Berdasarkan info IDX terbaru, terdapat anggota baru dalam indeks LQ-45 dan IDX-30. Perubahan anggota ini juga biasanya diikuti dengan penyesuaian portofolio reksa dana indeks dan ETF (Exchange Traded Fund).
Berapa potensi inflow (pembelian) dari reksa dana ke saham-saham tersebut?

Acuan reksa dana indeks dan ETF adalah POJK No 48 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Terproteksi, Reksa Dana dengan Penjaminan, dan Reksa Dana Indeks. Khusus untuk reksa dana indeks, ada 3 poin penting yaitu :
– 80% Anggota
– 80-120% Bobot
– Tracking Error
80% Anggota : artinya reksa dana indeks wajib memiliki minimal 80% dari anggota suatu indeks. Misal LQ-45, maka 80% x 45 = 36 saham. Artinya Reksa Dana Indeks LQ-45 harus beli minimal 36 saham. Boleh 36, 37, 38, sampai semua 45, artinya reksa dana indeks boleh tidak beli semua.
80 – 120% Bobot : artinya reksa dana indeks boleh membeli suatu efek dengan bobot 80-120% dari bobot aslinya. Misalkan bobot BBCA di LQ-45 = 10%, maka reksa dana indeks boleh beli antara 8-12%. Kombinasi dengan aturan no 1, boleh tidak beli BBCA, tapi kalau beli wajib 8-12%.
Tracking Error : selisih antara kinerja reksa dana indeks dengan indeks acuannya. Akibat kebijakan minimal 80% anggota dan bobot 80-120%, tentu berpotensi menyebabkan selisih kinerja. Misalkan LQ-45 naik 6%, reksa dana indeks LQ-45 naik 5.5%, selisihnya = Tracking Error 0.5%.
Peraturan OJK tidak mengatur tracking error, tapi lebih ke Manajer Investasi menetapkan sendiri dan menjaga agar angkanya mendekati 0%, artinya antara reksa dana indeks dan indeks acuannya bergerak sama. Dalam pemeringkatan reksa dana indeks, yang diukur adalah tracking errornya.

Sesuai dengan pengumuman bursa 27 Oktober 2025. Yang masuk ke LQ-45 ada 5 saham: BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, dan NCKL. Yang masuk ke IDX-30 ada 2 saham: AADI dan PGEO. Yang mungkin jarang / tidak dibahas media adalah persentase bobot dari saham tersebut. Angkanya sebagai berikut :

Angka bobot menentukan inflow yang diperoleh. Contoh, jika ada reksa dana indeks LQ-45 dengan dana kelolaan sebesar Rp 1 Triliun memutuskan untuk beli EMTK dan DSSA dalam portofolio maka :
EMTK 1% = 0.8% ~ 1.2% Rp 8 M – 12 M
DSSA 8.04% = 6.432% ~ 9.648% Rp 64.3 M – Rp 96.4 M
Pertanyaannya, ada berapa reksa dana dan ETF Indeks di Indonesia yang pakai LQ-45 dan IDX-30 sebagai indeks acuannya?
Per 30 September 2025, ada 101 reksa dana indeks dan ETF beserta share classnya. Maksudnya Share class, contoh Panin IDX 30 Kelas A, Kelas B, dan Kelas C dihitung 3
Penggunaan indeks acuan sangat beragam, ada yang pakai obligasi, Sri Kehati, BUMN, MSCI, Infobank, IBPA, dsbnya. Kemudian IDX30, IDX30 Growth, IDX30 Value, adalah jenis yang berbeda dengan tanggal pengumuman yang berbeda pula. Yang spesifik LQ-45 dan IDX30 sebagai berikut :

IDX 30 AUM Sept Rp 5.34 Triliun.
Jika reksa dana beli dengan bobot yang sama :
AADI 0.79% x Rp 5.34 T = Rp 42.1 M
PGEO 0.42% x Rp 5.34 T = Rp 22.4 M
LQ-45 AUM Sept Rp 364 M
BUMI 0.73% ~ Rp 2.6 M
DSSA 8.04% ~ Rp 29.2 M
EMTK 1% ~ Rp 3.6 M
HEAL 0.57% ~ Rp 1.9 M
NCKL 0.43% ~ Rp 1.5 M
Kapan reksa dana indeks akan mengeksekusi transaksi tersebut?
Secara pengumuman IDX, baru resmi berlaku 3 November 2025, jadi jika dieksekusi, maka transaksi pembelian akan dilakukan pada 1 hari kerja sebelumnya yaitu 31 Oktober 2025.
Apakah boleh lebih awal / setelahnya?
Jika dilakukan lebih awal, misalnya 28 Oktober, maka ketika dilakukan akan terjadi pelanggaran kebijakan. Secara aturan, dianggap pelanggaran disengaja dan Manajer Investasi punya waktu 10 hari kerja untuk melakukan penyesuaian
Jika dilakukan setelahnya, boleh-boleh saja mengingat MI punya kewenangan untuk beli minimal 80% anggota saja. Tapi mau sebelum atau sesudah 31 Oktober, dampaknya kinerja reksa dana indeks dengan indeks acuan bisa berbeda = tracking error naik. Sementara kinerja diukur dengan itu
Memahami cara kerja reksa dana indeks sangat penting dalam memahami MSCI. Untuk rekan-rekan yang sudah mendaftar di seminar MSCI Sabtu 1 November ini, boleh dibaca-baca dulu ya. Saham yang masuk, tidak jaminan harga naik dan sebaliknya.
Penyebutan saham BUKAN REKOMENDASI BUY SELL HOLD

Tinggalkan komentar