Mengenal Metode Evaluasi Kinerja Reksa Dana

Evaluasi terhadap kinerja merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih jenis reksa dana yang menjadi tujuan investasi. Oleh karena itu, sebelum memilih berinvestasi pada reksa dana sebaiknya investor melakukan penilaian terhadap kinerja yang ingin dimilikinya. Namun bagaimana cara melakukan evaluasi terhadap kinerja reksa dana? apakah cukup hanya dengan return? Jika tidak, indikator apa yang harus digunakan oleh investor? Bagaimana pula cara untuk mengetahui baik buruknya kinerja tersebut?

Dalam buku dan literatur investasi, reksa dana adalah sekumpulan dari portofolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana dikenal juga dengan istilah Evaluation of Portfolio Performance.

Metode evaluasi kinerja portofolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portofolio investasi (reksa dana) yang bersangkutan. Meski menurut kami cara ini belum komplit, namun memang bobot terbesar dalam penilaian kinerja reksa dana harus memperhatikan faktor ini.

Beberapa metode yang sering digunakan dalam evaluasi kinerja reksa dana antara lain:

  1. Risk Adjusted Return
  2. Sharpe Ratio (Reward to Variability Ratio [RVAR])
  3. Treynor Ratio (Reward to Volatility Ratio [RVOL])
  4. Capital Asset Pricing Model
    • Pendekatan Securities Market Line (SML)
    • Pendekatan Capital Market Line (CML)

Dimana formula untuk melakukan perhitungan di atas adalah sebagai berikut:

Untuk kepentingan pengukuran kinerja masa lalu, maka tingkat return yang dipergunakan adalah menggunakan rata-rata return geometrik. Dalam kasus pengukuran kinerja dengan pendekatan CAPM yang dimaksud dengan expected return bukanlah return pada masa mendatang, akan tetapi merupakan tingkat return yang seharusnya terjadi berdasarkan tingkat risiko di masa lalu.

Supaya lebih memudahkan contoh perhitungan dan hasil interprestasi dengan menggunakan Indeks Reksa Dana Saham, Campuran, Pendapatan Tetap dan IHSG sebagai indikator Pasar dengan menggunakan data 5 tahun terakhir (2005 – 2010). Sumber data indeks dapat anda download secara gratis pada bagian ini di www.infovesta.com dengan mengklik tombol grafik yang ada pada sebelah kanan.

Hasil perhitungan secara sederhana karena untuk kepentingan ilustratif berikut dengan interprestasinya adalah sebagai berikut:

  1. Rata-rata return tahunan geometrik adalah rata-rata return dari keempat indikator di atas selama 5 tahun terakhir setelah memperhitungkan faktor bunga berbunga. Pengukuran return dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata return geometrik. Hasil diatas menunjukkan IHSG sebagai market merupakan instrumen dengan kinerja paling baik yang diikuti dengan rata-rata Reksa Dana Saham, Campuran dan kemudian reksa dana pendapatan tetap
  2. Standar Deviasi (Risiko), dalam definisi statistik adalah simpangan baku dari rata-rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka yang merncerminkan total risiko dari suatu portofolio investasi. Yang dimaksud dengan total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Semakin besar angka tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin besar fluktuasi harga suatu reksa dana.
  3. Beta dalam definisi keuangan, adalah menunjukkan “hanya” risiko sistematis dari suatu portofolio investasi. Meski hanya mewakili sebagian dari risiko reksa dana, indikator ini lebih investor friendly karena lebih mudah diterjemahkan. Misalnya Infovesta Equity Fund Index memiliki beta 1.0259. Maka ketika IHSG bergerak naik 1% maka diperkirakan indeks tersebut akan bergerak naik sebesar 1.0259% dan sebaliknya. Jika suatu reksa dana memiliki beta lebih kecil dari satu maka pengaruh fluktuasi harga IHSG terhadap harga reksa dana tersebut juga semakin kecil. Secara umum interprestasinya sama dengan total risiko.
  4. Risk Free Rate yang dipergunakan adalah SBI 9 bulan terakhir. Penggunaan ini bersifat opsional, ada pula yang menggunakan Yield Obligasi 5 atau 10 tahun sebagai indikator Risk Free.
  5. Risk Adjusted Return (RAR) sebesar 0.9601 pada IHSG dapat diinterprestasikan atas 1% risiko yang ditanggung, maka IHSG memberikan return 0,9601%. Semakin besar RAR, maka semakin baik pula kinerja suatu reksa dana karena memberikan return yang tinggi atas risiko yang ditanggungnya.
  6. Sharpe Ratio sebesar 2,6935 pada Infovesta Fixed Income Fund Index dapat diinterprestasikan atas 1% risiko yang ditanggung, maka rata-rata reksa dana pendapatan tetap memberikan excess return sebesar 2,6935%. Yang dimaksud dengan Excess return yaitu selisih return reksa dana dengan Risk Free. Dasar pemikirannya, selain return positif, return reksa dana juga seharusnya di atas tingkat return instrumen bebas risiko. Interprestasi baik buruknya sharpe ratio sama dengan RAR.
  7. Treynor ratio sebesar 0.1630 pada Infovesta Balanced Fund Index, dapat diinterprestasikan bahwa atas 1% risiko sistematis yang ditanggung, reksa dana memberikan excess return sebesar 0.1630%. Selanjutnya baik buruknya interprestasi sama dengan Sharpe Ratio dan RAR, perbedaan hanya pada risiko yang digunakan.
  8. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Securties Market Line (SML) adalah pengukuran berapa “Pantasnya” return reksa dana berdasarkan risiko sistematisnya.
    1. Expected Return sebesar 26,58% pada Infovesta Equity Fund Index menunjukkan bahwa dengan risiko sistematis (beta) sebesar 1.0259, Risk Free 6,75% dan Return Market (IHSG) sebesar 26.08%, maka sepantasnya rata-rata reksa dana saham harus membukukan return 26,58%
    2. Actual Return adalah hasil aktual dari return selama 5 tahun terakhir yakni sebesar 21,61%
    3. Alpha adalah selisih antara Return Actual dengan Expected Return (Return yang diharapkan). Angka -4,96% menunjukkan performa Infovesta Equity Fund Index 4,96% lebih rendah dari yang diharapkan (underperform)
  9. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Capital Market Line (CML) adalah pengukuran berapa “Pantasnya” return reksa dana berdasarkan risiko Totalnya.
    1. Expected Return sebesar 26,58% pada Infovesta Fixed Income Fund Index menunjukkan bahwa dengan risiko total (standar deviasi) sebesar 4.07%, Risk Free 6,75%, Return Market (IHSG) sebesar 26.08% dan risiko totalnya sebesar 27,16%, maka sepantasnya rata-rata reksa dana pendapatan tetap harus membukukan return 9,65%%
    2. Actual Return adalah hasil aktual dari return selama 5 tahun terakhir yakni sebesar 10,97%
    3. Alpha adalah selisih antara Return Actual dengan Expected Return (Return yang diharapkan). Angka 1,32% menunjukkan performa Infovesta Fixed Income Fund Index 1,32% lebih tinggi dari yang diharapkan (outperform)

Dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja reksa dana, seluruh perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan antara kinerja reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lain. Jadi, investor harus memilih 1 rasio yang ingin dipergunakan sebagai dasar pemilihan kinerja, selanjutnya dihitung rasio tersebut untuk sekelompok reksa dana dengan menggunakan data yang sama panjang. Selanjutnya rasio tersebut diperingkat, reksa dana dengan rasio yang paling tinggi berarti reksa dana tersebut berdasarkan metode yang digunakan merupakan reksa dana yang paling baik kinerjanya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan investor adalah bahwa pengukuran kinerja tersebut hanya melihat dari sisi risk and return. Kewajaran isi portofolio, faktor besar kecilnya jumlah dana kelolaan, layanan dan transparansi informasi merupakan indikator yang tidak kalah penting dan tidak tercermin secara langsung dari pergerakan harga reksa dana.

Demikian semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi referensi bagi anda yang ingin melakukan penelitian di reksa dana.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa lalu tidak akan selalu terulang pada masa mendatang.

Keterangan IHSG (Market) Infovesta Balanced Fund Index Infovesta Fixed Income Fund Index Infovesta Equity Fund Index
Rata-rata Return Tahunan Geometrik 26.08% 16.24% 10.97% 21.61%
Standar Deviasi (Risiko) 27.16% 16.76% 4.07% 28.40%
Beta 1.0000 0.5821 0.0527 1.0259
Risk Free Rate (SBI 9 bulan) 6.75% 6.75% 6.75% 6.75%
Risk Adjusted Return (RAR) 0.9601 0.9688 2.6935 0.7609
Sharpe Ratio (RVAR) 0.7116 0.5661 1.0364 0.5232
Treynor Ratio (RVOL) 0.2013 0.0980 0.0157 0.1953
CAPM – Pendekatan SML
Expected Return 26.08% 18.00% 7.77% 26.58%
Actual Return 26.08% 16.24% 10.97% 21.61%
Alpha SML 0.00% 1.76% -3.20% 4.96%
CAPM – Pendekatan CML
Expected Return 26.08% 18.68% 9.65% 26.96%
Actual Return 26.08% 16.24% 10.97% 21.61%
Alpha CML 0.00% 2.44% -1.32% 5.35%

202 thoughts on “Mengenal Metode Evaluasi Kinerja Reksa Dana

  1. Sharpe Ratio sebesar 2,6935 pada Infovesta Fixed Income Fund Index dapat diinterprestasikan atas 1% risiko yang ditanggung, maka rata-rata reksa dana pendapatan tetap memberikan excess return sebesar 2,6935%.
    apabila 2%risiko = 2×2,6935% master? untuk persamaan matematikanya gimana ya master? mohon pencerahannya

    Like

  2. Dear Pak Rudyanto,

    saya pemula baru memulai reksadana ingin bertanya untuk reksadana sendiri adakah standar/ batas idealnya besar % margin yang diperoleh pada nilai yang kita investasikan? misalnya kita investasi 10 juta, kemudian pada 1 tahun kedepan atau bahkan 6 bulan saldo kita menjadi 12 juta, berarti sekitar 20% kita mendapat margin. apakah dalam keadaan seperti kita lakukan penarikan atau atau tetap disimpan? karena bisa jadi menggagalkan rencana saat ingin invest untuk jangka 2 tahun, ketika melihat keadaan tersebut ada rasa cemas takutnya akan turun dan tidak bisa mendapat margin 20% kembali. mohon advicenya.

    terimakasih atas perhatiannya

    Like

  3. @Sam
    Selamat Malam Pak Sam,

    Untuk % margin atau kalau dalam bahasa pemasaran disebut dengan ekspektasi imbal hasil yang wajar bisa dibaca di http://reksadanauntukpemula.com/2016/01/09/prinsip-smart-dalam-investasi-reksa-dana/ Angkanya berbeda sesuai dengan jenis reksa dana.

    Cara untuk berinvestasi yang benar menurut saya adalah memilih reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasi. Cara ini memang tidak bisa menghindarkan anda 100% dari potensi kerugian yang mungkin terjadi, namun meminimumkan risiko yang anda sebutkan di atas. Namun di satu sisi, jika target anda sudah tercapai sebelum masa investasi, maka tidak ada salahnya direalisasikan. Namun yang penting adalah punya tujuan terlebih dahulu.

    Untuk detailnya anda bisa baca http://reksadanauntukpemula.com/2016/01/17/memilih-reksa-dana-sesuai-tujuan-investasi/

    Semoga informasi ini bermanfaat.

    Like

    1. Dear pak Rudi,
      Saya saat ini sedang melakukan penelitian pak mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana dulu dan sekarang. Hipotesis penelitian saya adalah kinerja masa lalu itu jauh lebih baik dri pada saat ini, dan terbukti pada pembahasan bapak kali ini dimana utk periode 2005 – 2010 reksadana secara tahunan memberikan return tahunan double digit, sementara saat ini (misal 2015 – 2020) hanya single digit. Menurut bapak apakah ini karrena faktor fundamental ekonomi kita yg sedang slowing pak akhir2 ini mengingat gdp growth kita hanya 4-5 %, dulu sempat di 6-7%?

      Like

      1. Salam Nurdin,

        Ada banyak faktor dan berbeda dari tahun ke tahun. Ada waktu ketika menjelang pilpres amat panas sehingga investor cenderung wait and see, ada waktu ketika perang dagang US-China sehingga berdampak pada sentimen investor asing ke emerging market di Indonesia, ada waktu dimana harga komoditas rendah sehingga menyebabkan daya saing Indonesia berkurang, ada waktu dimana terjadi krisis covid sehingga saham jatuh, kemudian kejadian tapering oleh bank sentral Amerika Serikat, dana asing yang terus net sell karena masuk ke sektor teknologi (dan kesehatan waktu covid) yang belum ada / besar di Indonesia dan sebagainya.

        Jadi pada periode kedua yang disebut, memang lebih banyak sentimen negatifnya sehingga kinerja ihsg cenderung stagnan

        Semoga bermanfaat

        Like

  4. assalamu’alaikum pa…
    mohon maaf pa sebelumnya, saya masih awam dalam dalam mengetahui pengetahuan mengenai invetasi ini. tapi saya mempunyai sebuah penelitian mengenai penggunaan metode fifo dalam mengukur rentabilitas investasi reksa dana campuran…
    sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bimbingan dari bapa. untuk penelitian ini, saya harus memulai dari mana dan cara perhitungannya bagaimana? mohon dijelaskan… terima kasih..

    Like

  5. @siti nurbaeti inayah
    Selamat Sore Ibu Siti,

    Kalau boleh beri saran, jika anda punya penelitian yang bahkan anda tidak tahu sama sekali cara perhitungannya, maka saran saya adalah mencari topik lain yang cara perhitungannya anda ketahui.

    Semoga berhasil. Terima kasih

    Like

  6. Dear Pak Rudy, Pa saya sedang skripsi tentang analisis market timing dan stock selection thd kinerja reksa dana saham.. mau tanya Pak kalau data yang dipakai untk penghitungan henriksson merton dan mazuy treynor itu saya ingin pakai data bulanan.. nah sedangkan nab, risk free, beta nya dalam harian Pa.. untuk mencari data per bulannya, saya rata2in bulan itu, atau diambil hari terakhir per bulannya saja Pak? Mohon infonya Pak twrimakasih..

    Like

  7. @Deborah
    Salam ibu Deborah,

    Kalau menurut saya gunakan data akhir bulan. Namanya juga bulanan.
    Tapi akan lebih baik dikonsultasikan dengan dosen pembimbing anda.

    Semoga bermanfaat

    Like

  8. Selamat malam Pak Rudy, saya ingin bertanya. bagaimana cara menghitung stock selection? kita memperoleh 3 variabel lagi kah? a,b dan c?

    Terimakasih Pak..

    Like

  9. @Chory
    Selamat malam Pak Chory,

    Caranya adalah coba baca buku referensi dimana tempat anda mendapatkan istilah stock selection tersebut.

    Semoga bermanfaat

    Like

  10. selamat sore pa Rudy, kalo boleh tau untuk formula dari Risk adjusted return bapak dapat dari referensi buku apa ya pak?
    dan saya ingin bertanya apabila dari indeks treynor, jensen , dan sharpe terdapat ketidaksamaan pengukuran kinerja misal nilai indeks jensen dan treynor mendapatkan hasil yang sama, tetapi tidak pada indeks sharpe. bagaimamna cara memutuskan portofolio yang optimal pak? terima kasih

    Like

  11. @mega susilowati
    Salam Ibu Mega,

    Dalam buku tentang manajemen keuangan dan manajemen investasi yang digunakan dalam perkuliahan setahu saya baik rumus ataupun kondisi perbedaan hasil peringkat juga dijelaskan dalam teorinya.

    Saran saya anda bisa membaca terlebih dahulu buku tersebut untuk mendapatkan referensi yang lebih baik.

    Semoga bermanfaat

    Like

  12. pak rudi perkenalakan saya tri mahasiswa sedang menyusun skripsi dengan judul analisa kinerja reksadana pendapatan tetap syariah metode sharpe, treynor dan jensen,sudah berjalan di bab IV,data skripsi sudah saya olah dan menghasilkan peringkat sharpe dan treynor yang berbeda dan peringkat treynor dan jensen yang sama,,pertanyaan saya menurut bpk rudy sebagai seorang ahli analisis bagaimana untuk menganalisa peringkat yang sama dan berbeda itu,,tks

    Like

  13. @tri jananto widodo
    Salam Pak Tri Jananto,

    Kalau menurut saya sebagai seorang mahasiswa yang ditugaskan untuk membuat penelitian, tentu yang harus dilakukan adalah membaca teori yang berkaitan dengan metode yang digunakan tersebut. Saya yakin jika kita cukup jeli dan membaca hingga detail, ada kemungkinan disebutkan perbedaan hasil pemeringkatan dengan masing-masing cara.

    Di kebanyakan kasus yang saya jumpai, biasanya orang salah data, salah hitung, atau salah rumus. Sebab jika semuanya benar, yang bersangkutan akan tahu mengapa hasilnya bisa tidak sama dengan memperhatikan tren perubahan data tersebut.

    Semoga bermanfaat

    Like

  14. Selamat malam pak rudi, saya ingin bertanya
    Misal reksadana A dan B di sharpe reksadana A di pringkat 1 dan di treynor reksadana B di pringkat 1 kenapa berbeda? Lebih baik memilih RD dengan metode apa?

    Like

  15. selamat malam pak Rudiyanto, maaf pak, menurut bapak metode paling mudah dan simple untuk menghitung kinerja reksadana itu metode apa ya? saya sedang memlih metode yang paling mudah untuk tugas TA saya. terima kasih sebelumnya

    Like

  16. @Raynaldo
    Selamat siang Pak Raynaldo,

    Kalau metode yang paling mudah adalah menyalin Tugas Akhir dari orang lain yang sudah ada kemudian mengganti namanya menjadi karya anda.

    Tentu cara di atas untuk mahasiswa pemalas yang sedang mencoba mempertaruhkan masa depannya dengan melakukan plagiarisme.

    Cara yang lebih sulit adalah membaca buku manajemen keuangan dan manajemen investasi yang sudah pernah ikut kuliah sebelumnya dan dari situ coba dicari apakah ada metode yang bisa diterapkan.

    Cara ini cocok untuk mahasiswa yang mau masa depannya lebih baik dan kelak sudah lulus nanti tidak plango plongo susah cari kerja karena memang gelar S-1nya diperjuangkan, bukan hasil nyontek.

    Semoga bermanfaat

    Like

  17. selamat malam pak, untuk penghitungan metode sharpe dan treynor, perihal return reksadana itu maksudnya apakah sama dengan harga(NAB) reksadana? kalau berbeda, dimanakah saya dapat menemukan data return reksadana dalam periode tertentu (2011-2015). terima kasih

    Like

  18. Selamat pagi pak, saya inaa mahasiswa sedang menyusun tugas TA, saya bisa mendapatkantiori tentang reward to variabiliti dan reward to voality , itu dimna ya pak biar pemahaman saya semakin dalam. Terimakasih

    Like

  19. @Inaaa
    Selamat Siang Ibu Ina,

    Kalau saran saya supaya lulus, tata bahasa dan cara mengetiknya bisa ditingkatkan, jangan sampai isi TA anda diisi dengan bahasa singkatan yang tidak jelas dan salah-salah sehingga tidak lulus walaupun isinya sudah benar.

    Untuk teorinya, bisa dengan membaca buku manajemen investasi yang tersedia di kampus anda.

    Semoga bermanfaat

    Like

  20. salam pa rudi.
    mohon bantuannya pa. saya sedang proses judul “perbandingan kinerja reksadana saham syariah menggunakan metode sharpe, treynor dan jensen”. saya mau tanya pak kalau rumusan masalahnya ada perbedaan kemampuan manajer investasi seperti market timing dan selection. menurut bapa nyambung atau tidak ya, kalau iya boleh share rumusnya tidak pa? terimakasih

    Like

  21. Siang pak, kalo risk free untuk reksadana konven itu kan SBI, bagaimana dengan reksadana atau saham syariah? acuan risk freenya itu apa yang akan digunakan? lalu dasarnya apa… terima kasih

    Like

  22. @Ray
    Malam Pak Ray,

    Ada yang namanya SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Silakan mengecek lebih lanjut ke website Bank Indonesia

    Semoga bermanfaat

    Like

  23. Selamat malam Bapak Rudi, apa gunanya dalam mengetahui rasio-rasio kinerja, contohnya sharpe, bagi investor? rasio-rasio tersebut bukan berfungsi “menggambarkan” masa depan tapi hanya mengevaluasi kinerja masa lalu. apakah dengan memilih reksa dana yang memiliki rasio bagus akan dipastikan reksa dana tersebut akan terus memiliki kinerja yang bagus? terimakasih atas waktunya.

    Like

  24. @Gigih
    Selamat malam Pak Gigih,

    Semua metode pengukuran kinerja investasi memang dibuat untuk menggambarkan seberapa baik kinerja suatu reksa dana di masa lalunya. Tidak ada garansi sama sekali suatu reksa dana yang berkinerja baik di masa lalu akan kembali berkinerja baik di masa yang akan datang pula.

    Pembahasan lebih lengkap apakah reksa dana yang jawara kemarin akan menjadi jawara di masa mendatang sudah pernah saya bahas disini http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2016/02/10/yesterday-champion-tomorrow-winner/ walaupun indikator yang saya gunakan hanya return dan bukan Sharpe Ratio.

    Dalam memilih reksa dana, kinerja masa lalu hanya suatu pertimbangan, hal yang lain seperti layanan dan konsistensi juga perlu dipertimbangkan. Detailnya pernah saya tulis di https://reksadanauntukpemula.com/2016/01/04/39-bagaimana-cara-memilih-reksa-dana-yang-baik/.

    Semoga bermanfaat

    Like

  25. Salam, Pak Rudi

    Saya ingin bertanya, adakah teori yang bisa menggambarkan hubungan antara fund characteristic (timing, stock selection, turnover, dsb) dengan kinerja reksa dana itu sendiri? Selama ini saya hanya menemui teori portofolio (menurut saya teori ini bersifat general). Misalnya, tidak seperti pada rasio keuangan, seperti DER, Profitabilitas, dll mempunyai pakem teori Pecking order.

    Apakah pada reksa dana memang belum ada teori yg membahas hal tsb? Saya hanya menemukan berpedaan2 pendapat dari para ahli, misalnya Grinblatt & Titman yang sejalan dgn “conventional wisdom” bahwa seiring dengan bertambahnnya size maka turnover dan kinerja akan turun, disisi lain ada yg berpendapat sebaliknya bahwa size yg besar dpt mengurangi biaya dan mampu mencapai skala ekonomis. Ada juga yg berpendapat size meningkat maka turnover juga akan meningkat.

    Oiya pak, saya juga masih belum paham mengapa size yg besar dapat mengurangi biaya transaksi, biaya riset, pialang, dll? Apakah karena RD dengan size besar cenderung pasif / memiliki turnover yg rendah?

    Mohon maaf kalau pertanyaan saya merepotkan pak
    Terima kasih.

    Like

  26. @Jody
    Salam Pak Jody,

    Kalau soal teori saya kurang tahu, silakan anda googling artikel / jurnal akademis yang ada.

    Mengenai size, skala ekonomis dan turn over, benar atau salah hanya bisa dibuktikan dengan melakukan penelitian berdasarkan data dalam jangka panjang. Namun setahu saya, data seperti itu sangat sulit untuk diperoleh. Jika memang datanya ada, silakan dibuktikan.

    Definisi besar dan kecil sendiri masih sangat relatif karena tergantung pada kapitalisasi dan likuiditas saham di bursa yang menjadi transaksinya. Ukuran reksa dana Rp 10 Triliun mungkin dianggap besar untuk Indonesia karena belum banyak yang bisa mencapainya, namun jika Rp 10 Triliun di pasar Amerika Serikat atau China, mungkin dikategorikan sedang atau bahkan kecil karena besarnya kapitalisasi pasar di negara tersebut. Bahkan untuk ukuran Indonesia, kalau semakin banyak perusahaan besar yang IPO, maka Rp 10 Triliun mungkin sudah bukan besar lagi karena pilihan saham semakin tersedia.

    Kemudian soal biaya riset, pialang dan turn over itu relatif. Tergantung preferensi manajer investasi. Belum tentu kalau sudah besar menjadi pasif, definisi besar itu juga masih relatif. Sekali lagi hal ini perlu dibuktikan dengan penelitian yang didukung dengan data. Jadi sebelum benar2 terbukti, tidak bisa disimpulkan.

    Terima kasih

    Like

  27. Salam Pak Rudi,

    Saya ingin bertanya mengenai market timing dan stock selection. Berdasarkan penelitian yg saya lakukan, market timing berpengaruh positif tdk signifikan & stock selection berpengaruh positif sig thdp kinerja RD syariah 13-15.
    Saya sudah membaca beberapa jurnal serta literatur tentang variabel tsb tetapi belum dpt menemukan alasan konkrit yg dpt mendukung hasil temuan saya. Berdasarkan logika dan kesoktauan saya, mungkin timing positif tdk signifikan thdp kinerja disebabkan perubahan indeks pasar yg cukup berfluktuasi sehingga profil risiko masih lumayan tinggi serta sulitnya melakukan timing. Positif karena logikanya kemampuan melakukan peramalan meningkat maka potensi mendapat capital gain akan bertambah pula. (saya msh bingung alasan lainnya)

    Sedangkan untuk stock selection, positif sig karena saham yg tepat mampu mendatangkan retunr yg akhirnya berdampak pd naiknya kinerja. Stock selection berkaitan dgn strategi buy&hold atau konservatif, dmn biaya transaksi cenderung rendah. Saham yg tepat berpotensi berkembang dgn relatif stabil.

    Mungkin Bapak bisa bantu menambahkan alasan lainnya? atau mengoreksi alasan yg saya gunakan.
    Terima kasih

    Like

  28. @Fiha
    Salam Pak Fiha,

    Pemahaman orang awam tentang market timing itu manajer investasi bisa tahu kapan waktunya untuk keluar masuk pasar. Sehingga sebelum turun dalam, manajer investasi sudah pegang cash dan ketika akan naik tinggi, manajer investasi sudah beli banyak.

    Pada prakteknya, hal ini sangat tidak mungkin untuk dilakukan, atau kalaupun bisa, rasanya tidak akan bisa konsisten bertahun-tahun. Saya sependapat juga dengan anda bahwa melakukan market timing itu tidak mudah, sekalipun untuk yang sudah ahli di pasar modal. Dan karena kebijakan yang berlaku untuk reksa dana saham adalah minimal 80% di saham, maka apapun kondisinya, minimal 80% alokasi harus diletakkan di saham.

    Dan karena kebijakan itu pula, biasanya manajer investasi memang memiliki sekelompok saham pilihan yang di buy and hold sampai harganya sudah cukup menarik untuk dijual.

    Faktor lain, untuk reksa dana saham yang dana kelolaannya sudah relatif besar, kalau mau melakukan market timing secara aktif, pilihan sahamnya akan semakin sedikit karena jika jumlah yang ditransaksikan sedikit belum tentu berefek ke kinerja reksa dana, semakain jika yang ditransaksikan besar, belum tentu pasar bisa menyerap transaksi tersebut (alasan likuiditas).

    Semoga bisa membantu.

    Like

  29. Dear Pak Rudiyanto,

    Saya sudah mencoba menerapkan perencanaan keuangan dengan reksadana saham.
    Ini sudah berjalan di tahun ke-3.

    Asumsi saat perencanaan awal, saya menghitung return rate 20%/tahun.

    Namun dalam prakteknya, hasil reksadana yang dikelola hanya menghasilkan rate 2% dari awal saya invest sd hari ini.

    Pertanyaan saya:
    1. Apakah sebaiknya saya switch ke reksadana lain yg kinerja lebih bagus, dengan pertimbangan tidak tercapainya asumsi return rate?
    Padahal secara teori disampaikan evaluasi Reksadana Saham harus di atas tahun ke-5.
    Jadi apa saya harus menunggu sd > dari tahun ke 5 tsb?

    2. Pemilihan reksadana sebenarnya acuan yg benar bgmn? Karena saya pernah baca artikel Bapak Rudi, semata2 melihat kinerja tahunan dan dana kelolaan tidak serta merta menjamin juga. Bagaimana Pak?

    Terima kasih

    Like

  30. @Jimmy
    Selamat sore pak Jimmy,

    Sebelum menjawab pertanyaan anda, menurut saya angka asumsi return 20% yang kamu pergunakan terlalu tinggi meskipun secara historis pernah tercapai atau bahkan lebih. Namun perlu diperhatikan juga bahwa ada risiko tingkat return tersebut tidak tercapai. Untuk itu, 15-17% rasanya lebih wajar.

    Sebagai referensi anda bisa membaca disini http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/05/22/133235126/berapa.ekspektasi.return.yang.wajar.di.reksa.dana.saham.

    Dari sisi risiko, perlu dipahami bahwa investasi saham bisa naik turun. Walaupun jangka investasinya sudah 3 – 5 tahun sekalipun tetap memiliki risiko penurunan. Statistik secara lengkap yang pernah saya buat di artikel ini http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/01/26/berapa-lama-periode-investasi-berkala-yang-ideal/

    Menunjukkan jika anda autodebet Rp 1 juta per bulan selama 5 tahun (60 bulan), maka hasil investasi (termasuk pokok) anda pada akhir tahun ke 5 berdasarkan data aktual bisa berkisar antara Rp 49 juta hingga Rp 186 juta. Artinya setelah 5 tahun pun, investor reksa dana saham masih bisa berpotensi rugi.

    Hal ini memang tidak menyenangkan, namun itulah risiko investasi. Berdasarkan, yang tidak rugi adalah investasi berkala selama 6 tahun.

    Sehubungan dengan pertanyaan anda:
    1. Dalam pertimbangan untuk memindahkan ke reksa dana lain, perlu memperhatikan sebagai berikut : Apakah tidak tercapainya asumsi return karena memang kinerja saham secara umum yang sedang kurang baik atau karena kinerja saham sudah baik, tapi memang reksa dana pilihan anda yang kurang baik.

    Jika memang karena kinerja pasar saham secara umum yang kurang baik, maka hal ini tidak terhindarkan. Mau pindah kemanapun rasanya tidak akan begitu jauh berbeda.

    Namun jika penyebab utamanya adalah kinerja reksa dana yang kurang baik maka investor bisa punya 2 pilihan. Jika masih mau memberikan kesempatan kepada manajer investasi untuk memperbaiki kinerja, tentu manajer investasi akan sangat berterima kasih, namun jika ada pilihan lain yang lebih baik, menurut saya perpindahan ke produk lain juga tidak masalah.

    Yang penting adalah memberikan waktu yang cukup. 3 – 5 tahun untuk suatu reksa dana saham rasanya sudah cukup. Tapi jangan 3-5 bulan karena terlalu cepat juga.

    2. Yang penting menurut saya adalah konsistensi kinerja dan kualitas layanan yang diberikan perusahaan. Yang dimaksud dengan konsistensi adalah belum tentu harus selalu nomor 1, tapi setidaknya sama atau di atas rata-rata pasar. Sementara untuk kualitas pelayanan sifatnya kualitatif. Setiap orang bisa punya pengalaman berbeda tergantung interaksinya dengan manajer investasi dan atau agen penjual.

    Penting juga untuk memahami bahwa setiap investasi tentu ada risiko. Kadang semuanya sudah tepat, tapi pas ketemu kondisi pasar yang sedang kurang baik, sebagus apapun kemampuan Manajer Investasi, tentu kinerja yang bisa dihasilkan juga terbatas.

    Untuk itu, bisa juga mempertimbangkan melakukan diversifikasi pada selain reksa dana saham karena walaupun asumsi returnnya tidak sebesar saham, terkadang ketika kondisi pasar sedang kurang bagus, kinerjanya masih bisa tetap positif.

    Semoga bermanfaat dan semoga tujuan keuangannya bisa tercapai.

    Like

  31. selamat malam pak
    saya mau tanya.
    saya mau mencari kemampuan market timing dan pemilihan saham pd rksa dana dengan rumus treynor mazuy yaitu RD – RF = α + β(Rr – RF) + γ (Rr – RF)2 + εp dimana
    RD = Return reksa dana pada periode t
    RF = Return bebas risiko pada periode t
    Rr = Return pasar pada periode t
    α = Intercept yang merupakan indikasi stock selection skill dari Manajer Investasi
    β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada saat bearish
    γ = Koefisien regresi yang merupakan indikasi market timing ability dari Manajer Investasi
    ε = Random error
    saya kesulitan dalam mencari data dan cara dlm meregresikannya. bisa tolong bantuannya pak? trimakasih

    Like

  32. Selamat Siang Pak…
    bagaimana saya bisa dapat format excell unutuk menghitung alfa, beta, retur, expected return ? buku apa yang harus saya miliki…?
    Terima kasih Pak.
    Salam

    Like

  33. Pak rudi saya mau tanya, untuk rumus covariance reksadana dgn market itu pembagi nya kalau n atau n-1 perbedaannya terletak dimana ya? Terimakasih

    Like

  34. Pak rudi saya mau tanya, untuk rumus covariance reksadana dgn market itu pembagi nya kalau n-1 jika data nya berupa sampel ya? Terimakasih

    Like

    1. Selamat pagi Ibu Jessica,

      Secara statistik, kalau n-1 itu biasanya digunakan pada data sampel, sementara n itu populasi.
      Lebih sederhananya, kalau kamu cuma ambil sebagian data untuk dijadikan penelitian berarti itu sampel. Sementara jika datanya diambil semua dari sejak awal itu ada, maka bisa disebut sebagai populasi.

      Semoga bermanfaat

      Like

Leave a comment