Minggu lalu saya diminta untuk mengisi edukasi keuangan ke karyawan ecommerce.
Ada 1 pertanyaan seperti ini,
bagaimana cara mengelola penghasilan untuk karyawan dengan baik sehingga bisa punya aset produktif?
Saran dari saya:
Atur Penghasilan Dengan 10-20-30-40
Seperti apa?

10-20-30-40 kalau dijumlahkan = 100
Artinya ketika memiliki penghasilan, dialokasikan ke 4 kantong yaitu
10% – Kebaikan
20% – Masa Depan
30% – Cicilan
40% – Kebutuhan
Angkanya tidak harus tepat dan mungkin saja ada pos yang kurang relevan,
namun bisa disesuaikan kondisi masing-masing
10% – Kebaikan
Alokasi untuk kebaikan ini bisa ke siapa saja. Orang tua, tempat ibadah, saudara, teman, yayasan, atau lembaga yang anda percaya bisa mengelola dana anda dengan baik.
Waktu diberikan, selain ikhlas juga harus bijaksana dalam hal tidak membuat penerima jadi malas.


20% – Masa Depan
Definisi masa depan bisa luas, bisa untuk keperluan pendidikan, pensiun, modal nikah, modal usaha, DP kendaraan dan rumah, dana darurat hingga asuransi.
Dalam 20% ini, pertama perlu memahami dasar tentang instrumen investasi, bank, dan asuransi serta risikonya.
Jika merasa tidak paham atau masih awam, bisa memilih instrumen yang low risk seperti tabungan, deposito, reksa dana pasar uang, BPJS Kesehatan.
Namun jika sudah memahami cara kerja investasi dan menerima risiko harga, bisa mencoba yang high risk seperti saham dan reksa dana.
30% – Cicilan
Cicilan untuk apa saja mulai dari kendaraan, rumah, kartu kredit, KTA ke lembaga jasa keuangan ataupun paylater maksimal 30% dari gaji.
Jika lebih, kemungkinan besar pengajuan akan ditolak, sekalipun diterima beban yang ditanggung sangat memberatkan.
Belajar dari pandemi 2020, tidak ada pekerjaan / usaha yang benar2 aman dari penurunan gaji, PHK, dan penurunan omset signifikan.
Sektor yang bergaji tinggi seperti teknologi sekalipun juga ada tech winternya.
Apa yang terjadi jika cicilan masih panjang dan nilainya besar?


40% – Kebutuhan.
Atur keuangan itu tidak berarti harus irit, pelit, no life, tidak ada flexing sama sekali.
Kita tetap bisa melakukan semua itu asalkan dengan batasan yang wajar Angka yang wajar menurut saya sekitar 40%.
Artinya biaya transportasi, air listrik, sewa, makan sehat, makan nikmat, healing, dan sebagainya itu diusahakan 40% dari gaji bulanan.
Tergantung situasi, biaya kebutuhan sehari-hari dapat dihemat dengan lokasi kerja yang dekat, tidak sering2 hang out, lifestyle sewajarnya.
Bagaimana kalau tidak cukup?
Sebagaimana yang disebutkan di atas, angka yang 10-20-30-40
adalah panduan saja, bukan harga mati.
Di awal2 karir, kecuali anda dapat pekerjaan dengan gaji pertama double digit,
biasanya sebagian besar gaji habis untuk kebutuhan. Itu normal.
Seiring dengan waktu, ada peningkatan gaji, mungkin ada sampingan juga, baru perlahan persentase untuk kebutuhan semakin kecil sehingga mulai bisa alokasikan untuk yang lain.
Tidak mudah memang,
tapi tetap harus dilakukan supaya paling tidak ada dana darurat dulu.
Syukur2 karir anda mentereng atau usaha anda laris manis, dengan penghasilan yang lebih besar porsi kebaikannya malah bisa lebih dari 10%.
Begitu cicilan sudah lunas, porsi uangnya juga bisa dipakai untuk
better lifestyle (kebutuhan), masa depan, kebaikan juga.
Dulu waktu saya pertama kali tahu konsep ini dan mempraktekkannya,
belum banyak aplikasi canggih seperti sekarang.
Jadinya pakai sistem amplop. Di rumah ada amplop dengan tulisan spesifik seperti transportasi, groceries, dan sebagainya. Begitu gajian, amplop diisi uang tunai.
Kemudian diusahakan bagaimana caranya agar pengeluaran bulanan sesuai uang yang ada di amplop.
Sekarang dengan kartu kredit, ewallet, internet banking, kontrolnya jadi lebih sulit, tapi tetap bisa asalkan mau.
Silakan bagi yang mau coba.
HAVE A NICE DAY

Tinggalkan komentar