Beberapa waktu yang lalu saya datang bersama tenaga pemasar bertemu dengan pengurus yayasan sebuah lembaga pendidikan yang berminat untuk investasi reksa dana. Karena berbentuk yayasan serta dana yang ada akan digunakan untuk membiayai usaha di bawah naugannya, kebijakan investasi dari yayasan tersebut sangat konservatif. Plus ada masukan dari komite investasi agar tidak boleh rugi.
Terus terang, jika ada kebijakan tidak boleh rugi, sebetulnya investasi reksa dana sudah tidak cocok lagi karena bahkan reksa dana pasar uang yang paling aman sekalipun masih bisa mengalami penurunan harga. Bersama team pemasar dan klien tersebut, kami berdiskusi tentang berbagai produk investasi hingga akhirnya sampai pada obligasi. Sebab dengan target bisa mendapatkan hasil di atas deposito dan tidak boleh rugi, maka pilihan hanya tinggal obligasi pemerintah saja.
Secara teori, investor pada umumnya percaya bahwa investasi obligasi dalam jangka panjang akan kalah dengan hasil investasi saham. Demikian juga reksa dana yang berinvestasi pada obligasi juga diyakini akan kalah dengan reksa dana saham dalam jangka panjang. Namun jika kita berbicara pengelolaan dana perusahaan seperti yayasan, dana pensiun, asuransi dan lembaga pengelola dana besar lainnya, penempatan dana paling besar justru selalu pada obligasi terutama obligasi pemerintah.
Apa yang membuat institusi tersebut menempatkan sebagian besar dananya di obligasi pemerintah? Apakah investasi obligasi menarik untuk jangka panjang ? Apakah dalam kondisi pasar seperti sekarang, berinvestasi di obligasi menjadi salah satu pilihan ? Continue reading “Apakah Investasi Obligasi Menarik Untuk Jangka Panjang ?”