Pembahasan kali ini terinspirasi dari buku @wokesalaryman
“Crash Course on Capitalism & Money”
Dalam memilih investasi, menurut buku ini menyarankan untuk selalu mempertimbangkan “Investment Magic Triangle”.
Segitiga Ajaib Investasi yaitu Return, Risiko, dan Likuiditas.

Penipuan investasi tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Bahkan negara maju seperti Singapura yang penduduknya lebih teredukasi juga terkena dampaknya. Terkadang ada yang memang tidak mengerti, tapi tidak sedikit juga karena gampang percaya, serakah, atau tidak rasional.
Magic Triangle ini lebih ke aspek rasionalnya.
Bayangkan, obligasi pemerintah seri FRnya sudah 100++, artinya ada lebih dari 100 seri obligasi dengan kupon, harga dan jatuh tempo yang berbeda, belum yang korporasi.
Saham 800++, reksa dana 1000++ bahkan ada yang luar negeri.
Memilih di antara yang legal saja sudah pusing, belum lagi produk bodong yang penuh dengan cashback, fixed return, plus rayuan maut komplotan penipunya. Untuk itu, ketika memilih suatu produk investasi dan untuk mendeteksi bodong atau tidak, logika dan rasionalitas amat penting.

1. Return
Investasi keuangan dan pasar modal yang boleh menawarkan return pasti:
– Deposito
– Obligasi
– Reksa Dana Terproteksi
Berapa yang wajar? Deposito sekitar BI Rate yang saat ini 6.25% atau LPS 4.25%. Angka ini bisa naik turun, tapi biasanya sekitar 1%an di atas inflasi.
Obligasi, tergantung pemerintah atau swasta. Per Juli 2024, obligasi pemerintah yang 10 tahun memberikan imbal hasil 7% per tahun, biasanya bergerak naik turun di kisaran 6-7%. Obligasi swasta, tergantung ratingnya, bisa 1-5% di atas itu periode yang lebih pendek.
Reksa dana terproteksi, tergantung isinya yang kebanyakan obligasi korporasi, biasanya tidak jauh2 dari 6-8% dengan jatuh tempo sekitar 3 tahun. Makin kurang bagus ratingnya, biasanya imbal hasil yang diberikan semakin tinggi dan makin bagus rating, imbal hasil makin rendah.
Bagaimana dengan yang tidak bisa kasih return pasti seperti saham dan reksa dana saham? Tingkat return di instrumen ini memang bervariasi tergantung kepintaran dalam memilih dan meracik portofolionya. Per 30 Juli 2024, rata-rata return tahunan selama 15 tahun untuk IHSG 7.95%.
Dengan asumsi sudah mempertimbangkan ada tahun-tahun dimana return bisa luar biasa tinggi atau sebaliknya minus atau tiarap bertahun-tahun, maka 8% adalah asumsi return yang wajar untuk Reksa Dana Saham dan Saham. Rasionalitas adalah ketika anda berinvestasi, harapannya wajar.
Ketika ada investasi yang memberikan potensi keuntungan jauuuh di atas itu, cuma ada 2 kemungkinan:
Pertama, Itu value stock yang sangat salah harga, tapi kesabaran yang dimaksud Warren Buffet dan Lo Kheng Hong itu bukan 1-2 tahun, bahkan bisa jauh lebih lama. Jika naik bisa >8%.
Kedua, itu investasi bodong yang dibungkus dengan janji return pasti, skema titip dana, atau rayuan maut bermodal follower dan engagement di sosial media. Bukan berarti tidak ada, tapi ada baiknya kita waspada. Dan begitu ada yang tidak logis, bisa saja tidak legal juga

2. Risiko
Biasanya ini berpasangan dengan Return.
Tapi zaman sekarang risiko itu bermacam-macam. Yang paling umum, Market Risk / Risiko pasar, artinya kamu beli hari ini, besok cek nilainya turun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari laporan keuangan tidak baik, bunga naik, dana asing net sell dalam jumlah besar, atau sudah naik banyak saja jadi turun dikit buat ambil napas yang terkadang tidak ada penjelasan yang konsisten. Risiko pasar ini ada di semua instrumen kecuali deposito. Obligasi negara, korporasi, bahkan reksa dana pasar uang ada.
Risiko Likuiditas, gampangnya mau dijual tidak bisa. Ketika saham kena suspend, harga Auto Reject Bawah, reksa dana beli saham bermasalah, obligasi korporasi diduga macet, instrumennya tidak bisa dijual. Dengan harga rendah sekalipun kadang tidak laku karena tidak ada pembeli.
Risiko Wanprestasi / Kredit, risiko ini ada di Obligasi Korporasi, Reksa Dana Terproteksi yang isinya Korporasi, dan Deposito. Kecuali obligasi negara yang dijamin UU, ketiga ini ada risiko wanprestasi yang kalau terjadi bisa kehilangan sebagian besar / semua investasinya.
Risiko kepatuhan, yang artinya kalau melanggar aturan Bursa dan aturan OJK, berpotensi diberikan sanksi seperti suspensi, pindah ke pasar FCA, atau diperintahkan bubar. Risiko itu sejalan return, jika returnnya tinggi pasti salah satu sampai salah empatnya tinggi.
Contoh return reksa dana saham tinggi sekali jauh di atas rata2 pasar, bisa jadi isinya saham2 gorengan. Dengan isinya saham gorengan, maka risiko yang tinggi antara lain risiko pasar ketika gorengannya gosong, risiko likuiditas ketika sahamnya turun ke 50 dan pindah ke FCA hingga Risiko Kepatuhan misalkan terindikasi melakukan manipulasi pasar alias cornering.Tapi bisa juga memang Manajer Investasinya yang jago meracik dengan membeli saham yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Jadi memahami produk yang kita beli amat penting.

3. Likuiditas
Dikenal dengan Liquidity Premium yaitu kemudahan pencairan.
Contoh deposito on call yang kapan saja bisa dicairkan pasti lebih kecil bunganya dibandingkan deposito yang jatuh tempo 1 tahun. Obligasi 3 dan 5 tahun, pasti besaran kupon 5 tahun jika terbit bersamaan.
Saham yang masuk indeks yang likuid seperti LQ45 meskipun valuasi mahal, tetap akan diminati saham yang valuasi murah tapi transaksi minim. Liquidity premium ini juga ada kaitannya dengan Return dan Risiko. Makin likuid, maka return dan risiko makin rendah dan sebaliknya.
Jadi dalam menilai suatu investasi, jangan hanya fokus pada return saja, lihat juga risiko dan kemudahan untuk mencairkannya (likuiditas). Di luar itu, perhatikan juga layanan diberikan, transparansi, dan apakah terdaftar di OJK atau tidak.
Semoga hari anda menyenangkan

Tinggalkan komentar