Sesuai janjinya, Danantara mengumumkan personel-personel kunci hari ini
(24 Maret 2025).
Harga saham perbankan yang tadinya sudah turun lebih dari 3% mengalami rebound meski penutupan IHSG masih -1.55.
Kondisi pasar modal masih volatile,
apa yang sebaiknya investor lakukan?
Ada cukup banyak nasihat kepada investor yang beredar di sosial media. Ada yang menyarankan untuk berhati-hati keep cash, beli bertahap, lebih konservatif ke obligasi, investasi ke luar negeri, hingga yang mengajak untuk tutup aplikasi dulu dan liburan lebih awal.
Ada juga investor legendaris 🇮🇩
Lo Kheng Hong yang mengibaratkan kondisi sekarang sedang hujan emas, sehingga saatnya membeli saham wonderful yang sedang diobral asing.
Belakangan beliau hadir di RUPS BBRI dengan kepemilikan 64.63 juta lembar sekitar Rp 233 M++.
Koreksi dalam di bursa saham kali ini lebih banyak disebabkan trust ke pemerintah dibandingkan fundamental, bagi investor ini kesempatan untuk melakukan refleksi diri.
Apakah profil risiko sudah sesuai?
Biasanya investor saham itu agresif – siap terima risiko dan long term
Kesiapan menerima risiko dan long term itu baru benar-benar teruji ketika menghadapi penurunan signifikan. Sedikit sharing, portofolio pribadi saya di saham dan reksa dana saham lebih dari 80%. Ketika terjadi penurunan sekarang ini, portofolio saya juga turun dan sudah unrealized loss.
Saya bukan tipe investor aktif, ada gaji setiap bulan disisihkan masuk reksa dana dengan autodebet. Ada tambahan dari THR atau bonus, sebagian disisihkan untuk investasi saham. Saldo di kas / pasar uang ada, tapi nilai relatif kecil karena untuk dana darurat.
Dengan kondisi pasar sekarang, tentu saja saham dan reksa dana saham saya juga turun, tapi saya tidak berpikir untuk stop autodebet. THR yang baru saya terima bulan ini, lebih dari 70% dipakai untuk average down, padahal biasanya lebih banyak yang dipakai untuk liburan
Kenapa saya bisa demikian?
Pertama, saya memang investor agresif, kedua saya tipe long term. Long term ini bukan berarti beli dan baru cek saldo 10-15 tahun lagi, tapi lebih karena saya yakin untuk 10-15 tahun ke depan saya masih akan bekerja dan menerima penghasilan gaji.
Beda ceritanya kalau saya sudah pensiun atau melakukan usaha sehingga tidak ada penghasilan reguler, kalau itu ceritanya, rasanya sejak awal saya akan lebih konservatif. Ada atau tidaknya income reguler menurut saya sangat penting dalam investasi.
Apa yang dimaksud dengan lebih konservatif?
Bobot saham / reksa dana saham relatif lebih sedikit, sampai pada level saya bisa tidur nyenyak meskipun kondisi seperti sekarang. Jika tidak, maka akan terus dikurangi sampai tidurnya nyenyak.
Asing jual saham, investor punya trust isu ke pemerintah adalah risiko sistematis yang tidak bisa saya kendalikan, maka sebaiknya fokus pada hal-hal yang bisa. Saran untuk diversifikasi ke pasar saham luar negeri menurut saya adalah ide yang bagus.
Sektor saham di 🇮🇩 secara umum cuma komoditas dan bank, tapi yang sedang tren saat ini adalah AI (Kecerdasan Artifisial). Saya percaya suatu saat tren akan kembali ke komoditas / bank, tapi sementara jika belum, bisa mencari melalui reksa dana yang investasi di luar negeri.
Semua tren juga pasti ada akhirnya, dengan berinvestasi di luar negeri tidak berarti yang Indonesia jadi nol sama sekali. Siapa tahu waktu tren sudah berubah, kita sudah punya portofolio di sini Investasi juga bukan hanya saham / reksa dana saham.
Di tengah net sell asing saham yang gencar, obligasi pemerintah masih net buy. Kondisi suku bunga tinggi membuat laba bank turun, tapi di sisi lain bunga deposito dan reksa dana pasar uang memberikan return yang tinggi. Diversifikasi juga bisa didapat dari obligasi dan pasar uang.
Demikian saran dari perspektif saya sebagai investor pribadi.
Kalau sudah melakukan ini itu masih cemas, ada baiknya bisa liburan dulu mumpung mau libur panjang. Hidup tidak hanya di IHSG saja, masih ada teman, saudara, dan keluarga tercinta.
Have a nice day
Rudiyanto 
Tinggalkan Balasan ke Mas Maulana Batalkan balasan