Kasus hukum di 🇸🇬

Ini kasus yang rumit. Ada perselingkuhan, bisnis, penggelapan, dan pembunuhannya.

Cerita bermula dari Tan Nam Seng TNS mendirikan bisnis perkapalan tahun 1974 yang dijalankan bersama 3 anak perempuannya.
Anak tertua, Shyller menikah dengan Spencer 2004.

Spencer ikut membantu bisnis TNS, bersama Shyller punya 3 anak.
2014-2016 bisnis sulit, Spencer meyakinkan Shyller dan TNS untuk mengalihkan saham mereka ke dia. Sebagian dijual dan Spencer duduk menjadi CEO Des 2016. Belakangan TNS merasa ditipu karena sahamnya dibeli murah.
Tahun 2017, Spencer ketahuan istri, ternyata dia berselingkuh dengan Yeo dan sudah punya 2 anak. Kemarahan TNS memuncak, dia menusuk Spencer 3x di tengah keramaian dan mengusir orang yang mau menolongnya. Spencer meninggal di rumah sakit, TNS menyerahkan diri saat polisi datang.

Waktu mendengar Spencer ditusuk, ayahnya, Tuppani dan Shyller datang ke lokasi kejadian. Setelah menusuk Spencer, TNS memang telepon Shyller “saya tidak bisa tidur. Saya sudah tusuk dia. Tidak perlu menangis, saya sudah tua dan tidak takut masuk penjara. Nasi sudah jadi bubur”.

Atas pembunuhan tersebut, TNS dituntut 12 tahun tapi mempertimbangkan usianya menjadi 8.5 tahun. Dia dibebaskan Desember 2023. Selama penjara, TNS mengidap TBC dan mengalami 2x serangan jantung yang membuat dia harus menjalani operasi bypass jantung.

Kasus ini dimulai setelah kematian Spencer.
Waktu dia meninggal, pihak rumah sakit dan polisi tidak berhasil menghubungi Shyller. Jadinya yang mengurus rumah sakit, polisi, dan pemakaman adalah Tuppani, bapaknya Spencer.

Masalah bermula ketika Tuppani di kepolisian untuk menerima barang peninggalan.
Ada 3 barang yang diberikan yaitu:
– Dompet berisi SGD 1.6 (Rp 20rb)
– Kunci mobil
– Jam tangan merek Richard Miles yang masih berlumuran darah
Semuanya dimasukkan dalam 1 kantong plastik

Perselingkuhan Spencer memang diketahui keluarganya. Tuppani kemudian membawa plastik itu ke Rumah Yeo karena mantan istrinya, Tham tinggal di sana. Sebagai informasi Tuppani dan Tham sudah bercerai. Plastik itu kemudian diserahkan ke Yeo.

Pada tahun 2017, waktu ketahuan berselingkuh, Shyller sudah mengajukan cerai. Namun tidak kesampaian karena kasus terjadi sehingga dia masih istri sah.
Tahun 2019, mantan istri Spencer, Keh (sebelum Shyller) menghubungi Tuppani, menanyakan jam tangan Richard Milesnya ada dimana. Tuppani mengaku dia benar-benar lupa, kemudian dia menghubungi Yeo. Oleh Yeo dikatakan jam tersebut sudah diambil sama Tham, ibunya Spencer. Oleh Tuppany, disampaikan bahwa kalau ada perlu, silakan Keh hubungi Yeo langsung.

Maret 2020, Shyller, somasi untuk mengembalikan jam tangan, namun Tuppani mengaku tidak pernah menerima surat tersebut. Pada Desember 2020, mereka sepakat untuk melanjutkan ke pengadilan dengan Shyller, adiknya, dan Keh sebagai penggugat dan Tuppani dan Tham sebagai tergugat.

Menurut penggugat, Tuppani “memberikan” jam tangan kepada orang lain yang tidak berhak, padahal itu harusnya masuk dalam harta waris. Kemudian Tham diduga memiliki jam tersebut dan menjualnya senilai SGD 160.000 (Rp 1.9 M). Menurut penggugat nilai jam sekitar SGD 380rb (Rp 4.5 M).

Pada saat persidangan:

  1. Tuppani mengatakan plastik yang ada jam tangan tersebut hanya “dititipkan” ke Yeo, bukan “diberikan”
    Alasannya, mantan istri dia dan Spencer memang tinggal di sana, pada saat itu dia dalam kondisi berduka yang mendalam sehingga tidak bisa banyak berpikir.
  2. Versi Shyller, dia, Yeo, dan Keh bertemu di ruang mediasi perihal jam tangan.
    Waktu itu, mereka telepon Tham, satu kali oleh Keh dan satu kali oleh Yeo. Dalam telepon via speaker tersebut, disebutkan Tham info bahwa jam sudah dijual ke seorang bernama Tony senilai SGD 160.000. Namun bukti tersebut tidak dibawa ke pengadilan. Malahan yang dibawa adalah percakapan Whatapps Shyller dengan adiknya yang berisi informasi bahwa Tham mengatakan bahwa jam sudah dijual pada saat mediasi.
  3. Di Pengadilan, Tham punya versi berbeda.
    Tham pernah berdiskusi dengan Yeo perihal sewa rumah karena mau pindah. Yeo bilang tidak usah khawatir, nanti jam tangan akan dijual untuk membantu Tham. Tidak lama setelah itu ada orang datang ke rumah dan menyerahkan Cash SGD 160rb. Menurut Tham dia hanya diminta Yeo untuk menyerahkan jam ke orang tersebut, tapi dia tidak tahu jam apa yang dijual dan harganya berapa. Tham merasa tidak pernah menerima jam tangan sehingga tidak mungkin info bahwa dia sudah menjual jam tangan tersebut.

Yeo yang menjadi posisi saksi kunci dalam kasus ini ternyata tidak hadir di pengadilan. Dia juga yang bisa mengkonfirmasi apakah Tham menerima jam tangan atau tidak. Awalnya dia masuk dalam daftar saksi dari pihak Tuppani dan pihak penggugat, tapi pas giliran dia menghilang

Dalam persidangan, hakim menerima argumen dari Tuppani bahwa menitipkan plastik berisi jam tangan di rumah Yeo adalah pilihan rasional. Penggugat, Shyller, adiknya, dan Keh tidak bisa membuktikan bahwa jam tangan diberikan kepada Tham, karena Yeo tidak hadir dan bukti kurang kuat.

Atas dasar itu, Gugatan ditolak.

Shyller, Adiknya, dan Keh tidak puas, mereka banding dan lagi-lagi ditolak.

Bagaimana menurut anda?
Apakah putusan ini adil?

Referensi kasus: https://www.elitigation.sg/gdviewer/s/2024_SGHC_181

Sampaikan dalam komentar ya

Have a nice day

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui