totalnya Rp 6.2 juta. Perlu diupayakan ada tambahan Rp 1 juta lagi untuk porsi cicilan ini.

    40% = Rp 9.6 juta untuk Kebutuhan. Dengan pengeluaran antara Rp 11 – 15 juta per bulan, sebenarnya agak berlebih. Namun terkadang apa boleh buat mengingat biaya untuk membesarkan anak juga semakin mahal, apalagi terkadang orang tua agak “tidak terkontrol” dalam memberikan sesuatu kepada anaknya. Apabila kurang, menurut saya bisa “meminjam” dulu 5% dari porsi 10% untuk Kebaikan. Kalau nanti pendapatan sudah agak membaik, bisa dikembalikan porsinya.

    Karena pengeluaran anda masih belum ideal dan kalau dari perkiraan saya terkadang masih nombok.

    Jadi secara cashflow, ada biaya pengeluaran yang perlu ditekan dan tambahan Rp 1 juta untuk persiapan DP Rumah.

    Selain penggunaan cashflow di atas, ada beberapa indikator kesehatan keuangan yang bisa anda coba penuhi :
    – Memiliki dana darurat 6 – 12 kali pengeluaran. Dengan asumsi Rp 11 juta, maka idealnya anda punya dana darurat Rp 66 – 132 juta. Dana ini bisa diambil dari tabungan Mapan pada saat sudah cair nanti ditambah dengan dana di tabungan anda sekarang dengan catatan itu bukan cashflow untuk keperluan usaha, sebaiknya antara uang untuk usaha dan perorangan dipisah walaupun kita sendiri jadi pengusaha. Simpan di deposito atau reksa dana pasar uang.

    – Dengan asumsi anda simpan yang paling maksimal yaitu Rp 132 juta, dikurangi Rp 35 juta dita tabungan sekarang, maka dari Rp 260 juta yang cair 3 tahun lagi, sisanya sekitar Rp 160 juta. Porsi dana ini bisa anda gunakan untuk persiapan DP Rumah dan biaya pendidikan anak. Saya tidak tahu berapa rumah yang anda inginkan, namun mengingat harga rumah sekarang, setidaknya anda perlu memiliki Rp 500 juta sebelum memulai mencari rumah, kecuali menemukan rumah yang semuanya bisa dicicil mulai dari DP sampai pokoknya sekarang.

    Dana Rp 160 juta tersebut nantinya bisa diinvestasikan dalam jenis reksa dana yang konservatif seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap karena digunakan untuk kebutuhan yang tidak memungkinkan bagi kita untuk menghadapi risiko fluktuasi harga yang berlebihan.

    Dari kondisi keuangan anda sekarang, rasanya masih sulit untuk menyisihkan uang untuk dana pensiun. Saran saya coba atur keuangannya terlebih dahulu, lunasi kartu kredit, dan coba kaji ulang biaya hidup setiap bulannya apakah semua yang dikeluarkan itu benar-benar perlu.

    Setelah itu, jika masih ada dana yang tersisa, baru coba investasikan ke reksa dana. Silakan dicoba dulu selama 2-3 bulan dan kita lihat apa yang terjadi.

    Semoga bermanfaat

    Like

Leave a comment