Aplikasi Theory Black Swan Event Di Pasar Saham Indonesia

Teori Peristiwa Angsa Hitam / Black Swan Event Theory merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa.

Pandemi COVID-19 yang menyebabkan kejatuhan bursa saham dan obligasi (yang belakangan naik lagi), stimulus terbesar dalam sejarah dunia, serta aturan physical distancing, dan berbagai perubahan lainnya sudah pasti bisa dikategorikan peristiwa Teori Angsa Hitam.

Dalam dunia pasar modal, jika terjadi peristiwa Black Swan Event, dapat dimanfaatkan 
+ Melakukan realisasi keuntungan jika naik pesat (Profit Taking)
+ Melakukan investasi jika turun dalam (Time to Buy)

Penurunan IHSG akibat pandemi COVID-19 yang dalam tentu sudah diketahui oleh semua orang, pertanyaannya berapa “dalam” persentase penurunan yang bisa dikategorikan sebagai Black Swan Event ? Apakah turun 10%, 20%, 30%? Kemudian berapa lama waktunya? Apakah 1, 3, 6 bulan atau 1 tahun?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut langkah dan hasil penelitiannya Black Swan Event pada pasar saham (IHSG) Indonesia.

  1. Mengumpulkan data IHSG harian dari Januari 2001 hingga 26 Maret 2020
  2. Menghitung return 6 bulan IHSG untuk setiap data harian IHSG. Data diurutkan dari terendah ke tertinggi
  3. Membuat kurva distribusi normal untuk data return 6 bulanan IHSG
  4. Mendefinisikan 5% data return terkecil dan 5% data return tertinggi sebagai Black Swan Event

Hasil dari 4 langkah di atas adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pengamatan, return 6 bulan terburuk IHSG adalah -87% dan kebetulan juga bahwa return terbaik IHSG untuk periode 6 bulan adalah +87%. Ini adalah return tertinggi yang bisa diperoleh secara historis dari investasi di IHSG selama 6 bulan.

Sementara untuk median untuk return 6 bulan IHSG adalah +7.2% yang bisa diartikan sebagai tingkat return dalam kondisi “normal”. Dari total 4685 data, kemudian diurutkan dan dicari data 5% yang terbaik dan 5% yang terburuk.

Untuk 5% terbaik diperoleh data +41.44%. Secara statistik, kemungkinan (probabilitas) anda untuk mendapatkan tingkat return 6 bulan di IHSG antara +41.44% s/d +87.26% adalah sangat kecil hanya 5% saja.

Dalam bahasa orang awam, ketika anda investasi di saham atau reksa dana saham, dan mendapatkan return +41.44% s/d +87.26% dalam kurun waktu 6 bulan atau kurang, maka sebaiknya segera direalisasikan. –> Profit Taking

Untuk 5% terburuk diperoleh data -19.77%. Secara statistik, kemungkinan (probabilitas) anda mendapatkan tingkat return 6 bulan di IHSG antara -19.77% s/d -87.45% juga sangat kecil yaitu hanya 5% saja.

Dalam bahasa orang awam, ketika anda menemukan return IHSG 6 bulan antara -19.77% s/d -87.45%, maka sebaiknya segera beli karena kemungkinan dia untuk turun lebih dalam lagi sangat kecil. –> Time to Buy

Mengapa harus 6 bulan?

Penentuan periode 6 bulan ini memang bersifat subjektif. Pertimbangan saya antara lain :

  1. Untuk 1 dan 3 bulan terlalu pendek. Sementara 1 tahun dan ke atasnya terlalu panjang
  2. Data return 6 bulan dapat diakses secara mudah dan gratis oleh masyarakat di website seperti RTI

Contoh tampilan data di RTI Business adalah sebagai berikut

IHSG Per 27 Maret 2020

Dengan mengacu pada data per tanggal 27 Maret 2020, walaupun IHSG sudah rally besar selama 2 hari berturut-turut, dengan return 6 bulan -27.05% (lebih buruk dari batas -19.77%), maka dikategorikan sebagai Black Swan Event sehingga bisa menjadi kesempatan emas untuk masuk

Perlu dipahami bahwa Black Swan Event ini tidak mengacu angka IHSG seperti 4000, 5000, dan sebagainya. Yang menjadi perhatian utama dalam aplikasi teori ini adalah data “return”. Berapapun angka IHSG tidak masalah, sebab yang dilihat adalah persentase returnnya saja.

Karena pendekatan ini, sebenarnya analisa Black Swan Event bisa dikategorikan sebagai analisa berbasis teknikal karena mengacu pada data historis.

Kapan Black Swan Event pertama kali terjadi di 2020 ?

Berdasarkan data, return 6 bulan negatif di atas -19.77% atau untuk mempermudah saya menggunakan cutoff -20% sudah terjadi tanggal 13 Maret 2020 di level IHSG 4907. Pada tanggal tersebut, data di RTI menunjukkan return 6 bulan sebesar -22%.

Jika anda masuk pada level 4907, sempat mengalami penurunan lagi karena IHSG sempat bergerak di level 3900an selama beberapa hari.

Apakah masuk ketika Black Swan Event terjadi, pasti untung? Dan Berapa lama holding period-nya?

Sebagaimana pada data di atas, jika anda beli di tanggal 13 Maret 2020 di IHSG 4907 dan hold sampai tanggal 27 Maret 2020 saja, dipastikan anda masih rugi karena walaupun sudah rebound IHSG masih di level 4545.

Untuk itu holding period sangat penting. Sebab bukan berarti ketika Black Swan Event terjadi dan kita masuk, IHSG langsung naik. Analisa probabilitas untung rugi untuk holding period 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun adalah sebagai berikut

Jika buy and hold selama 6 bulan, apakah pasti untung? Jawabannya tidak. Secara statistik, ada 14% kemungkinan (probabilitas) anda mengalami kerugian. Kinerja IHSG 6 bulan setelah Black Swan Event dengan cutoff -20%, adalah tertinggi +87%, terendah minus -42% dan rata-rata +31%. Angka rata-rata ini dapat menjadi acuan kapan anda sebaiknya merasa puas dan profit taking.

Jika buy and hold selama 9 bulan, kemungkinan (probabilitas) rugi turun dari 14% menjadi 9%. Dengan range return antara -13% hingga +108%. Rata-rata returnnya adalah 53%.

Untuk periode 1 tahun sekalipun ternyata, kemungkinan (probabilitas) tidak dapat 0, karena masih ada peluang 0.45% investor mengalami kerugian. Hanya saja range return menjadi lebih baik yaitu -6% hingga +116%.

Dengan mengacu pada statistik di atas, maka holding period setelah Black Swan Event adalah sebaiknya minimal 1 tahun.

Bagaimana jika investor sama sekali tidak mau rugi? Jadi menunggu benar-benar kemungkinan secara statistik turun ke 0% dulu baru masuk?

Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, secara statistik jika kita ingin kemungkinan rugi 0% untuk holding period 6 bulan, maka baru masuk setelah -29%. Untuk periode 9 bulan -25% dan untuk 1 tahun adalah -21%

Demikian aplikasi Black Swan Event pada pasar modal Indonesia. Metode ini dapat anda terapkan atau dijadikan sebagai salah satu pertimbangan ketika berinvestasi di reksa dana saham terutama yang berbasis indeks.

Semoga bermanfaat

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

Belajar Reksa Dana : www.ReksaDanaUntukPemula.com

Advertisement

3 thoughts on “Aplikasi Theory Black Swan Event Di Pasar Saham Indonesia

  1. Salam pak rudy,
    Utk distribusi normal return 6 bulan apakah pake uji statistik beda rata2? Klo iya apakah sudah signifikan?

    Like

    1. Salam pak Fajar,
      Terus terang saya bukan orang yg percaya dengan uji statistik krn angka tersebut diperoleh dari memasukkan angka2 ke dalam alat hitung yg tidak tahu darimana cara hitungnya kemudian keluar angka yg selalu nol koma sampai ga jelas berapa angka di belakangnya.

      Jadi dalam menguji bisa digrafikkan sebarannya atau dilihat range datanya. Buat saya yg paling penting bisa dinalar dengan logika.

      Tapi kalau mau tetap diuji, ya bisa saja dan silakan dilakukan sendiri

      Semoga bermanfaat

      Like

Leave a Reply to Fajar Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s