Pada 18 Maret 2025, penurunan IHSG pada sesi 1 sempat -5% yang membuat IDX melakukan suspensi selama 30 menit. Meski rebound di sesi 2, penurunannya tetap dalam, mencapai -3.8%.

Tren penurunan IHSG ini sudah terjadi sejak Oktober 2024.

Apa yang sebaiknya pemerintah lakukan?

Dalam konteks investasi saham, selalu ada siklus naik dan turun. Penyebab turun juga selalu berbeda dari waktu ke waktu. Contoh di 2020 karena pandemi, 2021 gangguan logistik akibat lockdown ketat, 2022 karena perang Rusia-Ukraina, 2023 karena suku bunga naik dan seterusnya.

Tiap kali ada penurunan, tergantung persentasenya, ada yang memicu regulator melakukan sesuatu seperti pada 2020, short selling dilarang, batas Auto Reject Atas dan Bawah dibuat sama 7%, dan sebagainya. Ada juga yang tidak diapa-apakan karena memang volatilitas pasar biasa.

Bagaimana dengan 2024 dan 2025 ini?
Apa pemicunya?
Apakah pemerintah / regulator seperti OJK, BI, IDX sebaiknya melakukan sesuatu?

Dari pengamatan saya, penurunan yang terjadi dalam 6 bulan terakhir ini adalah karena investor asing yang melakukan penjualan dalam jumlah besar.

Mengapa asing net sell?
Akhir 2024 lalu, karena angka inflasi 🇺🇸 naik sehingga outlook penurunan suku bunga berubah. Jikalau itu penyebabnya, rasanya tidak banyak yang bisa dilakukan karena faktornya eksternal. Data inflasi 🇺🇸 bisa naik, tapi juga bisa turun.. ditunggu saja.

Penjualan asing berlanjut hingga 2025, yang penyebabnya berubah lagi yaitu downgrade rating / bobot saham 🇮🇩.

Mengapa asing downgrade?
Pertama karena pertumbuhan laba perusahaan tidak memuaskan di 2024 terutama bank karena faktor suku bunga tinggi dan kredit macet sektor mikro. Kemudian penyesuaian anggaran dalam jumlah besar ke program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Danantara menimbulkan persepsi Infrastruktur ditinggalkan. Meski tidak semuanya efisien, belanja pemerintah juga menjadi konsumsi di masyarakat. Jadi kalau berkurang banyak, konsumsi turun.

Padahal pembangunan infrastruktur masif selama 10 tahun terakhir telah menjadi “growth story” bagi asing untuk masuk ke pasar modal Indonesia. Perlu diketahui, dana asing itu punya banyak pilihan, negara tetangga yang punya growth story lebih baik akan menjadi negara tujuan.

Itu dari investor asing, bagaimana dengan investor lokal?
Tampaknya perbedaan gaya komunikasi dengan pemerintahan sebelumnya dan berbagai kebijakan yang diambil membuat adanya “Trust Issue”. Memang tidak mudah membangun kepercayaan, perlu komunikasi, waktu, dan hasil kerja nyata.

Kalau persoalannya karena downgrade dan trust issue, menurut saya ada yang bisa pemerintah lakukan :

Pertama, Danantara
Lembaganya menurut saya itu bagus. Cuma persoalannya anggaran yang dialihkan dengan memotong anggaran lain terlalu besar dan belum jelas bagaimana digunakan. Memang sudah ada beberapa kali forum sosialisasi, tapi rasanya belum jelas. Perlu sosialisasi dengan tindakan nyata, misalkan seperti sekarang, ada instruksi untuk masuk ke pasar saham. Di China, waktu pasar modal turun dalam, ada arahan semacam itu ke lembaga pengelola dana.
Danantara sudah dibentuk, pemotongan anggaran juga sudah dijalankan yang menyebabkan konsumsi berkurang (kelesuan ekonomi). Apabila bisa segera beroperasi dan ada tindakan nyata, mudah2an ada perubahan persepsi, memulihkan trust investor, dan konsumsi meningkat lagi.

Kedua, Perbaikan Sistem Perpajakan.
Penerimaan pajak yang anjlok, memang ada faktor ekonomi yang melambat dan penurunan harga komoditas Tapi ada juga faktor coretax, karena sering error, pembuatan bukti potong dan pembayaran jadi terhambat.
Memang ada wacana selama masih perbaikan, bisa menggunakan sistem yang lama. Tapi kenyataannya Ebilling di DJP Online cuma bisa membuat bukti bayar hingga 2024, yang 2025 tetap harus dengan Coretax. Penerimaan pajak di bawah target menimbulkan kekhawatiran penagihan pajak agresif.
Memang, tidak semua orang melaksanakan kewajiban perpajakannya, tapi jangan sampai yang sudah bayar malah diminta bayar lebih dengan dasar yang kurang jelas – Berburu di Kebun Binatang. Harusnya masuk ke “Hutan Rimba” tagih ke yang belum pernah bayar serta perbaikan sistem segera.

Ketiga, Menurunkan Suku Bunga.
Penurunan suku bunga ini tidak hanya BI Rate tapi juga suku bunga ORI, Sukuk Ritel, dan sejenisnya. Imbal hasil yang tinggi dari instrumen ini membuat cost of fund perbankan naik dan labanya tertekan karena harus memberikan bunga deposito tinggi.
Suku bunga yang tinggi juga membuat kewajiban pembayaran bunga atas hutang negara menjadi bertambah dan memberikan risiko ke fiskal APBN. Memang, menurunkan suku bunga itu keputusannya bukan hanya domestik semata, tapi diperlukan untuk membuat situasi menjadi lebih baik.

Keempat, Komunikasi Program Pemerintah yang Lebih Baik.
Program 3 juta rumah, kredit ke koperasi merah putih untuk membangun perekonomian itu bukan ide yang buruk Tapi program dan sumber pendanaannya mesti jelas.
Perlu diingat yang namanya Badan Usaha milik negara atau swasta itu bertujuan mencari untung. Kalau ada kelebihan dan mau program sosialnya silakan, tapi bukan program sosial yang utama. Jika memang ada Public Service Obligation-nya, sebaiknya di perusahaan tertutup, bukan Tbk.

Macro / Growth Story dan Trust dalam investasi pasar modal sangat penting. Sepanjang growth story -nya jelas mau kemana dan ada trust dari investor, penurunan harga akan dianggap volatilitas biasa. Tapi jika tidak ada, tampaknya investor masih akan wait and see.

GOOD DAY

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui