Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk diskusi dengan seorang Manajer Investasi Global, yang kalau bertransaksi saham di 🇮🇩 akan tercatat sebagai Net Buy Sell Asing di IHSG.
Dalam diskusi ini, saya mendapat banyak insight asing akan 🇨🇳 dan 🇮🇩.
Rangkumannya sebagai berikut :

Sebagai informasi, dia Deputy CIO (Chief Investment Officer) dari perusahaan Manajer Investasi joint venture antara Amundi – MI terbesar di Eropa yang mengelola lebih dari USD 2 Triliun (Rp 32.000 triliun) dengan Bank Of China – Bank terbesar ke 4 🇨🇳 dengan aset USD 4.8 Triliun (Rp 76.000 triliun) .
Selain berpengalaman membawahi tim yang mengelola reksa dana di 🇨🇳, dia juga punya pengalaman yang sama dengan reksa dana dan produk investasi di Eropa. Jadi sebetulnya sudah expert di bidang investasi level global dan saat ini berkantor di Shanghai.
Sehubungan dengan rencana perusahaan untuk joint venture dengan salah satu MI di 🇮🇩, beberapa personel eksekutif berencana mengambil sertifikasi Wakil Manajer Investasi (WMI). Untuk itu mereka ikut training di APRDI dan ujian di LSP Pasar Modal Indonesia (LSPPMI).
Kebetulan sekali, saya mendapat penugasan APRDI untuk menjadi pengajar dalam sesi persiapan sertifikasi WMI ini. Kebetulan 2 X, saya sedang cuti dan berlibur ke Shanghai. Training yang online, disepakati untuk tatap muka agar lebih banyak diskusi. Malahan saya jadi belajar banyak.

Jika saya perhatikan, pemberitaan media massa internasional terhadap China, terutama dari Barat, cenderung kurang objektif. Bukan berarti memberitakan hoax, tapi membesar-besarkan hal negatif dan kurang menonjolkan hal positif. Belum lagi karena sosial media konvensional juga dibatasi. Jadi akan lebih baik jika bisa mendapat insight langsung dari orang yang benar-benar ada di 🇨🇳 langsung dan berinvestasi berdasarkan sumber berita lokal.
Pertanyaan pertama, bagaimana menurut dia kesiapan 🇨🇳 menghadapi perang dagang dengan 🇺🇸 ?
Tanpa ragu dia menjawab lebih dari siap.
Dari pemahaman saya sebagai orang luar, banyaknya perusahaan 🇨🇳 yang membangun pabrik di Vietnam, Philippines, dan termasuk Indonesia adalah bentuk antisipasi. Menurut dia hal ini memang benar, tapi itu hanya sebagian sangat kecil dari produksinya. Yang utama tetap ada di 🇨🇳.
Hal ini karena infrastruktur dan supply chain (rantai pasokan) di 🇨🇳 sudah sedemikian efisien, canggih, dan murah sehingga pretty much bisa produksi hampir apapun yang diinginkan dengan harga kompetitif. Pabrik Tesla terbesar dunia juga adanya di Shanghai. Banyak pabrikan mobil Eropa juga ada disana, dan sekalipun dikenakan pajak dan tarif, biaya produksinya masih kompetitif.
Saya tanya lagi, bagaimana dengan BYD yang jadi no 1 di dunia saat ini?
Menurut dia, selain BYD masih ada 100++ merek lainnya yang juga sangat kompetitif. Mobil listrik karena sesuai dengan prinsip ESG – Environment, Lingkungan, juga banyak mendapat dukungan dan pendanaan dibandingkan mobil tradisional. Dari pantauan beberapa hari jalan raya Shanghai, sekitar 50%++ adalah mobil listrik berplat hijau dari low end hingga yang mewah.

Atas perang dagang, menurutnya selama beberapa tahun belakangan 🇨🇳 telah banyak bersiap-siap menghadapi perang dagang. Hal ini karena semua tarif yang ditetapkan Trump ke 🇨🇳 tidak ada yang dihapus Biden, malahan ditambah.
Caranya adalah melakukan produksi bernilai tinggi.
Istilah 🇮🇩-nya hilirisasi. Bedanya kalau di 🇮🇩 nikel diolah jadi baja dan nantinya batere, maka di 🇨🇳 lebih ke peralatan teknologi tinggi seperti medis, semikonduktor dan sebagainya. Contohnya alat-alat medis yang didominasi merek Eropa, sekarang bisa diproduksi 🇨🇳 dengan 50% harga. Jadi daripada memproduksi tas, boneka, buku, dan sebagainya dengan harga murah dan berkompetisi langsung dengan negara tujuan ekspornya, maka lebih baik hilirisasi produksi ke mesin-mesin canggih yang satu unitnya saja sudah miliaran bahkan bisa ratusan miliar.

Bagaimana dengan masalah properti?
Di 🇨🇳 ada kota Tier 1 seperti Beijing, Shanghai, Shenzhen dan Guangzhou, hingga Tier 4 yang secara ekonomi lebih kecil. Bangkrutnya beberapa developer properti memang membuat masalah besar seperti harga turun dan bangunan belum selesai. Tapi harga properti di kota Tier 1 justru relatif stabil. Yang turun banyak adalah di Tier 2-4 dengan 30-50%. Wajar memang, karena kalau kota besar, lahan lebih terbatas dan peminatnya bisa banyak. Beda dengan kota kecil yang harganya ikut-ikutan naik tapi tidak didukung permintaan.
Kemudian atas properti yang masih dalam tahap pembangunan, pemerintah memastikan bahwa bangunan akan tetap selesai. Caranya mereka memaksa perusahaan untuk membuat rekening terpisah atas properti dalam proses dan pembayaran konsumen hanya untuk penyelesaian bukan yang lain. Hal di atas mencerminkan pemerintahan sosialis yang memperhatikan masyarakatnya. Di gedung perkantoran, saya juga melihat petugas keamanan dalam jumlah besar, menurut saya dengan CCTV dimana-mana bukankah tidak efisien? Nah ternyata ini juga bagian dari membuka lapangan kerja.

Hal lain yang saya perhatikan juga adalah harga makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Dengan rata-rata penghasilan lebih besar daripada Jakarta, ternyata harga makanannya sama atau bahkan sedikit lebih murah. Jadi untuk menjaga kestabilan sosial, pemerintah 🇨🇳 menjaga inflasi tetap rendah.
Bagaimana dengan stimulus raksasa beberapa waktu lalu?
Menurut dia pasar saham 🇨🇳 sudah bearish selama 4 tahun terakhir dari 2021 hingga sekarang. Stimulus tersebut memang memberikan sentimen positif bagi saham, sejak diluncurkan indeks saham naik sekitar 25-30% dalam 2 bulan.

Kenaikan tinggi dalam waktu cepat ini, disebut sebagai “China Speed”. Tapi adanya stimulus besar, artinya ekonomi “agak sakit” dan dibutuhkan stimulus agar “sembuh”. Dan tampaknya infrastruktur dan supply chain yang super canggih itu tidak selalu sejalan dengan pergerakan saham.
Berikutnya, mengapa tertarik 🇮🇩 ?
Dari potensi dana :
PDB 🇮🇩 2023 adalah sekitar Rp 20.892 Triliun. Dana kelolaan industri MI 2023 sekitar Rp 800 Triliun sehingga setara 3.8%.
🇲🇾 dan 🇹🇭 di 30-35%. 🇸🇬 bahkan 900%. Jadi ada potensi naik 10x.
Dari bisnis:
Belum ada kehadiran langsung di 🇮🇩 .
Satu masukan agar 🇮🇩 untuk bisa maju seperti 🇨🇳 perlu :
1. Menerima kehadiran investor asing untuk belajar langsung dari yang lebih baik.
2. Memiliki etos kerja keras dan disiplin yang tinggi.
Dia percaya, meski butuh proses dan perlahan, 🇮🇩 sedang menuju kesana.
Pembuatan materi diskusi dengan fund manager global ini sekitar 2 jam. Jarak Shanghai ke Hangzhou sekitar 175 Km ditempuh dengan kereta cepat kurang dari 1 jam.
Jika Manajer Investasi Global saja percaya dan mau investasi di pasar modal 🇮🇩, mudah-mudahan investor lokalnya 🇮🇩 juga.

Tinggalkan komentar