Berdasarkan data OJK 7 Februari 2025,
komposisi pemegang saham di IHSG :
Investor Lokal Rp 6.916 T (67%)
Investor Asing Rp 3.328 T (33%)
Kontribusi transaksi juga sama :
Investor lokal 59%
Investor asing 41%
Tapi mengapa IHSG naik turunnya tergantung Asing Buy atau Sell ?

Dominasi transaksi investor lokal dibandingkan asing sudah terjadi sejak tahun 2020. Bahkan ketika masih masa pandemi, porsi transaksi lokal sempat mencapai 68-75% pada 2020-2022. Belakangan turun ke 58-60% tapi tetap saja, umumnya Asing Sell IHSG turun, Asing buy IHSG naik.

Untuk menjawab hal tersebut, langkah penelitian saya sebagai berikut :
1. Mencari tahu penggerak IHSG
Data 26 Maret 2025, 3 saham bobot terbesar IHSG:
BBRI 9.49%
BBCA 8.56%
BMRI 7.1%
IHSG batasan maksimal per saham 9%, jadi ada rebalancing berkalanya.
LQ45 / IDX30, bobot 3 saham ini bisa 40-45%.

2. Mencari komposisi pemegang saham
Karena ada banyak, saya lihat 3 terbesar saja
Berdasarkan data RTI per Februari 2025:
A. Pengendali dan Manajemen
B. Publik / masyarakat
BBRI
A. 53.83%
B. 46.17%

BBCA
A. 57.59%
B. 42.41%

BMRI
A. 60.3%
B. 39.70

Kepemilikan saham di atas 50% oleh pengendali dan manajemen ini cukup umum di Indonesia kecuali sektor teknologi seperti GOTO dan BUKA. Kebanyakan dari pengendali ini juga WNI atau Badan Hukum di Indonesia, kecuali ASII, BYAN yang di luar Indonesia. Konsisten dengan data OJK.
Namun kepemilikan saham oleh Pengendali yang dominan inilah yang menjadi salah satu penyebabnya. Pengendali dan manajemen, ketika melakukan transaksi jual beli harus membuat pelaporan keterbukaan informasi. Biasanya waktu dapat bonus saham, sering ada laporan tersebut.
Tapi kalau jual relatif jarang. Apalagi kalau penjualannya dilakukan oleh Pengendali langsung, hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif di mata investor karena pengendali sudah lepas saham. Jadi pengendali lebih banyak hold jangka panjang dan jumlahnya tidak berubah.
Jadinya yang melakukan transaksi itu adalah pemegang saham publik < 5% yang kategori B. Karena kepemilikan < 5%, tidak ada kewajiban bagi investor untuk mempublikasikan kepemilikan saham dan transaksinya. Tapi porsi inilah yang paling banyak bertransaksi.
Untuk itu, porsi saham milik publik ini yang perlu ditelusuri lebih lanjut.
3. Melihat Laporan Keuangan Tahunan / KSEI
Informasi mengenai pemegang saham asing dan lokal ternyata bisa di cek pada bagian ini. Tapi ternyata format dari semua bank tidak sama, sehingga harus teliti.
Kebetulan 3 bank di atas tersedia sebagai berikut.
Saham dimiliki Investor Asing vs Saham Publik
BBRI 31% dari 46%

BBCA 36% dari 42%

BMRI 33% dari 39%

Artinya dari saham milik publik, 70-85% itu dimiliki asing, no wonder transaksi mereka yang menggerakan harga saham ini.
Selain dari laporan keuangan tahunan, informasi ini juga bisa dilihat data kepemilikan efek yang ada KSEI secara bulanan. Cuma perlu sedikit memahami teknik pengelolaan data karena format datanya .txt sehingga perlu diolah terlebih dahulu.
Data Februari 2025 sebagai berikut :

Kesimpulan, untuk 3 saham penggerak bursa terbesar :
1. Lokal mendominasi kepemilikan, tapi oleh pemegang saham pengendali yang cenderung hold saja
2. Secara agregat, transaksi investor lokal memang lebih besar, tapi tidak di 3 saham tersebut yang didominasi investor asing
Akibatnya ketika asing net buy, harga 3 saham ini naik, IHSG meningkat dan sebaliknya juga ketika asing net sell. Transaksi lokal lebih banyak di saham lain yang pengaruh terhadap IHSG kecil, kecuali naik signifikan puluhan persen, dampak ke IHSG terbatas.
HAPPY VACATION

Tinggalkan komentar