Pada artikel sebelumnya saya meminta tanggapan teman2 mengenai produk Unit Link. Sebab antara asuransi dan investasi murni atau Unit Link selalu menjadi pertanyaan dan perdebatan yang hangat mengenai apakah itu sebaiknya dipisah atau digabung. Sebagai seseorang yang berkarir di bidang pasar modal dan memasarkan produk investasi murni tentu apapun pendapat saya mengandung yang namanya conflict of interest. Oleh karena itu, saya akan mencoba untuk membahasnya dengan sharing pengalaman saya sendiri daripada berpendapat apakah ini sebaiknya dipisah atau digabung.

Sebab sama seperti teman2 disini, saya juga pernah ditawari secara gencar oleh agen asuransi. Dan pada kenyataannya saya juga memiliki produk yang anda sebut dengan nama unit link tersebut. Tertarik? Silakan ikut cerita ini lebih lanjut

Baik, cerita ini dimulai ketika ketika saya sedang kuliah di Universitas Tarumanagara. Pada waktu kuliah dulu, menjelang semester akhir, saya sempat di ajak ke salah satu perusahaan asuransi terkemuka di negara ini dan mengikuti training tentang kebutuhan asuransi pemasarannya. Waktu itu, terus terang saya sedang membutuhkan uang dan penghasilan dari kegiatan mengajar di kampus saja tidak cukup. Singkat kata saya hanya mencoba sebentar, dan.. kalau boleh jujur saya gagal jadi agen asuransi yang baik karena tidak berhasil menjual satu polispun. Tapi sedikit banyak saya pelajari tentang cara kerjanya.

Tidak lama setelah itu, saya diterima magang di perusahaan saya pertama kali yaitu Infovesta. Selama bekerja di situ sebagai riset dan juga merangkap penjual, saya banyak belajar tentang investasi, perencana keuangan dan asuransi. Ketika penghasilan saya perlahan2 sudah meningkat, saya memutuskan untuk berinvestasi di reksa dana terlebih dahulu. Hal ini sebetulnya salah karena secara konsep perencana keuangan, seseorang seharusnya memproteksi dirinya terlebih dahulu dari risiko baru selanjutnya berinvestasi. Bagi saya waktu itu, karena orang tua masih bisa membiayai dirinya sendiri, maka otomatis saya tidak memiliki tanggungan. Oleh karena itu, fokus saya hanya pada bagaimana meningkatkan nilai aset dengan berinvestasi sekaligus mendapatkan “feeling” bagaimana cara kerja dan kinerja reksa dana.

Setelah bekerja beberapa tahun, salah satu kerabat dari atasan menawarkan saya menawarkan produk asuransi murni. Timbang punya timbang akhirnya saya memutuskan untuk membeli asuransi tersebut. Sebagai informasi, premi asuransi tersebut adalah sekitar Rp 3 juta per tahun dengan uang pertanggungan Rp 1,4 M. Saya beli asuransi ini dengan pertimbangan adik saya waktu itu masih kecil dan masih dalam tanggungan orang tua. Pikiran saya suatu saat jika orang tua saya sudah tidak bekerja tentu saya akan mengambil alih tanggung jawab tersebut, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan? Jadi inilah asuransi jiwa pertama kali yang saya beli. Tidak ada rumus khusus dalam membeli asuransi ini, saya cuma hitung apakah saya sanggup bayar preminya atau tidak, dan apakah nominal pertanggungannya saya anggap cukup. Dari kantor saya mendapat fasilitas asuransi kesehatan. Namun ketika saya coba klaim, memang tidak menanggung hingga 100%. Sebelum ada asuransi tersebut, biaya kesehatan boleh direimburse ke kantor.

Hidup berlanjut, saya menikah, berganti pekerjaan dan sekarang bekerja di Panin Asset Management. Setelah bekerja selama beberapa bulan, kembali saya mendapat tawaran asuransi dari salah satu kenalan di kantor. Karena sudah menikah, tentu tanggungan saya bertambah. Dari yang tadinya hanya adik, sekarang istri. Maka saya kembali memutuskan untuk menambah asuransi. Dari penawaran yang diberikan, uang pertanggungan kalau tidak salah sekitar Rp 2 M dengan premi sekitar Rp 6 juta per tahun. Memang lebih kecil jika dibandingkan dengan rasio saya sebelumnya, namun mungkin ini ada kaitannya juga dengan umur dan kondisi kesehatan saya. Untuk asuransi kesehatan, memang saat saya baru masuk belum ada, namun diberikan penggantian dari kantor yang batasannya sekitar 1 kali gaji dalam 1 tahun.

Sambil berjalannya waktu, sama seperti juga teman2 disini, tentu pernah mendengar atau bahkan mengalami langsung dimana salah satu dari saudara, orang tua saudara, atau bahkan kenalan kita mengalami penyakit yang cukup parah dan menghabiskan cukup banyak uang. Ada yang beruntung karena punya uang yang cukup, tapi tidak sedikit yang sampai harus berutang atau menggadaikan hartanya karena penyakit yang tidak sembuh2. Dari sini timbul keinginan saya juga untuk memproteksi saya dari penyakit kritis. Oleh karena itu, saya menghubungi agen asuransi saya yang pertama dan berkonsultasi mengenai hal tersebut. Beberapa saat kemudian dia datang dan menawarkan upgrade dari asuransi yang saya miliki.

Upgradenya kurang lebih sebagai berikut, premi per tahun naik dari Rp 3 juta menjadi sekitar Rp 3,7 juta dengan Uang Pertanggungan tetap Rp 1,4 M. Jika terdiagnosa penyakit kritis, maka UP akan keluar 50% dan jika meninggal setelah itu akan keluar sisanya. Jika sembuh, paling tidak, ada uang Rp 700 juta untuk biaya pengobatan dan lain2. Saya setuju dan melakukan upgrade. Semua pembayaran asuransi dilakukan dengan kartu kredit.

Selang 1 tahun, lagi-lagi saya ditawari asuransi. Kali ini oleh teman saya yang sudah kenal sejak kuliah dan baru 1 tahun terakhir menggeluti dunia asuransi. Setelah memproteksi diri saya, langkah selanjutnya proteksi untuk istri. Terus terang saya memang sengaja untuk tidak membeli dari asuransi yang sama (2 agen sebelumnya) dan ingin mencoba asuransi yang lain untuk melihat pelayanan dan kualitas servisnya. Untuk ini, saya meminta dibuatkan polis untuk istri saya dengan premi sekitar Rp 6 juta per tahun. Fokus saya waktu itu lebih kepada perlindungan untuk penyakit kritis dan biaya untuk pengobatan dan rumah sakit (kesehatan). Jadi terus terang saya agak lupa dengan uang pertanggungannya. Perusahaan tempat teman saya bekerja ini tidak menjual asuransi murni, sehingga saya memperkecil porsi investasi dan fokus pada peningkatan uang pertanggungannya.

Tidak lama setelah itu, ada peningkatan fasilitas dari perusahaan dimana untuk karyawan dan keluarga karyawan diberikan fasilitas asuransi kesehatan. Asuransi ini secara spesifik mengcover biaya rumah sakit dan biaya operasi. Jadi fungsinya sama seperti bagian asuransi kesehatan yang saya beli dari teman saya sebelumnya. Tidak lupa juga dengan Jamsostek. Setiap perusahaan tentu mengikutkan karyawan pada program Jamsostek. Dimana dalam Jamsostek biasaya sudah terdapat asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan dan Jaminan Hari Tua. Sebetulnya ini juga agak mirip2 dengan unit link. Bedanya dia tidak memotong Jaminan Hari Tua kita seandainya kita tidak membayar. Dari perbincangan dengan rekan2 di industri lain, Jamsostek dikategorikan sebagai Asuransi

Jadi jika diringkas, asuransi yang saya punya baik yang saya bayar sendiri terdiri dari

Asuransi Premi Uang Pertanggungan Tertanggung Keterangan Lain
Jiwa + Penyakit Kritis Rp 3.7 juta Per tahun Rp 1.4 M Saya Asuransi Murni
Jiwa Rp 6 juta Per tahun Rp 2 M Saya Asuransi Murni
Jiwa dan, Penyakit Kritis Rp 6 Juta per tahun Rp 400 Juta Penyakit Kritis Istri Unit Link
Asuransi Kesehatan Saja* Kantor Tergantung Kondisi Saya + Istri Asuransi Murni
Jamsostek % dari Gaji Kecelakaan, Kesehatan dan Hari Tua Saya Asuransi Sosial

*Koreksi. Sebelumnya saya terkena penyakit sebagian besar masyarakat Indonesia dalam berasuransi yaitu tidak membaca polis dengan teliti. Setelah saya lihat ulang ternyata polis asuransi istri saya hanya menanggung risiko Jiwa dan Penyakit Kritis dan tidak ada perlindungan rumah sakitnya. Hal ini memang saya yang minta pada awal dan dibuatkan oleh agen asuransi. Dan ternyata dari kantor, keluarga diberikan asuransi kesehatan, sehingga unit link tersebut melengkapi perlindungan yang saya inginkan untuk keluarga saya.

Jadi dari seluruh asuransi yang dimiliki keluarga saya, hanya ada satu unit link. Dan apabila anda tanya apakah saya akan menutup unit link tersebut, antara ya dan tidak. Ya karena saya pikir asuransi kesehatan dari kantor sudah mencukupi untuk proteksi kesehatan, dan tidak karena pertama istri saya tidak memiliki perlindungan atas penyakit kritis dan kedua asuransi tersebut saya beli dari teman yang sudah dikenal bertahun-tahun. Kemudian karena saya pikir saya masih sanggup dengan biaya premi yang ada, maka akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan unit link tersebut. Tentu keputusan ini masih bisa berubah tergantung situasi dan kondisi dan mudah2an saya tidak salah membaca polis asuransi dan manfaat asuransi yang saya dapatkan.

Demikian pengalaman saya dengan unit link, apakah sudah cukup menjawab pertanyaan anda apakah investasi dan asuransi harus dipisah atau tidak? Perlu diingat bahwa keputusan itu tidak hanya dilandasi dengan pertimbangan rasional, tapi juga emosional dan hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Semoga bermanfaat. Saya terbuka jika ada yang mau memberikan masukan.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Sumber data dan Foto : Istockphoto

76 tanggapan untuk “My Experience With Unit Link”

  1. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @ari
    Malam Pak Ari,

    Kegiatan investasi reksa dana itu harus selalu didasarkan pada suatu tujuan. Apakah itu menyiapkan pensiun, rencana pendidikan atau hal lainnya. Begitu tujuan sudah SMART, http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/05/07/seni-menyusun-tujuan-investasi-dengan-prinsip-smart/ langkah berikutnya menghitung berapa nilai yang diperlukan setiap bulan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Jika tujuan yang ada sudah bisa dipenuhi dari gaji yang anda sisihkan setiap bulan tanpa harus menjual rumah, ya tidak usah dijual. Kalau tidak cukup, baru dipertimbangkan kembali.

    Jika tujuannya hanya mau cari return lebih tinggi saja, menurut saya itu bukan tujuan investasi yang SMART.

    Terima kasih

    Suka

  2. ari Avatar
    ari

    Pak Rudy,

    Terima kasih banyak atas responnya.

    Pak saya juga ingin berkonsultasi selain unit link gak papa ya pak.
    Mohon pencerahannya saat ini saya pnya cicilan kpr stiap bln Rp.2.650.000 selama 11 tahun dan sudah berjalan 3 tahun, apabila saya ingin menjual rumah tersebut & dana hasil penjualan saya alihkan ke investasi reksadana untuk jangka panjang apakah tepat.
    karena saya melihat return reksadana cepat juga meskipun high risk high return.

    Sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak atas masukann & pencerahannya.

    Salam
    Ari

    Suka

  3. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @ari
    Selamat Sore Pak Ari,

    Apabila unit link tersebut ditutup, biasanya selain ada biaya penarikan, juga ada pajak atas keuntungan investasi anda. Untuk lebih lengkapnya bisa anda tanyakan ke agen penjual anda.

    Satu hal yang pasti, kalau kamu berharap uang kamu bisa balik, itu sudah pasti tidak mungkin.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  4. ari Avatar
    ari

    Selamat Sore Pak Rudy,

    Mohon masukannya saat ini ini saya sudah megikuti asuransi + investasasi (unitlink) di pr*d*n sudah berjalan 2 tahun dengan nominal 500 rb/bln, saya ingin mengalihkan investasi tsb di reksadana, tadinya asuransi itu untuk persiapan dana pensiun dan beralih ke asuransi traditional aja.
    Yang mau saya tanyakan apabila saya tutup, saya tetap menerima uang penutupan asuransi meskipun jumlahnya sdikit di saldo tertulis +/- 4,5 jutaan .

    Terima kasih

    Salam
    Ari

    Suka

  5. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @faisal7
    Salam Pak Faisal,

    Perlu diketahui bahwa saya tidak menyarankan untuk menutup unit link lho. Malahan saya punya unit link karena membutuhkan manfaat asuransi penyakit kritisnya.

    Hanya saja saya tidak terlalu antusias dengan nilai tunai karena pada saat membelinya saya menggunakan prinsip beli asuransi kendaraan. Kalau tidak ada klaim ya uang hangus. Untuk itu, saya selalu berusaha memaksimalkan manfaat asuransinya dibandingkan investasi.

    Terima kasih

    Suka

  6. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Terecia Elshinta
    Halo Ibu Terecia,

    Memang untuk mencari produk asuransi murni itu sulit. Untuk asuransi jiwa, saya membelinya di Manulife. Namun program Smart Investment Protection Plan yang baru Panin Asset Management luncurkan beberapa waktu lalu ini juga menggunakan asuransi jiwa murni. http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/18/mengenal-smart-investment-protection-plan-dari-panin-asset-management/

    Untuk asuransi penyakit kritis itu pada dasarnya (sepengetahuan saya) tidak bisa anda dapatkan jika tidak membelinya secara terpisah. Karena asuransi itu merupakan asuransi tambahan. Saya memiliki asuransi penyakit kritis dari Manulife yang merupakan tambahan dari asuransi jiwa. Untuk istri saya, asuransi penyakit kritis dari Prudential yang merupakan bagian dari unit link.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  7. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Ndie
    Salam Ndie,

    Terima kasih untuk sharingnya.

    Saya cuman mau tambahkan adalah dengan adanya kehadiran BPJS Kesehatan, maka seterusnya selain asuransi kesehatan swasta yang preminya selalu bertambah mahal seiring dengan bertambahnya usia, masyarakat juga bisa mengambil BPJS Kesehatan yang harganya lebih murah bahkan tidak melihat historis kesehatan kita.

    Paling mahal adalah sekitar 59.500 untuk kelas I. Tapi pengobatan yang butuh biaya besar seperti cuci darah, operasi jantung dan lain-lain sudah bisa gratis. Memang pada kenyataannya di lapangan, masyarakat harus antri dan terkadang rumah sakit mendahulukan pasien yang bayar.

    Akan tetapi dengan semakin banyaknya rumah sakit yang dibangun, pemanfaatan puskesmas sebagai rujukan awal atau bahkan memberikan pengobatan awal, diharapkan pelayanan BPJS Kesehatan bisa lebih baik. Tentu kita berharap program Indonesia Sehat dari pemerintah Jokowi – JK bisa berhasil.

    Terima kasih.

    Suka

  8. faisal7 Avatar
    faisal7

    Salam pak rudi..terima kasih atas tulisan2 yg mencerahkan.
    Terus terang sy kenal rd tanpa sengaja membaca tulisan pak rudi ini.tanpa berpikir panjang langsung sj saya tutup unit link saya dan istri,padahal sudah berlangsung hampir 3tahun.coba brp uang yg kembali?punya istri 3jtann punya sy cm 50rb.tp sy ga menyesal krn untung sj blm sampai 5/10tahn.skrng sy sdh ambil asji murni+askes murni+rd panin dn ultima. Sy baru tersadar, unit link selalu mengagung2kan melindungi anda dlm 100tahun pernahkah anda menyadari bahwa smua biaya rumah sakit hampir sllu ada kenaikan tiap tahun?misal anda berumur 30th mendapatkan penggantian biaya kamar senilai 300rb,saat anda berumur 50thn yg artinya 20 thn kemudian masihkah ada kamar seharga 300ribu?

    Suka

  9. Terecia Elshinta Avatar
    Terecia Elshinta

    Halo Pak,
    Saya sedang mencari asuransi murni jiwa dan penyakit kritis, saya belum menanyakan ke perusahaan asuransi, karena sulit sekali mencari asuransi murni. Bolehkan saya tahu perusahaan asuransi yang dipakai Bapak?

    Terima kasih

    Suka

  10. Ndie Avatar
    Ndie

    Halo Pak Rudi,

    Terima kasih ulasan soal Unit Linknya, sedikit sumbang pemikiran ya Pak.

    Perlu dipahami juga bahwa Asuransi Jiwa atau Term Life itu manfaatnya baru keluar kalau si Tertanggung Wafat. Cukup banyak masyarakat berpikir bahwa manfaat Asuransi Term Life itu bisa diperoleh saat seseorang hidup. Saya punya sahabat yang berpikiran seperti ini karena mendengar Talk Show Perencana Keuangan, namun akhirnya jadi salah pemikirannya, berpikir bahwa Term Life itu nantinya bisa dimanfaatkan hasilnya.

    Kenyataannya di masyarakat adalah seperti apa yang dituliskan oleh Pak Hary…. Nggak mau rugi karena premi hilang (?) sudah membayar asuransi. Kebetulan yang namanya asuransi ini memang tidak seperti ponsel atau benda-benda lainnya. Manfaatnya tidak terasa sampai akhirnya terjadi suatu musibah. Premi dibayar untuk dapat proteksi, baik itu jiwa, biaya kesehatan dan lain-lain, jadi tidak ada yang hilang. Jika ingin manfaat asuransi, tentu konyol kalau kita minta terjadi resiko pada diri kita sehingga terasalah manfaat punya asuransi

    Setahu saya, seperti artikel yang pernah saya baca, dari dokumen pemerintah unit link itu hasil investasinya memang untuk kemudian dipakai membayar premi, oleh sebab itulah makanya tidak kena pajak pada tahun tertentu. Sehingga Nasabah cukup membayar dalam waktu tertentu, misalnya 10 tahun, namun proteksinya hingga masa 100 tahun. Paragraf sebelumnya (Case Pak Hary) sudah menjelaskan mengapa dirancang produk sedemikian rupa sehingga orang tidak perlu bayar premi lama-lama. Artinya uang bekerja untuk melindungi si Nasabah, melindungi dari bayar premi yang lama dan hangus, dan dalam jangka panjang justru mendapat manfaat tunai

    Tentulah kurang tepat dan tidaklah sepadan kalau membandingkan Reksadana VS Unit Link dengan jumlah premi misalnya sama-sama Rp. 500.000 per bulan. Jelas beda hasilnya dari awal, karena dalam Investasi seperti reksadana tidak ada Beban Asuransinya.

    Seperti bisnis lainnya saya pikir yang namanya bisnis ya harus untung, buat apa bisnis kalau nggak untung. Sejauh keuntungan itu wajar dan yang layak tentu tidak masalah. Rasanya kurang fair kalau untung perusahaan asuransi dianggap kurang wajar, sementara harga sepiring lalapan bisa dicharge Rp. 15.000 di Anyer hanya karena lalapan nampak dimata dan bisa dirasa tenggorokan. Kalau asuransi gak untung dan mudah pailit tentu akhirnya menghilangkan kepercayaan masyarakat juga.

    Asuransi Kantor boleh saja diandalkan, asal tidak lupa untuk membentuk asset guna membayar premi asuransi murni kesehatan yang sudah tidak murah lagi saat usia pensiun tiba kalau tidak mau repot dengan jual asset untuk biaya rumah sakit yang bisa habis ratusan bahkan milyaran rupiah. Dari kenyataan yang ada, paling tidak sudah dua orang teman saya yang asset orang tuanya habis demi pengobatan. Atau kasus-kasus lain dimana seseorang sudah terkena sakit tertentu di usia muda dan harus bayar ekstra premi atau bahkan ditolak permohonan asuransinya karena sudah sakit meski mampu bayar.

    Untuk Pak Dargombes, uang yang ditaruh adalah Rp. 100 juta dan Top Up Tunggal, Premi Rp. 5.000.000, di atas kertas saja ketika permohonan disetujui paling tidak dalam masa 3 tahun dana 100 juta tersebut sudah berkurang Rp. 15 juta, (Premi tahunan Rp. 5 juta x 3 tahun agar polis tetap hidup) sehingga tersisa Rp. 85.000.000. Sementara laporan yang Anda terima Saldo Anda ada kurang lebih Rp. 87.000.000. Baiknya jika ingin mengulas hasil investasi Unit Link paling tidak setelah masa pembayaran biaya-biayanya habis, dalam kasus Bapak yaitu di akhir tahun ke 6 (yang saya tahu ada biaya selama 5 tahun dalam produk maestro. Karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya dalam Unit Link ada Investasi dan biaya-biaya Proteksi yang harus dibayar.

    Seperti halnya reksadana, di dalam Unit Link juga ada beragam jenis fund yang masing-masing memiliki karakternya sendiri dan bisa pula disesuaikan dengan profile rekan-rekan pribadi. Yang saya tahu Equity itu kurang lebih setara dengan Reksadana Campuran lebih rinci mungkin di blog ini bisa ditemukan apa itu reksadana campuran dan kalau di perusahaan asuransi mereka biasanya punya informasi tentang Equity.

    Akhir kata saya setuju dengan pernyataan bahwa tujuannya untuk berasuransi maupun untuk investasi itu apa? Seringkali masyarakat sendiri tidak tahu tujuannya apa. Atau jika diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dengan prinsip-prinsip dasar keuangan, malah bingung dan kaget sendiri ternyata kok tujuannya itu kalau dalam angka ternyata besar, tapi daya beli sedikit atau bahkan tidak mampu.

    Sedikit tambahan, apapun yang dipilih untuk investasi baik reksadana, tanah, rumah, emas, atau bahkan dalam Unit Link yang dijadikan alat investasi memiliki resikonya sendiri-sendiri dan karakter yang beda-beda, lebih bagus jika ada dana lakukan diversifikasi. Namun diantara semuanya, jika suka yang pasti-pasti, tentulah Uang Pertanggungan dari proteksi Asuransi yang pasti, dan disitulah keindahan asuransi (the beauty of insurance).

    Terimakasih

    Suka

  11. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @hary
    Salam Hary,

    Mohon maaf, sepertinya komen anda terlewatkan sehingga tidak sempat saya balas. Kalau menurut saya, setiap orang yang punya tanggungan dan jumlah asetnya masih terbatas sehingga kalau ada apa2 terjadi dengannya, hidup tanggunannya akan menderita – Butuh Asuransi Jiwa.

    Sementara orang yang sudah punya harta berlimpah dan bisnis yang self running, tidak butuh asuransi. Toh ada apa2 dengannya, keluarga yang ditinggalkan bisa hidup dari aset dan bisnis yang dihasilkan.

    Kemudian apakah anda mau beli unit link atau beli asuransi murni, pertama-tama kamu harus sadar bahwa ketika membeli unit link, sebenarnya kamu membeli asuransi termlife dan investasi sekaligus. Dengan demikian, ketika di akhir ada yang kamu ambil, itu bukan semua premi yang disetorkan tapi adalah porsi investasi yang kamu setorkan.

    Sebagai contoh, orang tua saya memiliki asuransi unit link dengan premi 650.000 per bulan. Sewaktu dikirimkan surat konfirmasinya, ternyata dari uang tersebut sekitar 300rb dibelikan asuransi, 25rb menjadi biaya administrasi dan sisanya diinvestasikan – sekitar 325rb. Nilai 325rb inilah yang nantinya bisa kamu ambil.

    Tapi kalau kamu jeli membaca syarat dan ketentuannya, misalkan pada periode tertentu ternyata yang bersangkutan tidak cukup uang sehingga pada bulan tersebut tidak mambayar premi. Maka secara otomatis kamu akan tetap terasuransikan karena nilai asuransi yang 300rb dan biaya administrasi 25rb tersebut akan dipotong dari saldo investasi. Kalau saldo investasinya tidak cukup, baru dikenal istilah lapse. Tapi kalau masih cukup, asuransi kamu tetap berjalan.

    Demikian kira2 penjelasan tentang unit link, semoga bisa menjawab pertanyaan anda. Terima kasih

    Suka

  12. hary Avatar

    salam pak rudi, saya termasuk orang yang memilih unitlink karena menurut saya pribadi sayang banget kalau beli asuransi murni selama kita bayar premi tp diakhir nda bisa diambil kembali premi yg telah ita setorkan. Apakah pemikiran saya ini salah pak rudi? mohon nasehatnya, terima aksih

    Suka

  13. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @yush4
    Yang ada Plusnya kalau ga salah. Cuman Active atau Life mesti saya cek dulu.

    Suka

  14. yush4 Avatar
    yush4

    Malam pak. Kalo boleh tau, asuransi jiwa apa yg Pak Rudy ambil dari Manulife?
    Proactive / Proactive Plus /Prolife plus?

    Suka

  15. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @adita
    Kalau demikian, berarti sudah jelas, tujuan anda adalah pengembangan modal sehingga dibutuhkan instrumen yang murni ke investasi. Asuransi Unit Link yang anda ambil adalah produk proteksi + investasi, sementara reksa dana adalah produk investasi murni.

    Jadi jawabannya bukan sepadan atau tidak, tapi tujuannya apa. Kalau tujuan sudah jelas, maka pilihan instrumennya juga akan jelas dengan sendirinya. Dan bukankah anda sudah merasakan sendiri, apakah hasil pengembangan modal dari instrumen yang anda pilih sesuai harapan atau tidak?

    Demikia masukan saya, semoga bermanfaat.

    Suka

  16. adita Avatar
    adita

    Tujuan-nya adalah investasi (long term 10 than lah).
    Kalau di stop maksudnya mau masuk ke instrument lain spt RD yang saya tahu saat ini murah.
    Proteksi sendiri sudah ada dari kantor dan masih lama lebih dari 10th.

    maksud pertanyaan2 saya adalah apakah sepadan bila saya lanjutkan pake UnitLink untuk next (misal 8th), dibanding instrument2 lainnya sperti RD bila saya berharap akan pengembangan modal bukan karena proteksi.

    Saat itu saya tidak tahu tentang RD setelah masuk RD kurang dari 4 bulan saya rasa kok lebih mudah dan transparan.

    Suka

  17. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Dargombes
    Kemudian mengenai tujuan investasi anda apa? Seandainya ini kamu stop, apakah kamu sudah memiliki rencana proteksi untuk keluarga?

    Suka

  18. Dargombes Avatar
    Dargombes

    Kalau dari e-statement yang saya minta minggu lalu malah dana investasi berkurang hanya tersisa 87jt an.

    Suka

  19. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Dargombes
    Salam Dargombes,

    Kamu yakin jumlah uang yang bisa anda ambil sekarang adalah 90 juta – 5 juta ? Masak investasi 2 tahun tidak ada hasil sama sekali? Coba anda cek dulu ke pihak asuransinya.

    Dan boleh dibantu, tujuan anda investasi itu apa? targetnya berapa ?

    Suka

  20. Dargombes Avatar
    Dargombes

    Saya pakai top up tunggal dibayar dimuka

    Suka

  21. Dargombes Avatar
    Dargombes

    Mas Rudy,.

    Maaf salah ambil form…tertanggung adalah saya sendiri pemegang polis.
    Bukan pajak namun biaya-biaya yang mungkin timbul bila diambil sebelum atau .sesudah cuti premi tahun ke 3
    Untuk yang mengendap 5 jt memang tercantum spt itu…salahnya saya yg saat itu gak baca secara lengkap. DI prudent kalo gak salah juga sama 5jt
    Karena pengaruh ada 5jt itu saya pengin advice mungkin nggak saya nunggu saja next 1 th kedepan disaat NAV naik (mungkin) toh biaya premi sudah dibayar lunas selama 3th atau cabut sekarang. dengan konsekwensi dana yang bisa diambil adalah 90jt dikurangi 5jt?

    maturnuwun

    Suka

  22. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Dargombes
    Salam Dargombes,

    Boleh tolong diklarifikasi:
    – Apakah yang dimaksud dengan tertanggung itu, jika yang bersangkutan mengalami risiko, maka ahli waris yang akan mendapat uang pertanggungan? Jika benar demikian, apakah anak anda itu merupakan sumber penghasilan utama bagi keluarga? Jika tidak mengapa harus diasuransikan?
    – Saya tidak begitu mengerti tentang ketentuan pajak yang anda maksud, sebab sepengetahuan saya pajak itu berlaku apabila masa investasi kurang dari sekian tahun namun tidak diatur mengenai dana harus ditinggal berapa. Dan bukankah aneh, kalau ada investasi atau tabungan yang “hangus” 5 juta? Apakah angka tersebut tidak terlalu besar?
    – Terkait dilanjutkan atau tidak, timing dan lain2, boleh diklarifikasi, kalau sekarang dijual semuanya berapa yang anda dapatkan? Target anda berapa? dan berapa selisihnya dengan target yang anda harapkan?

    Terima kasih

    Suka

  23. Dargombes Avatar
    Dargombes

    Dear pak Rudi,.

    Mohon advice, saya sudah 2 tahun mengikuti salah satau product unitlink, dengan tertanggung anak saya.
    Dengan komposisi Investasi 100JT dan premi reguler 5jt cuti premi selama 3 tahun. Dengan Premi charge tahun pertama 100%, tahun kedua 55% dan tahun ketiga 20%.
    Sehingga dari ilustrasi diatas +/- 90JT saya investkan di unitlink MaestroEquityPlus 100%.
    Dengan ketentuan pajak dan dana mengendap yang harus ditinggal sebesar 5jt yang harus dibiarkan pada penarikan seluruhnya (surrender), apakah model ini (bila untuk investasi) worthy atau nggak? dilanjutkan atau melakukan surrender? timingnya pas apa supaya tidak banyak rugi ?

    Atau saya biarkan saja untuk longterm ?

    Karena saat itu saya belum mengenal reksadana yang ternyata murah.

    Salam

    Suka

  24. Samsuddin Avatar

    Adanya unit link ini justru kadang membingungkan dan membuat persoalan bisa jadi ruwet. Sebaiknya kalau investasi ya investasi artinya terpisah dari asuransi

    Suka

  25. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @kurniawan
    Salam Pak Kurniawan,

    Kalau memang sudah pernah kena penyakit kritis tentu untuk pengajuan asuransi berikutnya lebih susah. Sebab jika anda yang punya perusahaan asuransi, apakah anda mau bisnis yang pasti rugi?

    Perusahaan asuransinya kan prinsipnya kurang lebih sbb, 1000 orang beli asuransi, mungkin 1 orang yang bayar klaim. Jadi dia masih untung dari 999nya. Kalau 1000 orang beli 999 yang klaim yah dia bangkrut.

    Makanya yang bagus dari asuransi baik yang murni ataupun unit link itu, ketika anda berasuransi, saya yakin ada divisi tertentu yang tugasnya memastikan pemegang polis sehat walafiat. Entah itu dengan mendoakan atau menyelenggarakan kegiatan hidup sehat seperti lomba fun walk dan maraton yang sering diadakan beberapa tahun ini.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  26. kurniawan Avatar
    kurniawan

    @Rudiyanto
    Pak Rudi,

    Ternyata ada kok asuransi penyakit kritis yg bukan unit link …
    namanya asuransi cigna … tapi tahun depan nya bisa di perpanjang lagi ato ga ya ini masih tanda tanya … jangan2 nanti tidak di perpanjang ato premi nya jadi mahal kalo dah pernah claim penyakit kritis …

    Suka

  27. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @budi wi
    Salam Pak Budi,

    Mengenai tanah atau reksa dana, kembali ke tujuan anda apa dan anda lebih mengerti yang mana. Kalau memang lebih ahli dan percaya dengan investasi tanah kenapa tidak dialihkan semua saja kesana? Untuk reksa dana mungkin tidak perlu, kalaupun ada cukup reksa dana pasar uang, paling baik sih deposito. Sebab prinsipnya kan begitu cukup langsung dibelikan tanah?

    Demikian pak, semoga bermanfaat.

    Suka

  28. budi wi Avatar
    budi wi

    maap ralat pak rudi bukan 20% dr premi tapi 20% dari investasi bulanan yg didebet dr tabungan. tks

    Suka

  29. budi wi Avatar
    budi wi

    slm sore pak rudi,
    saya ucapkan terikasih atas semua tulisan2 bapak selama ini. tulisan bpk sangat menarik dan mudah dipahami sy pribadi. pak sy pernah ikut unit link selama 5 tahun tp keluar walaupun sy sdh bebas bayar premi bulanan. karena setelah bebas bayar premi tapi biaya adm bulanannnya saya itung2 lumayan juga (20% dr premi yg sy bayar). lalu sy pindah ke reksadana dan beli asuransi jiwa murni. Kemudian melihat gerak nab reksadana yg naik turun dan nilai uang/inflasi yg cukup tinggi, sy putuskan alihkan sebagian dana ke tanah. setiap uang sy di reksadana cukup to beli tanah sy akan alihkan ke tanah. pertanyaan saya apakah cara sy ini cukup baik pak rudi? terimakasih atas jawabannya.

    Suka

  30. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @kurniawan
    Salam Pak Kurniawan,

    Mengenai asuransi kesehatan sebetulnya harus diperjelas itu karena sebetulnya ada 2. Yang pertama adalah Asuransi Penyakit Kritis. Dimana jika kita terdeteksi menderita penyakit kritis hingga tingkatan tertentu kita akan mendapatkan uang pertanggungan.

    Sebagai contoh, untuk polis asuransi yang saya punya, uang pertanggungan baru akan diberikan jika sudah menderita kanker stadium 3 dan 2 minggu setelah dinyatakan kanker tersebut yang bersangkutan belum meninggal. Ada juga beberapa asuransi yang menawarkan early critical illness protection, artinya tidak harus sampai stadium 3, tapi stadium awal sudah keluar uang pertanggungan tapi persentasenya tidak 100%.

    Asuransi penyakit kritis ini hanya ada di unit link sepengetahuan saya. Jika ada yang menjual asuransi murni penyakit kritis, harap bisa dikoreksi.

    Kemudian jenis asuransi kesehatan yang kedua adalah asuransi kesehatan yang mengganti biaya rumah sakit, obat dan biaya operasi / tindakan. Untuk jenis ini, asuransi murninya ada banyak yang menawarkan. Di Unit link juga ada, tapi mungkin fiturnya tidak selengkap jika dibandingkan asuransi kesehatan murni.

    Asuransi kesehatan ini tidak berdasarkan penyakit tapi lebih kepada biaya rumah sakit, dan rawat inap. Dan untuk yang ini harusnya lebih mudah dibeli dibandingkan asuransi penyakit kritis karena banyak orang yang berusia di atas 50 tahun juga masih diperbolehkan untuk membeli asuransi ini.

    Mungkin pak Kurniawan bisa menunjukkan riwayat kesehatan yang baik untuk bisa mendapatkannya.

    Kembali ke pertanyaan, jika asuransi kesehatan yang anda butuhkan adalah penyakit kritis, maka unit link adalah satu-satunya pilihan. Jika yang dibutuhkan adalah pertanggungan untuk biaya rumah sakit dan operasi, maka anda bisa membeli asuransi kesehatan murni saja. Belinya di Brunai sekalipun saya rasa tidak masalah karena beberapa asuransi dengan jaringan internasional, setahu saya tetap mencover biaya kesehatan walaupun asuransi dibeli di Indonesia dan operasi dilakukan di luar negeri sepanjang rumah sakit tersebut tergabung dalam jaringannya dia.

    Coba bisa dicek dengan pihak asuransinya.

    Semog bermanfaat dan Terima kasih.

    Suka

  31. kurniawan Avatar
    kurniawan

    @Erwin

    Terima kasih masukannya bro … memang saya juga tidak suka unit link …
    Ternyata ada asuransi kesehatan tradisional … jauh lebih murah sperti info bro Haris… ya memang sih asuransi tradisional kalo ga pernah di pakai /reimbuse ya hilang …

    Suka

  32. kurniawan Avatar
    kurniawan

    @Haris
    Thanks bro … dah lihat web site nya … cukup murah kok premi nya per bulan bisa untuk di luar negri juga …

    Suka

  33. Haris Avatar
    Haris

    @kurniawan

    ada, silakan cek di sinar mas (simas sehat gold dan executive), maestro ellite care (axa financial) dan smart health maxi violet (allianz). Yang saya belum temukan adalah asuransi tradisional untuk penyakit kritis.

    Suka

  34. Erwin Avatar
    Erwin

    @kurniawan
    ya itu kembali lagi terserah bapak, tp klo saya yg sudah pernah ikut unitlink sih lebih setuju sama masukan dr keluarga bapak.

    Suka

  35. kurniawan Avatar
    kurniawan

    @Erwin
    Tujuan ikut asuransi adalah untuk mentranfer resiko ke pihak asuransi jika terjadi hal2 yg tidak di inginkan …

    Jadi bukannya mau saya untung lalu asuransi rugi … bukan seperti itu ….

    bagi saya asuransi adalah untuk proteksi bukan untuk investasi … karna investasi di unit link tidak maksimal hasilnya … tapi banyak manfaat asuransi kesehatan di bundle dengan unit link bukan dgn asuransi “tradional” biasa …

    Suka

  36. kurniawan Avatar
    kurniawan

    @Haris
    Apakah ada asuransi “biasa” yg men cover kesehatan ??? biasanya asuransi tradisional cuma jiwa aja tidak termasuk kesehatan …

    Suka

  37. Haris Avatar
    Haris

    @kurniawan

    Asuransi unitlink memang bisa disetting sesuai permintaan/kebutuhan kita. Perlu diingat bahwa unitlink itu terdiri dari asuransi dasar (memberikan uang pertanggungan jika meninggal) dan beberapa rider (asuransi tambahan) yang bisa dipilih sesuai kebutuhan kita. Ngga pake rider juga ngga masalah, jadi unitlink kita cuma asuransi dasarnya saja. Cuma kalo seperti ini apa gunanya kita beli unitlink? mending beli asuransi tradisional aja sekalian karena preminya lebih murah dan uang pertanggungannya lebih besar. Biasanya orang beli unitlink karena ridernya bagus-bagus. Rider seperti ini tidak ada di asuransi tradisional. Makanya meskipun sudah punya asuransi tradisional tetap aja beli unitlink untuk melengkapinya. Contoh rider adalah Waiver atau Payor yang berguna jika kita mengalami cacat tetap total atau mengalami sakit kritis maka kita dibebaskan dari kewajiban membayar premi (premi dibayarkan oleh perusahaan asuransi) sementara polis tetap berlaku seumur hidup. Nah yang seperti ini kan ngga ada di asuransi tradisional.

    Suka

  38. Erwin Avatar
    Erwin

    @kurniawan
    pa, sbg masukan saja, perusahaan asuransi itu profit oriented business. jadi kalau bapak berpikir untuk mendapatkan manfaat dari pihak asuransi, ternyata bagaimanapun pihak asuransi sudah punya strateginya sendiri agar tidak dimanfaatkan.
    hehehe, menurut saya kalau pa kurniawan tujuannya untuk asuransi kesehatan, yang terbaik adalah jalankan asuransi pola hidup sehat.

    Suka

  39. kurniawan Avatar
    kurniawan

    ohhh baru tahu saya jika unit link bisa di setting seperti itu …

    Minta pendapat dari pak Rudi … khan saya bekerja di brunei … untuk kesehatan di tanggung oleh kantor kerja saya dan juga rumah sakit di brunei murah kalo ga bisa di bilang gratis.

    saya umur 45 tahun rencana pensiun 55 tahun balik indonesia …

    pertanyaan saya …
    Apakah tepat kalo saya ikut asuransi kesehatan unit link di indonesia sekarang ?
    Karna teman saya bilang kalo dah umur 55 tahun susah di aprove nya untuk asuransi.
    sedangkan jika saya di brunei maka asuransi kesehatan yg akan saya beli di indo ga bisa di pakai … artinya biaya rumah sakit brunei tidak di cover oleh asuransi di indonesia

    Jadi nya saya bingung nih … ambil asuransi kesehatan skarang tapi baru bisa bermanfaat 10 tahun kemudian ato saya tunggu nanti jika sudah pensiun di indonesia baru beli asuransi kesehatan ???

    Ada juga masukan dari keluarga yg bilang ga usah ikutan asuransi kesehatan di indonesia tapi mencadangkan dana untuk kesehatan sendiri di tabungan … tohh kalo dah umur 55 tahun paling2 harapan hidup tinggal 10 ato 15 tahun lagi ..

    tapi saya kurang setuju karna umur2 segitu2 itu yg biasanya kesehatan telah menurun tidak prima lagi dan sering ke dokter … dan biaya kesehatan naik terus tiap tahun.

    Suka

  40. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @kurniawan
    Salam Kurniawan,

    Untuk unit link tersebut saya beli dari Prudential. Uang pertanggungan tersebut hanya untuk penyakit kritis saja. Tidak ada untuk pertanggungan biaya rumah sakit. Hal ini sesuai permintaan saya. Mungkin setting2an dari uang Rp 1,5 juta tersebut ada yang ke rumah sakit, jiwa, kecelakaan, dan investasi jadinya tidak maksimal. Selain itu, usia dan riwayat kesehatan juga mungkin menjadi perhatian.

    Coba bisa dibicarakan dengan agen yang bersangkutan lagi. Semoga bermanfaat.

    Oh ya, sebagai informasi Untuk asuransi kesehatan dari kantor digunakan Allianz. Untuk asuransi jiwa saya beli dari Manulife. Untuk Jamsostek tentu dari PT. Jamsostek.

    Suka

  41. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @rizon
    Salam Rizon,

    Kalau kamu baca di salah satu artikel strategimanajemen.net, biaya hidup yang wajar di kota besar di Indonesia yang “layak” adalah sekitar Rp 15 juta. Artinya dengan income segitu kamu sudah bisa cicil rumah dan mobil. Saya setuju dengan angka tersebut meskipun menurut saya kalau di Jakarta harus +5 – 10 juta lagi. Hal ini disebabkan karena harga properti di Jakarta sudah tidak masuk akal.

    Kalau untuk kota kecil, mungkin sekitar 50-75% dari angka 15 juta tersebut. Angka tersebut bisa jauh lebih kecil jika anda sudah tinggal di rumah yang lunas karena dimiliki keluarga sebelumnya dan sudah punya kendaraan dari orang tua. Namun jika gaya anda metropolitan, dimana anda mau memiliki rumah dan kendaraan sendiri dan terpisah dari orang tua, maka angka tersebut adalah target minimal yang harus anda dapatkan.

    Demikian Rizon, semoga bermanfaat.

    Suka

  42. kurniawan Avatar
    kurniawan

    Pak Rudiyanto ,
    nama produk unit link nya apa ya? kalo boleh tahu.

    Karna saya di tawari teman unit link dgn premi 1.5 juta per bulan … Uang pertanggungan cuma 200 juta .

    Suka

  43. rizon Avatar
    rizon

    saya berusia 29 tahun dan tinggal di Palembang, sumatera Selatan, pak.

    Suka

  44. rizon Avatar
    rizon

    mungkin sekitar 3,3 juta per bulan, pak. tapi ini rasanya agak ketinggian jika melihat fakta yang ada dimasyarakat terutama yang tinggal dipinggiran kota ataupun didesa-desa terpencil.

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Boleh tahu sekarang usia kamu berapa dan tinggal di provinsi apa?

      Suka

  45. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @rizon
    Malam Rizon,

    Kalau boleh tahu menurut kamu itu berapa?

    Suka

  46. rizon Avatar
    rizon

    selamat sore Pak Rudy, berapakah kira2 biaya hidup layak per bulan untuk sebuah keluarga dimasa sekarang? dengan acuan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia ditahun 2013.

    Suka

  47. Duwitmu | Mengelola Keuangan yang Sehat Avatar

    Good article pa. Satu hal, asuransi term-life pun harus dipastikan bahwa itu benar2 term life, bukan asuransi yang dikatakan term-life, tapi ujungnya sebenarnya unit link. Bagaimana memilih asuransi term life simak disini http://www.duwitmu.com/memilih-asuransi-jiwa-term-life/

    Suka

  48. Cici Avatar
    Cici

    Saya baru saja mendapat pengalaman buruk dengan agent Unitlink, melalui email dengan beraninya agent unitlink menggunakan artikel dari seorang perencana keuangan independen yang dimuat di Yahoo Finance kemudian merubah bagian rekomendasi untuk membeli produk2 berbasis saham dengan rekomendasi produk-produk unitlink dari perusahaan agent tersebut.
    Menggunakan artikel orang lain untuk memperkuat jualannya boleh saja, tapi jangan menggantinya.

    Suka

  49. Wimpi Z.A. Avatar
    Wimpi Z.A.

    Dear Pak Rudi,

    Saya pernah memiliki unitlink, dengan tujuan investasi jangka panjang, saya pun juga bekerja di salah satu perusahaan asuransi kerugian sehingga paham akan fungsi dan tujuan asuransi itu sendiri. Sebelumnya saya kurang begitu memahami akan produk unitlink, hingga relasi kantor di perusahaan asuransi jiwa datang menawarkan produk hibrid nan praktis, pertanggungan jiwa dan sekaligus menabung untuk masa depan.Tanpa pikir panjang toh seperti menabung biasa tapi dengan imbal hasil yang lebih baik daripada menabung biasa. Setelah itu saya aktif mencari informasi akan produk unitlink dan mulai memahami konsep financial planning dan konsep investasi optimal sesuai tujuan keuangan, dan karena saya juga telah melakukan riset kecil dan mendalam saya memutuskan untuk mengambil asuransi jiwa murni dan menginvest-kan sisanya pada reksa dana dan menutup unitlink saya yang telah berjalan 1 tahun, rugi saya terima dan nilai tunainya saya investasikan ke reksa dana. Keputusan saya menutup unitlink karena produk ini tidak sesuai dengan tujuan keuangan saya dan bukanlah produk optimal untuk pengembangan nilai investasi saya. Demikian pandangan saya Pak Rudi, mohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang pantas..terima kasih

    Suka

  50. Sambuaga Avatar

    Sungguh menarik pengalaman anda dan penjelasan tentang unit link serta bagaimana pentingnya berasuransi

    Suka

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui