Kasus Hukum Singapore
Tergugat :
Sumit Grover
Mantan Karyawan, jagoan trader NDF Rupee India
Penggugat :
GFI Group dan BGC Partner
Pemberi kerja
Perihal :
Grover di PHK dan perusahaan menuntut pengembalian pinjaman.
Grover menuntut balik bonus tidak dibayar.
Apa keputusannya?

Pengalaman kerja Grover :
Awalnya Grover bekerja sebagai pelayan di Pub, bertemu dengan Mr Chan Chong San (Mr Chan). Oleh Mr Chan direkrut sebagai Broker di Nittan Capital Pte Ltd. Grover menfokuskan diri sebagai pada perdagangan Non Deliverable Forward NDF Rupee India.
Grover bekerja dari 1 Agustus 2011 – 5 Januari 2017 dan menjadi salah satu Star Performer. Mr Chan adalah atasan langsung sekaligus Mentor bagi Grover. Dia juga yang mengajarkan semua seluk beluk NDF dan memiliki hubungan yang baik dengan Grover.
Kemudian Grover pindah ke Tradition Singapore Pte Ltd sebagai Senior Manager 8 Mei 2017 – 30 September 2017. Perpindahan ini tampaknya membuat Grover melanggar kontrak kerja sehingga ada kewajiban ke Nittan dan Tradition. Sekitar Juli / Agustus 2017, GFI melakukan pendekatan ke Grover.
Rupanya Mr Chan menjadi Managing Director di GFI. Karena mantan bos, dia mengetahui kemampuan Grover di bidang broker NDF dan bermaksud untuk merekrutnya. Selama periode tersebut, Grover juga sedang menghadapi litigasi dari Nittan dan Tradition sehingga membutuhkan uang
Sebagai bagian dari paket rekrutmen, GFI membuat perjanjian dengan Grover :
– Surat Perjanjian Kerja tertanggal 8 Nov 2017
– Pinjaman GFI ke Grover senilai SGD 1.569.210 (Rp 19 M) (Pinjaman 1)
– Pinjaman GFI ke Grover senilai SGD 980.000 (Rp 12 M) (Pinjaman 2)
Pinjaman 1 Rp 19 M bertujuan untuk membantu Grover membayar kewajiban litigasi ke Nittan dan Tradition. Pinjaman 2 Rp 12 M semacam bonus dibayar dimuka dengan termin pembayaran SGD 180.000 (Februari 2018), SGD 400.000 (September 2018) dan SGD 200.000 (April 2020). Gajinya SGD 45.000 per bulan (Rp 550 juta)!!

Dengan benefit sebesar itu, target Grover yaitu harus mencapai Performance Ratio minimal 2.5 : 1 selama masa kerja. 2.5 adalah revenue yang dihasilkan bagi perusahaan dan 1 adalah biaya. Sederhananya gaji SGD 45.000, maka revenue-nya minimal SGD 112.500. Dia mulai kerja Februari 2018.
Tahun 2019, ada Merger. GFI merger dengan BGC Group yang berbasis di New York dan London. Kontrak kerja Grover juga dialihkan dari GFI ke BGC dengan tanggal Efektif Mei 2020. Waktu merger, rupanya SGD 180.000 termin pertama Pinjaman 2 juga dialihkan dari GFI ke BCG.
22 September 2021, BGC melakukan PHK ke Grover karena gagal mencapai Performance Ratio Juni 2021 – Agustus 2021. Atas PHK tersebut, klausul dalam Pinjaman 1 dan 2 mengharuskan Grover melunasi semuanya + bunga. Hutang ke GFI USD 1.879.981 (Rp 30 M). Hutang ke BGC USD 158.765 (Rp 2.6 M).
Grover tidak bersedia membayar dan menggugat balik dengan dasar:
1. Pemberhentiannya tidak sah karena melanggar ketentuan hukum.
2. Bonus periode Januari – Maret 2021 yang belum dibayarkan.
Seperti pertimbangan dan putusan pengadilan?
Argumentasi Grover bahwa Pemberhentian tidak sah adalah karena waktu dia diterima kerja, ada perjanjian Lisan dengan Mr Chan. Isi dalam perjanjian Lisan tersebut tidak menyebut adanya Performance Ratio. Sehingga dia mengajukan Non Est Factum – Itu bukan perbuatan saya
Non Est Factum adalah pembelaan hukum yang digunakan dalam kasus di mana seseorang menandatangani kontrak yang ternyata sangat berbeda dari apa yang mereka pikir mereka tandatangani.
Versi perjanjian Lisan menurut Grover sebagai berikut :
– Gaji SGD 45.000
– Masa kontrak 72 bulan
– Pinjaman 1 senilai SGD 1,5 juta ++ untuk biaya litigasi Nittan dan Tradition
– Pinjaman 2 SGD 980.000 sebagai signing bonus
– Kedua pinjaman diamortisasi selama 72 bulan
– Target SGD 150.000 per bulan (dihitung dari gaji dan amortisasi pinjaman)
– Jika target tercapai, ada bonus

Menurut Grover, tidak ada diskusi mengenai Performance Ratio, Kontrak hanya formalitas saja. Mr Chan membantah karena sejak awal sudah info akan perjanjian kerja dari kantor di London. Ada klausul, bahwa perjanjian supersede = menggantikan semua kesepakatan / janji sebelumnya.

Poin mengenai Performance Ratio juga tercantum dalam klausul perjanjian dan apa tindak lanjut perusahaan jika tidak tercapai dalam 3 bulan. Grover mencoba membantah bahwa dia tidak diberikan waktu yang cukup untuk membaca dan performance ratio tidak wajar, tapi tidak berdasar.

Selanjutnya, apakah pemberhentian dari BGC sudah sesuai hukum?
Pada klausul 4, tertera bahwa Company may in its sole discretion terminate your employment. Sehingga perusahaan memiliki dasar hukum yang jelas. Dalam pengadilan ternyata perusahaan masih memberikan kesempatan.
Pada periode Juni-Agustus 21, Revenue yang dihasilkan adalah USD 287.173 sementara costnya USD 175.248 sehingga rasio 1.6 : 1. BGC menawarkan kepada Grover untuk pindah ke layanan Gooch Capital Option atau Sing IRS Option yang kontraknya sama tapi gaji lebih kecil
Gooch Capital pada dasarnya adalah layanan transaksi dari BGC, hanya saja menggunakan layanan online. Ibaratnya kalau di BGC ordernya dengan telepon ke broker, kalau Gooch itu ordernya secara online. Grover menolak, karena menurut dia client sudah terbiasa order via phone.
Meski perusahaan meminta dia untuk mengumpulkan 4-6 client terbesarnya untuk diberikan presentasi tentang Gooch, Grover juga tidak bersedia. Untuk Sing IRS Option, menurut Grover produknya juga berbeda dengan NDF yang dia kenal dan gajinya juga turun, sehingga dia juga menolak.
Karena tetap menolak dengan tambahan alasan merasa disingkirkan, akhirnya perusahaan memutuskan untuk melakukan terminasi atau PHK. Kemudian PHK ini mengaktifkan lagi klausul lain dalam perjanjian kerja dimana hutangnya harus segera dilunasi. Hal ini dapat diterima pengadilan.

Bagaimana dengan tuntutan bonus Januari – Maret 2021 yang tidak dibayarkan meskipun dia mencapai target?
BGC berargumen bahwa pemberian bonus adalah sepenuhnya diskresi perusahaan. Adapun alasan BGC tidak membayarkan bonus adalah karena :
1. Tidak mau berbagai info harga dengan tim
2. Tidak menjalankan instruksi perusahaan untuk memperkenalkan platform trading online perusahaan
3. Tidak mau membagi informasi nasabah kepada rekan kerja
4. Absen 27 hari kerja tanpa alasan yang memadai Argumen ini juga diterima pengadilan.
Atas dasar itu putusan pengadilan :
1. Sumit Grover berkewajiban membayar USD 1.879.981 (Rp 30 M) kepada GFI USD 158.765 (Rp 2.6 M) kepada BGC.
2. Atas bonus Januari – Maret 2021, BGC tidak perlu membayar ke Sumit Grover.
Referensi kasus https://elitigation.sg/gd/s/2024_SGHC_206…
Menurut saya, selain ada tidak teliti dalam kontrak, ada kemungkinan juga karena star syndrome. Terlalu hebat, apalagi dalam kasus ini dari pelayan restoran naik top trader NDF, tapi sayangnya kurang bisa kerjasama dan terima masukan.
Bagaimana menurut anda?
Good Day

Tinggalkan komentar