Pemilihan Presiden Amerika Serikat tinggal menghitung bulan di 5 November 2024 ini.
Di atas kertas, kelihatannya Donald Trump yang akan menang.
Namun Pemilu di Prancis baru-baru ini ternyata tidak sesuai prediksi.

Apakah kejutan juga bisa terjadi di pilpres 🇺🇸 ?

Saya memahami bahwa ada banyak versi survei dan terkadang beberapa di antaranya kurang objektif. Dengan menggunakan sumber dari : https://t.co/eb2VU1kwDr

Joe Biden-Demokrat memiliki 226 electoral vote, Donald Trump-Republik 251.
Untuk menang butuh 270, dan Donald Trump unggul.

Dalam perpolitikan dunia barat, digunakan istilah Left (Kiri) untuk aliran yang lebih liberal dan Right (Kanan) untuk aliran yang lebih konservatif.
Karena di 🇺🇸 cuma ada 2 partai, Demokrat masuk ke kategori Left – Liberal dan Republik masuk kategori Right – Conservative.

Artis hollywood, warga perantauan, warga kulit hitam, pengusaha dan pekerja teknologi lebih condong ke Left. Sementara warga kulit putih lebih condong ke Right. Dari waktu ke waktu, pemilih juga bisa pindah. Contoh Elon Musk mengaku dia tengah dan sekarang lebih ke Right.

Left lebih pro kelas menengah sehingga pajak orang kaya mau ditinggikan, sementara Right lebih ke pengusaha. Kalau pajak rendah, penciptaan lapangan kerja banyak. Left lebih bebas, sehingga lebih toleran ke LGBT hingga pengungsi ilegal. Lihat saja Trump yang mau bangun tembok.

Left di 🇺🇸 juga lebih “kepo” terhadap urusan negara lain, konflik Rusia – Ukraina dan Israel – Palestina. Bantuan uang ke konflik negara lain bisa miliar USD, sementara masyarakat sendiri yang daya belinya menurun karena inflasi dan carbon tax justru tidak, masyarakat tidak puas.

Masuknya pengungsi ilegal dalam jumlah besar, menimbulkan masalah baru. Dari tingkat kejahatan yang meningkat, konflik dengan penduduk lokal, hingga paham-paham radikal yang dibawa masuk. Masing-masing kubu punya pendukung setia, tapi saat ini Donald Trump yang kelihatannya unggul.

Kondisi yang sama juga terjadi di negara maju Eropa seperti Prancis dan Inggris. Imigran ilegal yang menyebabkan kenaikan tingkat kejahatan, inflasi tinggi, dukungan masyarakat yang terbelah di konflik Israel – Palestina, juga menyebabkan secara “logika” Right akan unggul.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Di Prancis, partai sayap Kanan yang pada ronde pertama menang justru kalah di ronde kedua. Meski ada kenaikan suara, partai sayap kiri yang menang dan tetap tidak dominan. Mau tidak mau, sayap kiri perlu berkoalisi dengan yang tengah.

Belum resmi menjabat, partai kiri sudah membuat proposal “tidak masuk akal” dengan tarif pajak 90% untuk orang kaya dengan penghasilan di atas Euro 400.000 (sekitar Rp 7 M) per tahun. Ini kebijakan blunder yang akan menyebabkan orang kaya ramai-ramai kabur.

Jadi kalau Pemilu di Prancis bisa di luar dugaan, maka Pilpres di 🇺🇸 tentu juga bisa. Menarik untuk dicermati, apakah Joe Biden yang kebugarannya diragukan akan terus mencalonkan diri atau tidak. Dan apakah Donald Trump bisa mempertahankan keunggulannya sampai finish atau tidak.

Pergantian kekuasaan adalah hal rutin tahunan. Kebijakan dan dukungan left atau right juga bisa berubah, tidak ada yang abadi. Misalkan jika di awal, Joe Biden lebih condong ke Israel, menjelang Pemilu, mereka juga ikut bantu Palestina dengan mengirimkan bantuan.

Dalam konteks pasar modal, kenaikan S&P 500 didukung oleh revolusi AI, prediksi suku bunga turun, dan kemenangan Trump. Tidak berarti Trump, menang pasti akan lebih baik, tapi dalam konteks pasar modal jika news beda dengan rumor, biasanya akan ada potensi gejolak harga.

Sebagai ekonomi terbesar di dunia, kalau mereka batuk kita juga akan kena semburan angin dan ludahnya. Meski demikian, kalau badan kita sehat, tidak akan ikut-ikutan sakit.

Sampaikan pendapat dan komentar anda di kolom reply ya

Have a nice day

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui