Price Earning Ratio – PER adalah salah satu metode valuasi yang banyak dipakai untuk mengetahui apakah suatu saham sudah mahal atau murah.

Caranya bisa dibandingkan rata-rata historis atau sektor sejenis.

Pertanyaannya, apakah PER untuk semua sektor itu sama?

Topik pembahasan kali ini, salah satunya perlu berterima kasih kepada data statistik di website @IDX_BEI yang semakin transparan dan variatif dari waktu ke waktu.
Pada fitur bagian statistik Saham, data PER sektoral setiap akhir bulan dapat diakses.
Dan bagusnya bisa backdate

Contoh untuk November 2024, diperoleh sebagai berikut:

Market = IHSG = 12.86.
IDXFinance tempat bernaungnya saham Bank Big 4, di 18.98x.
IDXTechno, tempat bernaungnya semua saham teknologi yang rata-rata masih rugi ternyata masih 20.39.
IDXHealth, ternyata paling tinggi di 23.27.

Berdasarkan common sense di pasar modal, sektor yang valuasinya tinggi / mahal itu harusnya teknologi. Bisa karena dianggap masih start up sehingga rugi atau laba kecil (sehingga PER tinggi) tidak apa-apa dan atau bisa ada terobosan atau disrupsi yang bisa menguasai market share besar. Start up atau disrupsi tidak melulu harus teknologi, bisa juga mobil listrik; kecerdasan artifisial (AI); penelitian tentang obat kanker, obesitas, atau penyakit kritis; atau sektor lainnya Tapi memang label start up / disrupsi ini lekat dengan Teknologi.

Jadinya start up – start up pada suka menambahkan semacam label tech, online, atau electronic pada namanya.

Contoh :
Dagang – Ecommerce
Keuangan – Fintech
Jasa kesehatan – Healthtech
Pendidikan – Edutech, ELearning
Jalan-jalan – Online Travel Agency

Tujuannya supaya valuasi tinggi

Mengapa IDXHealth bisa lebih tinggi? Ada beberapa kemungkinan

  1. Jumlah saham tidak banyak, sehingga data tidak mencukupi dan terdapat beberapa saham yang valuasinya tinggi sekali.
  2. Investor 🇮🇩 memang menghargai saham kesehatan dengan valuasi tinggi dibandingkan sektor lain.

Apakah data November 2024 dapat menjadi gambaran valuasi sektor secara keseluruhan? Tentu tidak

Untuk mengetahui kisaran yang wajar, tetap perlu melihat data historis. Berdasarkan data Maret, Juni, September, dan November 2024 sebagai berikut :

Berdasarkan data di atas,
rasio PER yang mendekati IHSG (Market) adalah: Properti, Infrastruktur dan Barang Baku.
Yang konsisten lebih mahal: Konsumen Primer dan Non Primer, Keuangan, Teknologi, dan Kesehatan.
Yang konsisten lebih murah: Transportasi, Energi, dan Industri

Cara baca: misalkan suatu saham ABCD memiliki PER 8x, dibandingkan dengan BBRI misalnya PER 10.5. Belum tentu ABCD lebih murah, karena bisa saja dia masuk dalam sektor Transportasi yang PER sektoralnya cuma bergerak di kisaran 8an.

Sementara BBRI yang 10.5x belum tentu lebih mahal, karena sektoral Keuangan di kisaran 14-19x. Tapi perlu diingat ini hanya mengacu ke 2024 saja. Perlu setidaknya hingga 5 tahun ke belakang untuk bisa melihat kisaran PER sektoral agar bisa melihat waktu sedang bullish dan bearish.

Kemudian jumlah saham dalam bursa terlalu banyak dan terkadang emiten berkualitas baik tercampur dengan yang kualitasnya di bawah rata-rata. Untuk itu, angka sektoral itu perlu dihitung dari jumlah emiten yang lebih diseleksi, misalkan dari IDX80, LQ45, market caps min Rp 50 Triliun dan sebagainya.

Meski penelitian menggunakan data historis yang lebih panjang belum saya lakukan, tapi memang ada sektor yang secara valuasi selalu rendah seperti energi batu bara. Namun energi terbarukan, bisa saja menjadi sektor teknologi baru karena tren keuangan berkelanjutan.

Data PER sektoral bisa menjadi salah satu referensi tambahan dalam melakukan analisa saham. Tapi prosesnya memang sulit karena butuh ketersediaan data dan skill excel yang mumpuni, jika repot bisa via reksa dana saham.

GOOD DAY

*PENYEBUTAN SAHAM BUKAN REKOMENDASI BUY SELL HOLD

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui