Pada artikel posting yang terakhir, saya sudah berjanji bahwa akan membuat artikel yang berkaitan dengan obligasi. Namun terlepas dari hal tersebut, saya berpikir bahwa ada baiknya sebagai investor, kita mengetahui lebih banyak tentang cara kerja instrumen ini karena:

  1. Tahun lalu kinerja reksa dana pendapatan tetap jauh lebih baik dibandingkan reksa dana saham. Demikian juga untuk awal tahun ini. Namanya juga penjual, biasanya barang yang dijual selalu yang returnnya lebih bagus. Jadi besar kemungkinan tahun ini anda akan lebih sering ditawari reksa dana pendapatan tetap dibandingkan reksa dana saham. Nah, bagaimana anda mau membeli produk ini jika cara kerja obligasi yang menjadi instrumen utama reksa dana pendapatan tetap saja anda tidak tahu?
  2. Selain return historis yang bagus, instrumen ini juga memiliki fungsi penting dalam menjalankan fungsi diversifikasi. Sudah beberapa kali dalam sejarah dimana ketika kondisi saham sedang terpuruk, kerugian di obligasi lebih kecil bahkan tidak jarang memberikan keuntungan seperti yang terjadi tahun lalu. Jadi, memiliki reksa dana pendapatan tetap adalah suatu keharusan terutama bagi investor besar atau investor institusi yang ingin mengelola investasinya dengan hasil yang lebih optimal.

Obligasi dapat dibagi menjadi berbagai jenis menurut fitur-fitur yang ada. Namun secara praktis, kategori obligasi yang paling penting untuk diketahui oleh investor adalah berdasarkan kuponnya. Pembagian obligasi berdasarkan kupon dapat dibagi menjadi:

  • Obligasi Berkupon Tetap (Sukuk Ijarah dalam istilah Syariah)
  • Obligasi Berkupon Variabel (Sukuk Mudharabah)
  • Obligasi Berkupon Nol atau Zero Coupon Bond (Belum ada istilah Syariah sepengetahuan saya)

 

 

Obligasi Berkupon Tetap

Yang paling penting untuk diketahui oleh investor dan juga paling banyak dijabarkan dalam seluruh literatur investasi adalah tentang obligasi berkupon tetap atau fixed rate bond. Jenis obligasi ini juga merupakan yang terbesar dan paling banyak dimiliki dalam reksa dana, baik itu reksa dana pendapatan tetap, campuran, terproteksi bahkan terdapat pula dalam reksa dana saham meski dalam komposisi yang kecil.

Obligasi Berkupon Tetap atau sering disingkat Obligasi FR ini adalah jenis obligasi yang membayarkan sejumlah bunga yang sifatnya tetap selama jangka waktu tertentu dan pokoknya pada saat jatuh tempo. Kupon adalah sebutan untuk bunga yang dibayarkan oleh penerbit obligasi, biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu dan dikalikan dengan nominal obligasi. Salah satu fitur membedakan antara obligasi dengan saham adalah instrumen ini memiliki waktu jatuh tempo. Bagi anda yang masih awam, bayangkan saja obligasi ini sama seperti deposito, hanya jatuh temponya lebih panjang. Jatuh tempo untuk obligasi bisa berkisar antara 1 – 30 tahun untuk pemerintah dan 1 – 10 tahun untuk swasta.

Jatuh tempo yang lebih panjang ini menjadikan obligasi lebih berisiko daripada deposito. Logikanya, jika deposito yang jatuh temponya (katakan) 1 bulan memberikan bunga 5.75% per tahun, maka obligasi yang jatuh temponya (katakan juga) 10 tahun tentu harus memberikan kompensasi yang lebih tinggi agar dipilih oleh investor. Sehingga umumnya, kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan bunga deposito. Semakin lama waktu jatuh tempo, semakin besar pula kupon obligasi.

Faktor kedua yang membuat kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan dengan deposito adalah risiko gagal bayar. Karena obligasi diterbitkan oleh perusahaan, maka tentu ada kemungkinan suatu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa disebabkan seperti terjadi kerugian dalam operasi yang terlalu besar, kondisi bisnis yang lesu, beban hutang yang terlalu besar, force majeure, penggelapan dan atau faktor lainnya. Banyak sekali contoh kasus yang bisa anda lihat baik dari dalam maupun luar negeri jika anda mengikuti pemberitaan di koran selama beberapa tahun terakhir ini. Bank juga memiliki risiko gagal bayar, namun dalam jumlah tertentu, masih dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Dalam prakteknya tentu risiko-risiko yang saya sebutkan dalam faktor kedua di atas berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Ada perusahaan yang sangat solid, ada pula perusahaan yang biasa-biasa atau bahkan cenderung menunjukkan ketidakmampuan dalam membayar. Sebagai investor yang awam tentu akan susah sekali bagi kita untuk tahu dan mengkuantifikasikan risiko gagal bayar suatu perusahaan. Untuk itulah dikembangkan Rating. Perusahaan dengan rating yang lebih baik cenderung membayar kupon lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan rating yang kurang baik.

Dalam investasi obligasi, kupon yang nilainya tetap sampai obligasi jatuh tempo tersebut merupakan cerminan dan kompensasi atas risiko lamanya jatuh tempo (semakin lama uang kita kembali) dan risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor. Tabungan memiliki risiko waktu dan gagal bayar yang paling kecil karena bisa diambil sewaktu-waktu, oleh karena itu bunganya juga yang paling kecil bahkan tidak ada. Jadi besar kecilnya kupon dalam obligasi adalah indikator yang menunjukkan BESARNYA RISIKO. Semakin besar, berarti semakin tinggi pula risiko instrumen tersebut. Hal ini juga berlaku bagi tawaran-tawaran investasi yang too good to be true yang belakangan ini sangat marak di masyarakat.Berhati-hatilah.

Gambar di atas, yang saya ambil dari investopedia, merupakan gambar yang paling baik menurut saya dalam menggambarkan suatu obligasi berkupon tetap.

  • Timeline menunjukkan berapa tahun suatu obligasi akan jatuh tempo
  • Maturity Date menunjukkan tanggal jatuh tempo obligasi
  • Cashflows menunjukkan sejumlah bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi
  • Last Cashflow menunjukkan jumlah antara bunga dan pokok pinjaman yang dibayarkan kepada pemegang obligasi
  • Duration menunjukkan satuan risiko obligasi (akan saya jelaskan dalam kesempatan yang lain)

Obligasi Memiliki Harga

Harga obligasi dinyatakan dalam persentase. 100% berarti harga obligasi sama dengan nilai pokok obligasi atau disebut at par. Di bawah 100% disebut at discount dan di atas 100% disebut at premium. Pertanyaan kenapa obligasi memiliki harga? Kenapa pula orang mau membeli obligasi ketika harganya di atas 100% dan mau menjual obligasi ketika harganya di bawah 100%? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mengetahui tentang konsep YTM (Yield to Maturity).

Obligasi memiliki harga karena bisa diperdagangkan. Artinya seorang investor yang memegang obligasi (katakan) yang jatuh temponya 10 tahun, karena butuh dana, maka obligasi tersebut yang baru dibelinya tersebut bisa dijual kepada pihak lain untuk mendapatkan dana. Mau diperdagangkan di pasar perdana (ketika  obligasi diterbitkan pertama kali) maupun ditransaksikan di pasar sekunder, acuan untuk berinvestasi di obligasi selalu sama, yaitu berapa besarnya keuntungan obligasi dibandingkan dengan keuntungan instrumen yang menjadi acuan (misalnya deposito) pada saat transaksi dilakukan.

Kata “pada saat transaksi” dilakukan menjadi gambaran yang penting, sebagai ilustrasi, misalnya ketika suatu obligasi baru terbit, tingkat deposito yang berlaku adalah 10%. Sehingga pada saat itu, investor baru berminat membeli obligasi tersebut ketika menawarkan kupon di atasnya misalnya 12%. Pada saat mau dijual, setelah dipegang beberapa tahun, kondisi ekonomi membaik, rating kita naik dan suku bunga deposito menjadi semakin rendah. Katakan sama seperti sekarang yaitu sekitar 6%, maka investor yang tadinya baru puas kalau dapat 12%, sekarang dikasih 8% mungkin sudah bahagia. Karena opsi deposito yang tersedia pada saat keputusan mau diambil hanya memberikan keuntungan 6%.

Katakanlah kedua investor sepakat bahwa jika 8% merupakan tingkat return yang wajar sehingga transaksi bisa dilakukan. Di sini masalah terjadi, bagaimana membuat obligasi tersebut memberikan keuntungan 8% sementara kuponnya yang sudah tetap dan tidak akan berubah sampai jatuh temponya adalah 10%? Dari pemikiran inilah konsep dan formula tentang harga wajar dan perhitungan obligasi lainnya ditemukan.

Harga wajar obligasi =

  • YTM = Yield To Maturity adalah tingkat keuntungan per tahun yang diperoleh investor obligasi yang diperoleh dengan memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Tingkat keuntungan diperoleh dari keuntungan kupon + keuntungan / kerugian dari selisih harga.
  • N = waktu jatuh tempo (dalam tahun)

Sebagai contoh obligasi dengan nominal 100 juta dan memberikan kupon 10% (10 juta per tahun) ingin dijual pada harga yang mencerminkan keuntungan 8% per tahun, maka perhitungannya menjadi :

Hasil dari perhitungan di atas adalah 105,15 juta. Jadi harga yang mencerminkan keuntungan 8% per tahun dari obligasi tersebut adalah dengan menjualnya saat ini di harga 105,15 juta. Si pembeli obligasi yang mendapat keuntungan 10 juta per tahun dari kupon selama 3 tahun dan kerugian 5.15 karena pada saat jatuh tempo Cuma dikembalikan 100 juta, mendapatkan keuntungan yang ekuivalen dengan 8% per tahun.

Sebaliknya apabila investor menginginkan keuntungan 12%, maka harga yang mencerminkan keuntungan tersebut adalah Rp 95,2 juta. Harga tersebut biasanya dinyatakan dalam persentase sehingga jika anda lihat di koran atau media tercatat 105.15 atau 95.2. Sebagai contoh:

Semakin besar tingkat keuntungan yang diinginkan investor (YTM) maka semakin rendah harga obligasi, sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diinginkan juga kecil, maka semakin tinggi pula harga obligasi.

Jadi ketika anda mendengar atau membaca informasi bahwa Yield (sebutan untuk YTM) naik atau turun, itu berarti tingkat keuntungan yang diharapkan untuk obligasi naik atau turun. Semakin aman suatu negara (yang ditunjukkan dengan rating), biasanya Yield yang diminta juga akan semakin rendah seperti di Indonesia. Sebaliknya Yunani yang diperkirakan akan bangkrut, maka Yield Obligasi yang diminta juga sangat tinggi. Sebagai perbandingan, jika obligasi yang jatuh temponya 10 tahun memiliki yield 5.3%, obligasi serupa terbitan Yunani memiliki Yield 33% atau hampir 6 kali lipatnya. Berani beli?

Demikian artikel ini, pada kesempatan yang lain saya akan menjelaskan lebih lanjut mengenai risk and return obligasi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda. Terima kasih.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.

207 tanggapan untuk “Memahami Cara Kerja Obligasi…..(1)”

  1. rani Avatar
    rani

    maksudnya ada data harga obligasi sebelum dan sesudah pengumuman peringkat obligasi….
    ada tidak data seperti itu,,,,,, kalau data saham kan ada seperti itu ,yaitu data saham sebelum dan sesuda stock split, terima kasih

    Suka

  2. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @rani
    Salam Rani,

    Coba kamu tanyakan kembali dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

    Terima kasih.

    Suka

  3. rani Avatar
    rani

    pak saya mau tanya
    bagaimana cara uuntuk mendapatkan perusahaan yang mengalami
    non investmen grade

    Suka

  4. rani Avatar
    rani

    pak saya mau tanya
    ada data pengumuman peringka obligasi sebelum dan sesudah pengumuman peringkat obligasi,? atau harga obligasi sebelum dan sesuda pengumuman peringkat obliigasi …..
    solanya saya lagi mengerjakan skripsi tentang ,analisis kinerja obligasi sebelum dan sesudah obligasi …terima kasih

    Suka

  5. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Miranti
    Selamat Malam juga Ibu Miranti,

    Untuk tahu lebih pastinya, mesti dibuat penelitian.

    Semoga bermanfaat, terima kasih

    Suka

  6. Miranti Avatar
    Miranti

    Selamat malam pak.
    saya mau menanyakan apakah kurs juga mempengaruhi harga obligasi?
    terimakasih.

    Suka

  7. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @angga
    Salam Pak Toerangga,

    Terima kasih telah membaca blog ini.

    Kalau dalam bahasa keuangan, tindakan anda ini disebut dengan Anjak Piutang (Factoring). Anda bisa menghubungi bank atau perusahaan multifinance (pembiayaan) yang bisa memberikan anda pinjaman modal berdasarkan kontrak tersebut.

    Namun dalam kasus anda ingin menerbitkan obligasi, berarti anda harus menghubungi perusahaan sekuritas dan melakukan yang namanya Initial Public Offering (IPO) obligasi. Saya tidak tahu berapa nilai kontrak yang anda maksud, namun jika jumlahnya tidak di atas Rp 100 milliar, saya rasa anda akan sulit untuk mencari perusahaan sekuritas / underwriter yang mau melakukannya. Selain itu, akan sangat tidak ekonomis bagi perusahaan anda karena untuk memenuhi semua ketentuan tersebut, tidak sedikit biaya yang harus keluarkan mulai dari audit laporan keuangan, keterbukaan, legalitas dan biaya pemeringkatan dan lain-lain.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  8. angga Avatar

    Salam kenal Pak Rudy,

    Nama saya Toerangga dan saya sangat terkesan membaca blog bapak mengenai investasi obligasi.

    Saya ingin bertanya dan berharap bapak berkenan untuk menjawab. Saya mempunyai perusahaan yang mempunyai aset properti yang dikontrak oleh satu supermarket ternama selama 10 tahun dengan nilai tetap dan klausul yang cukup tidak beresiko gagal. Perusahaan saya berniat untuk berekspansi namun dan membutuhkan dana namun kami tidam tertarik untuk melakukan pinjaman bank. 

    Kami sangat tertarik untuk menerbitkan obligasi guaranteed bonds dari kontrak tersebut untuk mendanai ekspansi kami. Kira2 apakah bs ya? Dan gimana caranya? Terimakasih.

    Suka

  9. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @ibel
    Salam Pak Ibel,

    Mohon maaf sebelumnya jika saya berprasangka buruk, akan tetapi sebaiknya anda tidak mudah percaya kepada orang lain, apalagi untuk mengurusi surat anda yang sudah tidak jelas legalitasnya.

    Terima kasih

    Suka

  10. ibel Avatar
    ibel

    ika :

    Rudiyanto :
    @Fredy Hermawan
    Yth Pak Fredy,
    Untuk obligasi tersebut, berarti sudah jatuh tempo hampir 26 tahun yang lalu. Saya tidak tahu apakah masih valid atau tidak. Dan banknya bukankah sudah tidak ada? Kalau ada yang menawarkan obligasi tersebut sebaiknya jangan dibeli takutnya itu bohongan. Persis seperti dulu sempat ada yang menawarkan uang USD 10.000 yang terbit puluhan tahun yang lalu.
    Semoga bermanfaat.

    Pak fredy kemarin ayahku bisa mengurusi obligasi bank dagang negara, kalau mau sharing bisa lewat email saya

    Dear ibu Ika,
    bisa diinfokan alamat email ibu saya ada case yang sama dengan Fredy Hermawan

    Thanks

    Suka

  11. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @leonadi
    Salam Pak Leonardi,

    Obligasi ditransaksikan secara Over The Counter (OTC). Kalau bahasa gampangnya, itu sudah hampir sama kayak kamu mau jual beli HP bekas di Roxy.

    Kamu datang ke toko, kasih tahu mau jual HP jenis apa, kemudian yang punya toko bilang dia akan beli di harga sekian. Setuju harganya deal, tidak setuju cari toko lain yang bersedia beli di harga yang kamu inginkan. Berapa harga pasarnya? ya kira-kira saja. Bisa dari tanya toko kiri kanan, atau bisa juga berdasarkan transaksi terakhir dari HP sejenis. Darimana toko HP untung? ya HP yang dibeli dari anda kemudian dijual sedikit lebih mahal kepada orang lain. Harga HP bekas itu ditentukan berdasarkan macam-macam hal, kondisi fisik HP, ada kotaknya atau tidak, selain itu buat toko yang punya banyak pelanggan mungkin saja dia bisa berikan harga lebih baik karena yakin bisa menjualnya, dan sebaliknya.

    Cara kerja penjualan obligasi juga kurang lebih demikian. Bedanya kalau yang tadi Toko HP, ini kamu datang ke Broker Obligasi. Perusahaan yang memiliki izin sekuritas bisa melayani jasa transaksi saham dan obligasi.

    Apakah bisa kita langsung menjual HP kita ke user langsung? Bisa saja. Kalau kondisi masih mulus dan harga bagus tentu bisa. Nah, kalau transaksi obligasi itu berbeda. Transaksi hanya bisa terjadi jika difasilitasi oleh broker. Jadi bisa saja investor satu dan yang lain deal langsung, tapi transaksinya tetap harus menggunakan jasa broker. Mana yang lebih sering? Itu sama dengan anda tanya, jual beli HP Bekas itu lebih sering di Toko HP atau antar pengguna langsung?

    Yang membedakan saham dengan obligasi, pada saat ada yang berminat beli atau berminat jual, order Bid dan Offer dimasukkan ke sistem dan seluruh investor bisa melihatnya. Dengan demikian, orang bisa mengetahui harga pasarannya berapa.

    Kalau di obligasi yang dilakukan secara OTC, minat beli dan jual disampaikan tapi yang tahu hanya brokernya. Tidak ada sistem seperti online trading yang bisa melihat harga tersebut. Yang kamu lihat di Infovesta.com dan IDX adalah harga “sesudah” transaksi dilakukan. Jadi meski dilakukan secara OTC, ada peraturan yang mewajibkan broker melaporkan ke bursa untuk transaksi yang sudah “done”. Hanya saja pelaporannya tidak harus saat itu juga, bisa beberapa saat setelahnya atau pada sore harinya.

    Yang dimaksud dengan WAP adalah Weighted Average Price. Harga rata-rata tertimbang, misalkan ada transaksi harga 100 sebanyak 10 M dan harga 110 sebanyak 10 M juga, maka harga WAPnya adalah 105.

    Satu hal yang saya tahu, yang agak berbeda adalah jika kita jual beli obligasi via bank. Jika anda bertransaksi via broker, umumnya tidak ada biaya transaksi seperti halnya saham yang berdasarkan persentase tertentu dari nilai transaksi. Broker obligasi mengambil untung dari selisih harga beli dari kamu dan harga jual ke investor lain. Namun jika dilakukan via bank, dalam beberapa kasus saya lihat ada biaya transaksi.

    Hal ini mungkin karena transaksi via broker nominalnya sudah puluhan hingga ratusan milliar. Kalau beli via bank masih bisa “ketengan” dari jutaan hingga 1-2 M. Dan karena nominal yang kecil tersebut harga obligasi ditentukan oleh bank. Bukan oleh investor yang punya. Jadi pada banyak kasus, harga WAP di Infovesta sering sekali berbeda dengan harga beli dari bank.

    Prinsip obligasi, suku bunga naik harga obligasi turun. Suku bunga turun harga obligasi naik.

    Demikian semoga bermanfaat.

    Suka

  12. leonadi Avatar
    leonadi

    Bpk. Rudiyanto;

    Sekalian tolong dikoreksi jika ada pemahaman saya yang salah : buat saya belajar memahami obligasi mis :kasus sdr @Hendra Salim

    SR007 kupon 8,25% buy back di bulan April 2015 dengan 100.3%.
    menurut saya : sukuk dibeli perdana. dengan bi rate 7.5 % jadi di buy back 100.3

    jika kondisi saat itu bi rate masih sama 7.5 %, ada kepastian the Fed menaikan bunga pada semeter ke-2. maka ada sellisi bunga antara 0.85 % maka masih besar kemungkian nilai obligasi tersebut bernilai diatas 100.3 maka sebaiknya tunggu,

    dan jual di pasar sekunder jika ada kepastian BI rate naik mengikuti kenaikan bunga the fed

    :

    Suka

  13. leonadi Avatar
    leonadi

    Bpk. Rudiyanto;

    Saya ada pertanyaan mengenai obligasi retail pada proses jual

    jika akan dijual, apa tunggu pembeli ada ? harga siapa yang menentukan ?, harga pasar, harga penjual atau pembeli.

    mis : Sukuk Negara Ritel Seri SR-006 di web http://www.infovesta.com/ harga wap diatas 102 tapi di laporan transaksi otc harga macam-macam dari 101 s.d 102.5 kemudian dijual apakah harus melalui bank tempat kita beli ?

    Suka

  14. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Hendra Salim
    Selamat Pagi Pak Hendra Salim,

    Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, boleh tahu apa yang akan anda lakukan Sukuk tersebut kalau Premium dan Discount?

    Suka

  15. Hendra Salim Avatar
    Hendra Salim

    Met siang Pak Rudy, Belakangan ini ada Sukuk SR007 kupon 8,5%, jatuh tempo 2018, bisa keep Dan ada program buy back di bulan April 2015 dengan 100.3%. Menurut bapak Sukuk ini premium or discount, and yieldnya gimana pak? Terima Kasih…

    Suka

  16. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @wawan
    Selamat Sore Pak Wawan,

    Silakan baca prospektus obligasi tersebut.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  17. wawan Avatar
    wawan

    Dear Bpk. Rudiyanto,

    bagaimana saya dapat mengetahui bahwa suatu obligasi yang diterbitkan tersebut dijamin dengan kekayaan/aset tertentu dari penerbitnya. Apakah dari laporan keuangan atau dari IBMD ? mengingat ada juga obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

    terimakasih

    Suka

  18. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Ratcano
    Salam Ratcano,

    Pemahaman tersebut berlaku apabila ketika membeli suatu obligasi, kamu sudah memutuskan akan mentransaksikannya. Jika ketika kamu membeli, keputusannya adalah memegang hingga jatuh tempo, maka dianggap YTM sudah disepakati sejak awal. Semua perubahan suku bunga sudah menjadi tidak relavan lagi.

    Untuk detailnya, anda bisa baca di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/03/18/memahami-cara-kerja-obligasi-3-mengenal-metode-akuntansi-obligasi/

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  19. Ratcano Avatar
    Ratcano

    Salam pak rudiyanto,

    Saya masih mencoba memahami volatilitas yang terjadi pada instrumen obligasi fixed rate.
    Berarti dalam obligasi tersebut terdapat 3 tingkat bunga yang harus diperhatikan.

    1) tingkat bunga kupon (coupon rate)
    2) tingkat bunga deposito (i/y)
    3) required return (ytm)

    Karena coupon rate tidak berubah, berarti saat saya memiliki obligasi fixed rate, saya harus memperhatikan tingkat bunga deposito. Kemudian Required return saya harus mengikuti tingkat bunga deposito (yang dipengaruhi makro) apabila saya akan mencari harga wajar bila obligasi tersebut ingin saya jual. Saya juga harus bersiap menjual obligasi saya jika bunga terus meningkat. Jika saya tidak menjualnya saat bunga deposito terus meningkat tajam dan tetap menahan sampai mature maka sebenarnya investasi saya dalam keadaan rugi besar.

    Benarkah pemahaman saya mengenai obligasi ini. Koreksi jika salah.
    Trima kasih banyak sebelumnya.

    Suka

  20. Agus Avatar
    Agus

    Pak bagaimana melihat harga obligasi korporasi? Masalahnya dalam factbook dan bondbook hanya ada nominal dan volume saja. Terima kasih

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Salam pak Agus,

      Bisa lihat koran kontan? Koran ya, bukan website.

      Suka

  21. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Agus
    Salam Pak Agus,

    Coba dibaca lagi buku manajemen investasi atau manajemen keuangannya secara detail.

    Terima kasih.

    Suka

  22. Agus Avatar
    Agus

    Pak saya mau tanya soal rumus YTM yang aproxi nya?? apakah C dalam Coupon itu harus dikali dengan P nya dulu?

    Suka

  23. al qusyaery fiqih Avatar
    al qusyaery fiqih

    @ika
    Malam mba ika.. Apa boleh saya minta alamat email mba.. Kbetulan saya juga punya obligasi bdn, saya mau sharing2 aja nih mba. Terima kasih

    Suka

  24. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @fitri
    Malam Fitri,
    Kalau itu pertanyaan buat yang menyusun bond directory. Saran saya anda bisa menghubungi langsung institusi yang menyediakan data tersebut.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  25. fitri Avatar
    fitri

    pak.. saya mau tanya, kenapa ya bond direktory market utk tahun 2011 ke atas kok cm sampe puluhan aja pak (tidak lengkap) .
    sedangkan yang tahun 2011 ke bawah itu sampai ratusan ,
    bagaimana agar kita bisa mendapatkan data itu pak?
    terima kasih pak

    Suka

  26. ika Avatar
    ika

    Rudiyanto :
    @Fredy Hermawan
    Yth Pak Fredy,
    Untuk obligasi tersebut, berarti sudah jatuh tempo hampir 26 tahun yang lalu. Saya tidak tahu apakah masih valid atau tidak. Dan banknya bukankah sudah tidak ada? Kalau ada yang menawarkan obligasi tersebut sebaiknya jangan dibeli takutnya itu bohongan. Persis seperti dulu sempat ada yang menawarkan uang USD 10.000 yang terbit puluhan tahun yang lalu.
    Semoga bermanfaat.

    Pak fredy kemarin ayahku bisa mengurusi obligasi bank dagang negara, kalau mau sharing bisa lewat email saya

    Suka

  27. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @yudi
    Salam Yudi.

    Anda bisa mencari di situs bursa efek Indonesia.

    Semoga berhasil.

    Suka

  28. yudi Avatar
    yudi

    selamat siang pak rudi.. saya mengalami kendala untuk mendapatkan data emisi obligasi korporasi untuk tahun 2011-2012. mohon pencerahannya pak, dimana saya bisa mendapatkan data tersebut. terima kasih.

    salam

    Yudi

    Suka

  29. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Judjo
    Salam Judjo,

    Apa yang dimaksud dengan Proksi?

    Untuk harga pasar obligasi, tersedianya memang yang harus berlangganan. Tersedia di Infovesta, Bloomberg dan IBPA. Anda bisa menghubungi mereka langsung untuk informasi harga langganannya.

    Terima kasih.

    Suka

  30. Judjo Avatar
    Judjo

    pak Rudi,, saya mau nanya.. pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap yield obligasi, proksi apa yang bisa saya gunakan? harga pasar obligasi kah?

    dimana saya bisa mendapatkan harga pasar obligasi tiap tahunnya?

    Suka

  31. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Nina
    Salam Nina,

    Mungkin bisa dicoba dengan menelepon langsung. Di website seharusnya ada informasi nomor telepon.

    Terima kasih

    Suka

  32. Nina Avatar

    Yth Pak Rudy, mohon bantuannya

    saya membutuhkan data mengenai harga sukuk korporasi per tahun untuk tesis saya, apakah saya bisa mendapatkannya dari infovesta?

    kalau bisa hubungi kemana? saya sudah kirim email tapi belum ada balasan 😦

    Terima kasih bantuannya ya Pak

    Suka

  33. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Fredy Hermawan
    Yth Pak Fredy,

    Untuk obligasi tersebut, berarti sudah jatuh tempo hampir 26 tahun yang lalu. Saya tidak tahu apakah masih valid atau tidak. Dan banknya bukankah sudah tidak ada? Kalau ada yang menawarkan obligasi tersebut sebaiknya jangan dibeli takutnya itu bohongan. Persis seperti dulu sempat ada yang menawarkan uang USD 10.000 yang terbit puluhan tahun yang lalu.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  34. Fredy Hermawan Avatar
    Fredy Hermawan

    salam pak Rudi,
    Saya ingin bertanya masalah obligasi, sertificat dikeluarkan oleh bank dagang negara cabang jakarta thamrin tertanggal 17 Maret 1987
    no : 27058/BDN/THM/87
    no seri 880083
    sejumlah 100 milyard
    dan tertulis mengikat diri untuk membayar 1 tahun kemudian
    17 maret 1988
    Untuk mengecheck ke absahan nya bagaimana?
    Juga masalah pencairannya bagaimana?
    Terima kasih sebelumnya.
    Salam, Fredy

    Suka

  35. Nina Avatar

    Pak Rudiyanto, saya sudah membeli buku anda mengenai Reksadana, dan sekarang terkait tesis, saya membaca kembali website anda untuk mendapatkan ilmu tentang Obligasi. Saya yg dari buta buta banget tentang obligasi (karena latar belakang engineering) selalu ‘tercerahkan’ ketika membaca tulisan tulisan anda yg easy to read dengan bahasa yang mudah dicerna orang awam seperti saya. Terima kasih ya Pak, dan ijinkan saya mengutip berbagai ilmu yg anda share disini ke dalam tesis saya (tentu saja nama anda saya tuliskan di dalamnya). Sekali lagi terima kasih Pak Rudiyanto. Semoga Bapak selalu sukses. 🙂

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Siang Nina,

      Terima kasih telah membeli buku saya. Silakan gunakan blog ini sebagai referensi thesis anda semoga sukses dengan thesisnya.

      Suka

  36. Refa Avatar
    Refa

    Saya mau bertanya, apakah ada hubungannya antara jumlah pengangguran dengan harga obligasi? Terima kasih pak

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Salam Refa,
      Itu pertanyaan yg bagus, menurut saya bisa coba kamu teliti utk melihat apakh ada hubungan atau tidak.

      Thanks

      Suka

  37. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @tika
    Selamat Siang Tika,

    Mengenai alasan mengapa orang beli di harga discount atau premium, itu alasannya banyak. Mulai dari alasan klasik seperti “Butuh Duit”, tapi sebenarnya lebih banyak karena alasan komersial. Misalkan beberapa tahun yang lalu, ketika bunga deposito masih tinggi, obligasi supaya laku harus membayarkan bunga di atas deposito. Katakanlah Deposito 8 obligasi mesti 10%.

    Jatuh tempo obligasi tersebut katakanlah 10 tahun. Baru jalan 2 tahun, suku bunga deposito turun menjadi 6%. Dengan logika yang sama, obligasi supaya laku cukup memberikan bunga 8% saja. Tapi masih ada seri obligasi lama yang memberikan bunga 10%.

    Karena memberikan kupon di atas rata-rata obligasi saat ini, maka ketika obligasi tersebut dijual pada harga premium, orang masih mau beli karena kupon yang didapat lebih besar dibandingkan pasaran saat ini.

    Mengenai pertanyaan anda yang lain, kamu perlu memahami konsep tentang Yield to Maturity (YTM) http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/04/05/memahami-cara-kerja-obligasi-4-yield-curve-obligasi/ dan tujuan investor dalam berinvestasi di obligasi, apakah hold to maturity atau trading http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/03/18/memahami-cara-kerja-obligasi-3-mengenal-metode-akuntansi-obligasi/

    Semoga bisa menjawab pertanyaan anda. Terima kasih.

    Suka

  38. tika Avatar
    tika

    Selamat sore,saya agak paham tentang at discount dan at premiun tapi apa alasan investor menjual dengan harga di atas pasar ?untungnya bagi pembeli apa?.Kemudian yang inin saya tanyakan apa ada pembeli yang mau membeli obligasi tersebut jika muncul obligasi seri baru yang kuponnya lebih tinggi?Harus dijual berapa agar laku?

    Suka

  39. richard nando Avatar

    pak saya mau tanya, web yang menyediakan pergerakan harga obligasi secara gratis dan tanpa daftar ada gak ya?

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Salam Richard, tingkat kesulitan pertanyaan itu sama dengan pertanyaaan seperti dimana tempat di Jakarta kita bisa makan siang gratis utk selamanya tanpa syarat apapun, dan kebetulan saya masih belum punya jawabannya. Thanks

      Suka

  40. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @chrisna
    Salam Chrisna,

    Coba bawa sertifikat yang kamu punya dan datang ke perusahaan sekuritas terdekat.

    Semoga berhasil.

    Suka

  41. chrisna Avatar
    chrisna

    kalau mau jual obligasi kemana ya pak??? dulu obligasi di terbitkan dari bank Dagang Negara dan sekarang sudah jadi mandiri….. bisa ndak di jual ke per orangan???

    Suka

  42. Queen Avatar
    Queen

    Saya mau bertanya. Lebih baik membeli obligasi discount atau premium?

    Suka

  43. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @beni
    Salam Beni,

    Kalau obligasi itu, sama seperti saham dan reksa dana. Ditawarkan ke publik, jadi pasti lebih dari 1 investor.

    Suka

  44. beni Avatar
    beni

    maaf pak mau tanya, pemegang obligasi boleh lebih dari satu investor atau tidak?
    terimakasih

    Suka

  45. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @beni
    Salam Beni,

    Perlu kamu pahami bahwa harga obligasi bisa berubah setiap hari, sementara inflasi berubah setiap bulan. Kemudian, harga obligasi juga tergantung pada waktu jatuh temponya dimana semakin mendekati jatuh tempo, harga obligasi akan semakin mendekati 100, mau inflasi naik ataupun turun. Belum lagi, transaksi obligasi tidak likuid, bisa saja harganya seharusnya naik atau turun, namun karena tidak ada transaksi, harganya dicatat sama dengan harga periode sebelumnya.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  46. beni Avatar
    beni

    iya pak, kalo saya baca di artikel bapak inflasi mempengaruhi perubahan harga obligasi.
    tetapi hasil penelitian saya inflasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. sedangkan penelitian sebelumnya tidak ada penjelasan mengenai hal tersebut. jadi saya harus mencari teori yang mendukung mengenai kenpa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. dari tadi saya coba cari tapai belum ketemu.

    Suka

  47. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @beni
    Kalau itu saya tidak tahu, karena kalau di artikel saya malah inflasi berpengaruh terhadap harga obligasi bukan?

    Suka

  48. beni Avatar
    beni

    maaf pak, kalo menurut pendapat bapak pribadi kenapa inflasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi?
    terimakasih

    Suka

  49. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @beni
    Kalau mengenai hal tersebut, silakan cek di penelitian yang anda baca. Tentu ada disebutkan mengapa statement tersebut dikatakan.

    Semoga berhasil

    Suka

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui