Artikel ini merupakan artikel kedua dalam blog ini yang membahas tentang window dressing. Artikel sebelumnya dapat dilihat pada link ini. Dalam artikel kedua ini, kami memberikan definisi baru untuk istilah window dressing tanpa terlalu mengubah arti dalam sebelumnya. Artikel ini juga merupakan artikel yang saya tulis bersama analis baru di Infovesta, Calvin M. Sidjaya. Selamat menikmati…
Menjelang akhir tahun, biasanya kata “Window Dressing” akrab terdengar di telinga para investor. Tidak hanya investor saham, tapi juga investor reksa dana. Apa yang sebenarnya dimaksud dengan “Window Dressing” dan apa manfaat fenomena ini bagi para investor?
Window dressing biasanya diartikan sebagai kondisi di mana harga saham akan cenderung menguat menjelang penutupan akhir tahun. Umumnya kenaikan tersebut terjadi pada bulan Desember. Momen ini dapat dimanfaatkan bagi investor untuk mengambil keuntungan jangka pendek karena harga saham diperkirakan akan naik pada bulan tersebut.
Penyebab terjadinya window dressing berasal dari beberapa hal, manajemen perusahaan menggenjot kinerja secara signifikan pada akhir tahun sehingga perusahaan mencatat laba di atas ekspektasi, positifnya data-data ekonomi menjelang akhir tahun, hingga pola anomali pasar saham yang secara historis sering terulang dan menjadi sebuah kebiasaan.
Selain terjadi di saham, fenomena window dressing juga terjadi di reksa dana khususnya reksa dana saham. Hal ini disebabkan karena Manajer Investasi berusaha mendongkrak kinerja reksa dana yang dikelolanya pada akhir tahun sehingga kinerja secara keseluruhan terlihat bagus di mata investor.
Untuk membuktikan apakah fenomena tersebut ada atau tidak, kami mencoba membuktikannya dengan melihat data IHSG selama 8 tahun terakhir. Caranya adalah dengan membandingkan return IHSG pada bulan Desember dengan rata-rata return bulanan pada tahun yang sama dari bulan Januari hingga November.
Kami memberikan definisi tersendiri terhadap fenomena window dressing yaitu:
1. IHSG membukukan return yang positif pada bulan Desember
2. Return tersebut minimal sama atau lebih besar dibandingkan dengan rata-rata return bulanan pada tahun yang sama.
Definisi Window Dressing secara umum adalah semata-mata return positif pada bulan Desember saja. Berdasarkan data return bulanan IHSG selama 8 tahun terakhir, kami mendapatkan informasi sebagai berikut:
Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa setiap bulan Desember, baik dalam kondisi market bullish ataupun bearish, IHSG selalu membukukan return positif. Namun jika ditilik dari definisi Window Dressing yang sudah ditetapkan di awal, dimana tingkat return juga harus lebih tinggi dari rata-rata return Januari – November, maka fenomena tersebut hanya terjadi selama 5 dari 8 tahun yaitu 2002, 2003, 2005, 2006, dan 2008.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah Window Dressing akan kembali terjadi di tahun ini? Ada beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
1. IHSG sudah menguat secara signifikan dari awal tahun hingga akhir November 2010 dengan return mencapai 39,33%. Apakah masih tersisa energi untuk terus menguat lagi mengingat pada tahun 2007 dan 2009 dimana ketika IHSG melambung tinggi, return pada bulan Desember lebih rendah dibandingkan rata-rata Januari – November.
2. Faktor ketidakpastian ekonomi global antara lain seperti krisis hutang Eropa dan efek sampingnya, spekulasi kenaikan suku bunga China dan dampak perang Korea. Setiap saat, salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat memicu penurunan harga saham apalagi mengingat kondisi bursa dunia terkait satu sama lain.
Berdasarkan data di atas, kami meyakini bahwa return pada bulan Desember masih akan positif seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi return, rata-rata return bulan Januari – November 2010 adalah sebesar 3.2%. Dengan harga penutupan IHSG per November 2010 pada 3531,21 , maka window dressing dikatakan terjadi jika IHSG mencapai level 3644,20. Pada saat artikel ini ditulis, harga penutupan IHSG telah mencapai 3571,74 (positif 1.15% per 16 Desember 2010). Supaya window dressing dapat terjadi pada tahun ini, IHSG masih harus naik 72.46 poin atau sekitar 2% lagi dari posisi per 16 desember 2010. Kami melihat kemungkinan ini masih tetap ada.
Ada beberapa cara bagi investor untuk memanfaatkan fenomena window dressing ini. Cara pertama adalah membeli saham-saham yang memiliki kinerja menyerupai dengan pasar. Salah satu cara untuk melihat apakah kinerja saham akan menyerupai pasar atau tidak adalah dengan melihat besaran angka beta. Beta 1,2 menunjukkan apabila IHSG mengalami kenaikan 10%, maka kenaikan saham adalah 12%.
Saham-saham yang memiliki beta 1 atau lebih besar dari 1, dapat menjadi pilihan investor. Sebab dengan beta 1 atau lebih dari 1, maka kenaikan saham tersebut akan sama atau lebih besar daripada kenaikan IHSG. Selain beta, investor juga harus memperhatikan kinerja fundamental perusahaan. Sebisa mungkin pilih perusahaan dengan fundamental yang kuat.
Cara kedua adalah dengan membeli reksa dana saham yang memiliki portofolio menyerupai pergerakan IHSG. Sama seperti saham, angka beta reksa dana juga dapat dihitung. Dengan memilih reksa dana yang memiliki beta 1 atau lebih besar dari 1 diharapkan dapat memperoleh tingkat return yang lebih besar dibandingkan dengan IHSG.
Faktor yang membedakan antara beta saham dengan beta reksa dana adalah bahwa fundamental dari kinerja suatu saham dapat diukur sementara fundamental reksa dana tidak. Hal ini disebabkan karena portofolio reksa dana dapat berubah sewaktu-waktu sehingga bisa saja portofolio yang hari ini terdiri dari saham bagus besoknya sudah tidak sama lagi.
Oleh karena itu, khusus untuk reksa dana, investor harus memperhitungkan faktor konsistensi. Selain return yang positif, reksa dana juga sebisa mungkin diharapkan secara konsisten membukukan kinerja return historis yang lebih baik dibandingkan IHSG pada bulan-bulan desember.
Kejadian masa lalu juga tidak akan selalu terulang pada masa mendatang. Investor juga perlu menyadari bahwa kegiatan investasi merupakan tindakan yang mengandung risiko. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda.
Penyebutan produk investasi di atas (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Investasi adalah kegiatan yang mengandung risiko, investor dan calon investor harus sepenuhnya menyadari bahwa dengan berinvestasi, risiko yang dihadapi adalah dapat kehilangan sebagian atau seluruh nilai pokok investasinya.
“Melakukan copy & paste artikel berita ini dan atau mendistribusikan ulang dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis adalah melanggar Hak Cipta / Copyright ©”

Tinggalkan Balasan ke Sumarli Batalkan balasan