Mana Yang Lebih Baik: Saham Blue Chip atau Second Liner?

Blue Chip dan Second Liner

Dalam investasi saham, terkadang investor, marketing bahkan analis dan manajer investasi sekalipun suka menyebut istilah blue chip dan second liner. Istilah blue chip mengarah kepada perusahaan yang fundamentalnya bagus dan besar sementara second liner adalah perusahaan yang fundamental dan ukurannya perusahaannya tidak sebaik dan sebesar kategori yang pertama namun memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi dibandingkan perusahaan blue chip yang relatif stabil. Terkadang ada yang bertanya, mana yang lebih baik? apakah saham blue chip atau second liner?

Sayapun tertarik untuk mencari tahu sebenarnya asal mula blue chip itu darimana? Sebab kalau saham bagus disebut blue chip kenapa tidak ada istilah red, white, orange, yellow, green chip untuk saham yang tidak blue chip? Dari penelusuran di wikipedia, akhirnya saya menemukannya.

Berdasarkan New York Stock Exchange, Blue Chip adalah saham dari perusahaan dengan reputasi nasional untuk kualitas, kehandalan dan kemampuannya untuk beroperasi secara menguntungkan dalam situasi perekonomian yang baik ataupun buruk. Indeks yang merepresentasikan saham Blue Chip di AS adalah DJIA (Dow Jones Industrial Average) yang terdiri dari 30 saham yang merupakan pemimpin pada industri masing-masing.

Asal mula Blue Chip berasal dari permainan poker. Dimana pada pertaruhan poker, ada keping-keping taruhan yang warnanya putih, merah dan biru. Umumnya nilai keping yang paling besar adalah yang berwarna biru. Pertama kali istilah ini dikemukan oleh Oliver Gingold antara tahun 1923 – 1924. Pada waktu itu, dia berdiri di bursa menyaksikan perdagangan saham.

Ada beberapa transaksi yang menarik perhatian dia karena saham-saham tersebut harganya berkisar antara $200 – $250 per lembarnya. Sekembalinya ke kantor, dia berkata kepada rekannya untuk menulis tentang saham-saham keping biru tersebut (blue chip stocks). Istilah tersebut digunakan terus hingga saat ini.

Apakah saham Blue Chip dan Second Liner ada di Indonesia? Continue reading “Mana Yang Lebih Baik: Saham Blue Chip atau Second Liner?”

Advertisement

Buy and Hold Vs Market Timing : Studi Kasus Relative Strength Index

Money Multiple sign

Pada bulan Maret Lalu, saya membuat tulisan tentang studi kasus Buy and Hold Vs Market Timing menggunakan metode Simple Moving Average. Sebagai informasi, Simple Moving Average adalah salah satu dari metode analisa teknikal.

Dan metode analisa teknikal merupakan salah satu cara yang digunakan oleh investor untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk masuk dan keluar. Dengan kata lain, bagi investor yang melakukan market timing, momentum jual beli salah satunya ditentukan dengan analisa teknikal.

Kesimpulannya, dengan menggunakan 2 kombinasi yang dipergunakan dalam artikel tersebut, hasil daripada buy and hold ternyata masih jauh lebih baik daripada menggunakan metode SMA. Meski demikian, banyak orang masih tetap menyukai market timing.

Argumennya banyak, mulai dari tidak sabar untuk investasi jangka panjang, keyakinan bahwa market timing tetap lebih baik, rasa “puas” karena berhasil menebak pasar, ada juga yang beranggapan masih ada banyak metode market timing lainnya yang diyakini lebih baik dibandingkan strategi buy and hold. Fokus saya adalah pada metode lainnya tersebut. Apakah dengan metode lain, strategi investasi Market Timing akan lebih baik daripada Buy and Hold?

Dalam studi kasus kali ini, metode yang saya pergunakan adalah metode Relative Strength Index (RSI) yang merupakan salah satu metode analisa teknikal modern. Mari kita buktikan apakah metode ini akan lebih baik daripada metode sebelumnya atau tidak.

Continue reading “Buy and Hold Vs Market Timing : Studi Kasus Relative Strength Index”

Berapa Asumsi Return Investasi Saham Yang Wajar?

Thinking Number

Berapa asumsi return saham yang wajar? Hal ini menjadi pertanyaan banyak investor. Baik yang masih awam, ataupun yang sudah veteran. Besar kecilnya prediksi return bisa mempengaruhi keputusan investasi. Namun pada kenyataannya memprediksikan return saham sangatlah sulit.

Jika prediksi returnnya terlalu tinggi, investor bisa kecewa karena return tidak tercapai. Seperti halnya return IHSG 3 tahun terakhir dari 2011 – 2013 yang sebesar 3.20%, 12.94% dan -0.98%. Terlalu rendah, investor bisa kehilangan minat karena hasil yang diperoleh tidak setara dengan risiko yang ditanggung.

Pada prakteknya, para perencanaan keuangan, agen penjual dan bahkan manajer investasi sekalipun tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti berapa return saham dalam 1 tahun. Namun ada kesepakatan tidak tertulis yang menyatakan bahwa prediksi return saham biasanya berkisar antara 15% – 25% per tahun. Namun data historis 3 tahun terakhir sudah membuktikan bahwa hal tersebut tidak terjadi dalam 3 tahun terakhir.

Penentuan asumsi return yang salah dalam perencanaan keuangan, bisa berdampak fatal. Jika terlalu tinggi, investor ibarat diberi “angin surga”, dengan modal minimal bisa mencapai hasil maksimal. Tujuan keuangan bisa buyar kalau seandainya angka yang ditargetkan tidak tercapai.

Sementara jika terlalu rendah, jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keuangan menjadi terlalu besar sehingga investor harus menerima kenyataan bahwa tujuan dia tidak realistis karena besaran investasi di luar kemampuannya.

Permasalahannya, dalam investasi apalagi investasi saham, tidak bisa menjanjikan return pasti. Sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, return saham secara umum yang dicerminkan oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) bisa berkisar dari kerugian puluhan persen hingga keuntungan puluhan persen per tahunnya.

Return IHSG juga dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari data makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, cadangan devisa, ekspor impor, kemudian data lain kinerja perusahaan, harga komoditas, kondisi politik dan ekonomi di dalam dan luar negeri, hingga aliran dana asing. Kebanyakan dari indikator tersebut, juga menggunakan angka asumsi yang rentan berubah sesuai dengan kondisi dan situasi.

Untuk itu, adanya acuan atau paling tidak informasi mengenai rentang potensi kerugian / keuntungan yang mungkin ditanggung akan membuat investor lebih siap dalam berinvestasi saham dan menghadapi risiko fluktuasi di bursa. Continue reading “Berapa Asumsi Return Investasi Saham Yang Wajar?”

Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan (2)

Pada artikel ini, saya ingin melanjutkan pembahasan kemarin tentang analisa perusahaan melalui laporan keuangan. Pada bagian sebelumnya dibahas berbagai macam laporan keuangan dan cara membacanya. Kali ini, saya akan berfokus pada bagian mana dari laporan keuangan yang harus anda baca agar setidaknya secara mendasar anda bisa memahami suatu perusahaan dan apakah perusahaan tersebut dapat dikategorikan baik atau tidak.

Balance Sheet

Pada dasarnya analisa perusahaan itu tidak jauh berbeda dengan analisa seseorang yang sedang berusaha menggapai kesuksesan finansial. Mau itu karyawan, profesional ataupun pengusaha, ada kesamaan ciri2 dimana mereka selalu berusaha meningkatkan penghasilan agar bisa menutupi pengeluaran, aktif melakukan pengembangan diri ataupun untuk orang di sekitarnya, dan dalam proses tersebut tidak jarang mereka membutuhkan bantuan dari pihak lain apakah itu pinjaman bank atau penyertaan modal. Continue reading “Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan (2)”

Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan (1)

Apa kabar para pembaca, semoga sehat dan sukses selalu. Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan, namun sebelumnya, saya juga ingin menginformasikan bahwa pada hari Sabtu besok tanggal 2 November 2013, saya akan mengadakan talkshow di Gramedia Cibubur. Bagi yang berminat dan kebetulan ada di lokasi tersebut bisa datang dan menghadiri acara ini. Bagi yang tertarik dengan buku ini dan menginginkan edisi khusus Hardcover + Excel Reksa Dana bisa pesan disini.

Gramedia Cibubur

Berikut Dokumentasi Kegiatannya

Cibubur 1

Cibubur 2

Cibubur 3

Dalam 1 minggu terakhir ini, berita tentang publikasi laporan keuangan menghiasi berbagai media kita. Perusahaan ini dilaporkan mencatatkan pertumbuhan aset xx % atau xx triliun, perusahaan ini untung xx triliun. Perusahaan ini mengalami penurunan laba bersih xx% dan seterusnya. Sebagai seorang investor saham ataupun reksa dana yang terdapat sahamnya, penting  untuk memahami laporan keuangan suatu perusahaan.

Sebab untuk anda yang berorientasi fundamental dan investasi jangka panjang, maka harga pasar saham merupakan representasi dari kinerja perusahaan. Artinya jika perusahaan kinerjanya bagus, maka harga sahamnya akan naik dan sebaliknya.

Kinerja perusahaan juga sering disebut fundamental perusahaan, makanya analisa laporan keuangan disebut juga analisa fundamental. Penurunan saham dalam beberapa hari terakhir ini tidak terlepas dari hasil publikasi laporan keuangan dimana untuk beberapa perusahaan kinerjanya tidak sesuai yang diharapkan sehingga harga sahamnya turun.

Nah, jika anda setuju dengan hal yang dikemukakan di atas, pertanyaan berikutnya, bagaimana cara untuk melakukan analisa fundamental? Apakah bisa dilakukan untuk kita yang masih awam soal ekonomi? Untuk menjadi seorang ahli, jurusan kuliah kita memang bukan segalanya. Sebab jika anda rajin, gigih dan telaten, maka semua bidang pada dasarnya bisa dipelajari.

Meski demikian, tetap ada kesulitan sendiri untuk anda yang tidak berlatar belakang ekonomi. Untuk itu dalam kesempatan kali ini, saya ingin sharing sedikit tentang cara untuk menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan. Continue reading “Analisa Fundamental Melalui Laporan Keuangan (1)”