Saya perhatikan fokus pemerintah kini “agak” berubah.
Sebelumnya di era Jokowi, saya melihat headline-nya di pembangunan infrastruktur yang masif dan hilirisasi produk tambang. Di awal era Prabowo, fokusnya di Makan Bergizi Gratis.
Positif / Negatif untuk pasar modal?

Beruntung sekali pertanyaan ini, menurut saya terjawab beberapa waktu lalu. Dalam acara Market Outlook Panin AM di Ritz Carlton Jakarta, salah satu pembicaranya adalah bapak Heriyanto yang merupakan anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang dipimpin oleh Luhut Binsar Panjaitan.
Salah satu analogi yang diberikan adalah perbandingan 🇮🇩 dan 🇻🇳
Ekspor Durian
🇻🇳 USD 3.3 Miliar (Rp 52.8 T)
🇮🇩 USD 2 juta (Rp 32 M)
Turis Mancanegara (Hingga November 2024)
🇻🇳 16 juta
🇮🇩 12,6 juta
Belum lagi perusahaan teknologi multinasional yang investasi jumbo di 🇻🇳.
Apakah karena korupsi?
Ternyata bukan itu yang utama. Korupsi dimana-mana ada dan biasanya sudah difaktorkan dalam biaya produksi (setidaknya dalam sudut pandang pengusaha).
Apakah karena kemudahan ekspor ke 🇺🇸?
Ini salah satu nilai plus juga meski bukan yang utama.
Apakah karena sistem pemerintahan 🇻🇳 yang berbentuk Republik Komunis dengan 1 partai berkuasa?
Well ini saya kurang tahu karena mau negara komunis, soal duit tetap kapitalis
Tapi lebih karena faktor yang sangat penting yaitu kualitas SDM. Salah satu ukurannya adalah PISA.
Program for International Student Assessment PISA adalah evaluasi global yang dilakukan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains.
Pada 2022
Indonesia di peringkat 69 dari 81
Vietnam di peringkat 31 dari 81

Sebagai referensi, PISA Vietnam sudah setara dengan Portugal di peringkat 29, Italia di peringkat 30, dan Norwegia di peringkat 32.
UMP di 🇮🇩 rata-rata di Rp 3.1 juta dengan Jakarta dan Karawang paling tinggi Rp 5 jutaan. Sementara UMP di 🇻🇳 “baru” antara Rp 2.2 – 3.2 juta.
Bahasa gampangnya, calon SDM 🇻🇳 kualitas Eropa dengan gaji level Asia Tenggara.
Untuk industri teknologi tinggi seperti semikonduktor, Data Center, Iphone, electric vehicle, dan sebagainya kalau mau bangun pabrik, saya rasa gaji tinggi bukan masalah tapi lebih ke SDM dan Rantai Pasok .
Nah jika masalahnya adalah SDM, pertanyaan berikut bagaimana meningkatkannya?
Dalam presentasi tersebut diberikan gambaran data yang bagus dan sekaligus insight bagaimana proses pengambilan keputusan pemerintah diambil.
Penduduk 🇮🇩 yang masuk kategori miskin, rentan, dan menengah bawah punya 2-3 anak, dan itu 80% dari penduduk (pengeluaran < 2 juta / bulan). Yang menengah dan atas, ternyata hanya 20% dan punya anak rata-rata 1. Yang perlu dibantu, tentu 80%nya karena bisa angkat rata-rata nasional.

Untuk membantu kelas 80% tersebut, program yang kita kenal antara lain seperti dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) atau kartu pintar / pendidikan, kartu sehat (free iuran BPJS Kesehatan), bantuan langsung tunai dan sebagainya. Semua program tersebut masih ada dan terus dilanjutkan.

Bagaimana Makan Bergizi Gratis dapat membantu?
Pertama, dengan asumsi per 1 anak diberikan uang jajan Rp 10.000 per hari atau Rp 200.000 per bulan, kalau 2 anak menjadi Rp 400.000. Dengan asumsi gaji UMP Rp 3-4 juta, maka itu penghematan bagi keluarga sudah 10-15% per bulan. Uang ini bisa untuk membayar kontrakan, transportasi, dan lainnya tanpa harus memaksa perusahaan memberikan kenaikan gaji di tengah omset perusahaan belum tentu naik 10-15%.
Kedua, kalau gizi cukup dan bagus, tentu perkembangan otak / kecerdasan juga akan lebih baik. Hanya saja untuk yang no 2 ini merupakan program jangka panjang ditambah program sekolah unggulan. Hasilnya juga baru akan kelihatan 5-10 tahun nanti paling cepat, dari skor PISA, kualitas kelulusan, dan keputusan perusahaan multinasional membangun pabrik / usaha di 🇮🇩.
Kualitas SDM menentukan kemajuan negara.
Vietnam berhasil melakukannya dengan SDM bagus, alhasil ekspor, turisme, investasi asing meningkat pesat. Faktor lain seperti pajak, sistem pemerintahan, kedekatan dengan 🇺🇸 dan 🇨🇳 adalah nilai plus saja, tetap harus ada SDM yang jalankan.
🇮🇩 juga sedang berusaha untuk maju. Ibarat dulu Infrastruktur yang dibangun Jokowi adalah hardware-nya, sekarang Makan Bergizi Gratis oleh Prabowo adalah upgrade software-nya. Era Jokowi tetap ada bansos, di era Prabowo juga tetap ada infrastruktur, cuma fokusnya beda saja.
Jadi sebetulnya program Prabowo dan Jokowi masih merupakan pembangunan yang berkelanjutan. Program Makan Bergizi Gratis yang dinikmati langsung oleh masyarakat, itu juga populis, makanya tingkat kepuasan terhadap Prabowo juga masih tinggi.
Bagaimana pandangan pasar modal?
Vietnam yang berhasil meningkatkan kualitas SDM, menarik investasi asing dalam jumlah besar, meningkatkan ekspor, dan turisme ini adalah “story” yang sangat gampang dijual agar dana asing masuk. Dalam 10 tahun, Vietnam Ho Chi Minh Stock Index naik sekitar 157% vs IHSG 35%.

Untuk 2024, sama seperti 🇮🇩, pasar modal 🇻🇳 juga stagnan di tengah berbagai pencapaiannya.
Apakah karena Makan Bergizi Gratis? Rasanya Tidak
Sebab pelaksanaan secara bertahap, dan sumbernya dari efisiensi pengeluaran lain seperti perjalanan dinas yang dipotong 50% lebih. Implementasi program sebesar ini tentu ada kekurangan di sana sini, tapi selama defisit APBN <3%, masih aman.
Saat ini dana asing di emerging market memang sedang balik kampung karena penurunan suku bunga 🇺🇸 yang mungkin tertunda + Trump membuat 🇺🇸 lebih menarik.
Have a nice day

Tinggalkan komentar