Berapa Price Earning Ratio Yang Wajar Untuk IHSG ?

Value and price / Blackboard concept (Click for more)

Pada saat artikel ini ditulis, IHSG berada pada level 5947. Secara angka, tentu lebih “murah” dibandingkan rekor baru tertinggi yang pernah tercapai pada Februari 2018 ini yaitu 6690. Investor pasar modal yang berpengalaman tentu tidak hanya menggunakan angka IHSG sebagai patokan, tetapi juga valuasinya.

Salah satu indikator valuasi yang sering digunakan yaitu Price Earning Ratio (PE Ratio) yang menghitung berdasarkan pembagian antara harga dengan laba bersih. Secara sederhana, PE Ratio 10 kali berarti harga pasar saat ini setara dengan 10 tahun laba bersih perusahaan. Perusahaan dengan PE Ratio 10 kali dikatakan “lebih murah” dibandingkan perusahaan dengan PE ratio 15 kali.

Semakin tinggi PE Ratio maka semakin mahal valuasi suatu perusahaan dan sebaliknya semakin rendah PE Ratio maka semakin murah valuasi suatu perusahaan.

Yang menjadi pertanyaan adalah berapa PE Ratio yang wajar untuk IHSG di Indonesia?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada 2 bagian yang harus terjawab yaitu sumber data PE Ratio dan metode untuk menilai kewajarannya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Sumber Data PE Ratio

pertama-tama kita perlu mengetahui berapa angka PE Ratio IHSG saat ini. Informasi mengenai PE Ratio saat ini disediakan oleh beberapa sumber, namun sumber yang bisa diakses dengan gratis via situs dan aplikasi ada 2 yaitu dari situs Bursa Efek Indonesia dan aplikasi Bloomberg.

PE Ratio versi Bursa Efek Indonesia

PE Ratio versi IDX

Berdasarkan fitur statistik yang ada di IDX, disebut Average (rata-rata) PER per 14 Mei 2018 adalah 14.2 dan Weighted Average (WA) PER adalah 11.8.

PE Ratio Bloomberg Aplikasi (App)

Untuk versi bloomberg ini hanya bisa diakses melalui aplikasi, bukan situs, dengan mengetikkan JCI:IND. Tampilannya sebagai berikut :

PE Ratio IHSG

Berdasarkan data di Bloomberg, angka yang ada di kanan bawah adalah 20.63. Jika anda memiliki akses pada Bloomberg Terminal yang nilai langganannya untuk korporasi, ada lagi PE Ratio Forward. Perbedaannya untuk PE Ratio yang ada di aplikasi menggunakan PER Trailing yang dihitung dengan laba bersih terkini dan PE Ratio Forward yang dihitung dengan laba bersih prediksi mendatang.

Perlu diperhatikan, walaupun angka IHSG di aplikasi Bloomberg bergerak secara live, namun perhitungan PE Ratio sepertinya baru berubah pada saat penutupan.

Saya sendiri lebih menyukai menggunakan PER Trailing yang ada di aplikasi Bloomberg, sebab laba prediksi masa mendatang bisa berubah-ubah jika asumsi pertumbuhan laba bersihnya berubah.

Berdasarkan kedua sumber, dengan menggunakan tanggal yang sama yaitu 14 Mei 2018, ternyata nilai PE Rationya berbeda amat jauh. 14.2 untuk Average PER IDX, 11.8 untuk WA PER IDX dan 20.63 untuk PER Trailing Bloomberg. Dari ketiga rasio di atas, terus terang perhitungan PER di IDX agak meragukan. Untuk itu, dasar yang digunakan adalah PE Ratio yang ada di Bloomberg. Selain lebih wajar, pertimbangannya adalah angka tersebut bisa diakses oleh masyarakat umum.

Menilai Kewajaran PE Ratio

Untuk menyatakan angka PE Ratio sudah terlalu tinggi, terlalu rendah atau wajar pada dasarnya ada beberapa metode. Ada yang menggunakan perbandingan dengan data historis, ada yang menggunakan perbandingan dengan negara tetangga atau negara sejenis dengan ikut memasukkan faktor pertumbuhan laba bersihnya..

Perbandingan dengan data historis dilakukan dengan membandingkan angka saat ini dengan angka-angka rata-rata selama periode tertentu. Jika angkanya di bawah rata-rata disebutkan murah, jika di atas rata-rata dikatakan mahal dan jika di kisaran rata-rata dikatakan wajar.

Perbandingan dengan negara tetangga dilakukan dengan membandingkan PE Ratio Indonesia dengan PE Ratio negara tetangga seperti Thailand, Phillipina, Vietnam, Malaysia, Brazil, India dan seterusnya. Jika lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara sejenis maka dikatakan mahal, lebih rendah dikatakan murah dan di kisaran rata-rata disebut wajar. Perbandingan dengan negara tetangga juga memasukkan perbandingan pertumbuhan laba bersih.

Metode penilaian yang dipergunakan disini adalah menggunakan perbandingan dengan data historis karena pertimbangan ketersediaan data. Untuk perbandingan dengan negara tetangga menurut saya kurang relavan karena pergerakan saham di Indonesia tidak selalu sejalan dengan negara lain.

Data historis untuk Price Earning Ratio IHSG Periode 2003 – 11 Mei 2018 adalah sebagai berikut :

Data PE Ratio Historis

Rata-rata dari 2003 – 11 Mei 2018 adalah 19.26. Dengan mengacu pada PE Ratio tanggal 14 Mei 2018 yang sebesar 20.63 yang dibandingkan dengan rata-rata historis, bisa dikatakan bahwa pada 5947 IHSG secara PE Ratio belum bisa dikatakan murah. Angka 20.63 paling bisa dikatakan mendekati wajar saja.

Hanya saja jika melihat angka rata-rata dari tahun ke tahun, harus diakui nilainya semakin meningkat. Sebagai contoh dari tahun 2014 hingga 2018, rata-rata PE Ratio selalu di atas 20 kali. Dan hanya pada tahun 2014 saja PE Ratio di bawah 20 kali. Seterusnya selalu di atas 20 kali.

Kemudian jika mengeluarkan 2 tahun dengan pergerakan ekstrem seperti pada tahun 2008 dan 2009, maka rata-rata PE Ratio berkisar antara 12-19 kali dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Menurut saya disebabkan karena pelaku pasar modal yang semakin meningkat dan investor yang bisa semakin menerima risiko ditambah dengan tren penurunan tingkat suku bunga dalam jangka panjang.

Dengan melihat hal tersebut, jika tidak ada kenaikan tingkat suku bunga secara signifikan (misalkan naik 2-3%), maka seharusnya tingkat kewajaran PE Ratio akan meningkat secara perlahan dari waktu ke waktu. PE 20.63 saat ini bisa dikatakan merupakan yang terendah sejak tahun 2015.

Berapa Price Eaning Ratio yang wajar untuk ke depan?

Berdasarkan data yang tersedia, selanjutnya dibuat peramalan dengan metode logaritma natural LN (menggunakan fungsi trendline di Excel). Hasil adalah sebagai berikut :

Forecast PE Ratio

Persamaan yang diperoleh dari grafik kemudian diaplikasikan ke dalam perhitungan adalah sebagai berikut :

Proyeksi PE Ratio 5 Tahun

Dengan menggunakan persamaan di atas, bisa dikatakan prediksi PE Ratio yang wajar untuk tahun 2018 adalah di 23.98 kali dengan titik terendah 20.53 kali dan tertinggi 26.82 kali. Bagi investor, ketika PE Ratio sudah di bawah proyeksi titik terendah yaitu 20.53 kali bisa dijadikan salah satu pertimbangan untuk momentum menambah di harga yang lebih rendah. Sementara ketika PE Ratio sudah mendekati titik tertinggi atau di atas rata-rata, bisa dipertimbangkan untuk melakukan profit taking.

Metode proyeksi di atas bukan satu-satunya cara dalam memproyeksi atau menghitung tingkat PE Ratio yang wajar. Sebagaimana yang dipaparkan di atas, masih terdapat metode lain seperti perbandingan dengan negara sejenis dan memperhitungkan tingkat pertumbuhan laba bersih. Kemudian jika terjadi perubahan tingkat suku bunga yang cukup signifikan, perhitungan PE Ratio juga bisa berubah.

Semoga artikel ini membantu anda untuk lebih memahami investasi di pasar modal Indonesia.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

Belajar Reksa Dana : www.ReksaDanaUntukPemula.com

Sumber Gambar : IstockPhoto

Sumber Data : Bloomberg dan IDX

Leave a comment