Setelah pertemuan Prabowo dan Jokowi di Solo, tadi malam (14 Oktober 2024), giliran calon Menteri menemui Prabowo.
Meski ada wajah baru, banyaknya wajah lama yang akan kembali menjabat, kedua hal tersebut menunjukkan transisi pemerintahan yang mulus.
Apa efeknya ke pasar modal 🇮🇩 ?

Salah satu posisi yang menjadi pusat perhatian adalah Menteri Keuangan. Masuknya 🇮🇩 ke dalam G20 menunjukkan Indonesia sudah masuk dalam 20 negara dengan perekonomian terbesar dunia berdasarkan PDB. Ukuran dari APBN tentunya juga terus membesar sehingga butuh Menkeu handal.
Tidak cukup hanya handal, tapi juga dapat dipercaya. Sebab investor beli Surat Utang Negara itu tidak sekedar dijamin UU, tapi juga yakin bahwa APBN dikelola dengan baik sehingga sanggup membayarnya. Untunglah Sri Mulyani “kelihatannya” masih lanjut.
Meski cuma sebentar, kelihatannya akan ada rally pendek di harga obligasi negara. Kebetulan dari tayangan berita tadi malam pas saya tonton, baru Sri Mulyani yang menyatakan dengan jelas posisi kementerian yang akan dia isi yaitu Menteri Keuangan.
Posisi berikutnya adalah Menteri BUMN. Posisi ini sudah demikian penting karena penghasil laba terbesar di IDX adalah BBRI. Laba BMRI dan TLKM juga tidak selisih jauh dari BBRI. Belum lagi yang non Tbk seperti PLN, Pertamina, Inalum beserta anak perusahaannya.
Operating expenditure dan Capital expenditure dari BUMN ini begitu besar sehingga bisa menggerakkan ekonomi dalam skala yang besar. Politikus atau teknokrat, BUMN harus dikelola secara profesional sehingga bisa terus berkembang. Dalam hal ini Menteri BUMN memegang peranan besar.
Di antara BUMN juga ada yang tidak sehat seperti di sektor Kontrak Karya. Untunglah meski ada masalah pada obligasi, ada tindakan penyelesaian berupa restrukturisasi. Meski tidak semua pihak bisa terima, tapi dari kacamata investor, ada itikad baik untuk menyelesaikan.

Berikutnya adalah posisi yang mengurusi hilirisasi, kelihatannya ada di ESDM atau Koordinator Investasi. Dahulu 2 andalan ekspor Indonesia adalah sawit dan batu bara, sekarang juga masih. Tapi sejak hilirisasi, ekspor turunan nikel langsung naik signifikan menjadi andalan ke 3.
Ini baru Nikel, apabila ada hilirisasi untuk komoditas yang lain, diharapkan nilai ekspor Indonesia bisa meningkat signifikan sehingga surplus USD dan nilai tukar lebih terjaga.
Selanjutnya adalah penanganan akan Judi Online yang masih merajalela. Entah di Menkominfo / Kapolri. Sebetulnya dari kacamata pasar modal, sektor telekomunikasi di pasar modal cukup besar, tapi bukan market mover. Selain emiten terbatas, biasanya efek kebijakan terhadap kinerja emiten juga tidak terlalu besar. Namun sejak Judol merajelela, kinerja emiten sektor lain terganggu.
Tidak hanya itu, orang yang terlibat judol dan pinjol ilegal juga meresahkan masyarakat. Tidak hanya itu, orang yang terlibat judol dan pinjol ilegal juga meresahkan masyarakat.
Menteri lain menurut saya juga penting, sebab ada Kehutanan dan Pertanian yang terkait sektor perkebunan, ada ATR BPN yang terkait sektor Properti, Kesehatan yang terkait dengan Rumah sakit dan farmasi, dan juga berbagai kementerian lainnya.
Pemilihan Menteri adalah 100% hak prerogatif Presiden, selain the Right Man in the Right Place, transisi yang pemerintahan yang mulus juga akan positif di mata investor. Dengan transisi yang mulus, serah terima berjalan dengan baik, bahkan jika orangnya sama, langsung siap kerja.
Secara historis efek politik terhadap kinerja pasar modal tidak pernah konsisten, kadang naik kadang turun. Tapi ketika kondisi tidak pasti, biasanya lebih ke psikologis dimana pasar cenderung wait and see. Transisi mulus menghapus efek wait and see.
Tinggal outlook akan pasar modal kita saja bagaimana. Jika positif, maka investor akan lebih berani berinvestasi. Jika negatif, maka investasinya baru jalan ketika valuasi dianggap murah. Dengan rencana suku bunga akan turun, harusnya outlook 🇮🇩 positif.

Tinggalkan komentar