Setelah turun cukup dalam hingga Maret, IHSG bangkit
dan rebound signifikan pada April dan Mei.
Pertanyaannya,
Apakah asing masih net sell saham Blue Chip seperti
BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, ASII, dan TLKM?
Apakah lokal sudah profit taking?

Analisa Maret – Mei 2025 sebagai berikut
Analisa menggunakan data kepemilikan investor pada KSEI periode Maret, April, dan Mei 2025. Selanjutnya data diolah untuk memperoleh posisi investor pada 3 periode dan selisihnya pada periode Maret – April 25 dan April – Mei 25. Selanjutnya dicari rata-rata harian April dan Mei.

BBRI
Asing masih net sell sekitar Rp 1.6 T April Pembelinya Lokal yang didominasi Individual dan Asuransi, ada kemungkinan mengejar Dividend Yield dan memanfaatkan koreksi harga saham. Di Mei 25, posisi berbalik Asing Net Buy Rp 2,8 T, dengan Lokal Individu penjual terbesar. Lokal Asuransi masih net buy sekitar Rp 751 M.

BBCA
Sama seperti BBRI, Asing net sell besar (Others) di April, tapi sebagian besar dibeli sesama asing yaitu Reksa Dana. Pembelian oleh investor individu lokal pada April relatif kecil, pembeli terbesarnya justru Asuransi. Ada kemungkinan harga yang tidak turun terlalu dalam menjadi pemicunya. Bulan Mei waktu harga rebound, Reksa dana Asing kembali menjadi pembeli terbesar Rp 2.1 T lebih besar dari sebelumnya. Lokal Individu menjadi penjual terbesar juga.

BBNI
Pembeli terbesar di April adalah Asuransi Lokal Rp 569 M dilanjutkan oleh Individual Lokal Rp 227 M, sementara Reksa Dana Asing menjadi penjual terbesar. Pada bulan Mei, Individu lokal profit taking dengan net sell Rp 469 M, tapi pembelian oleh asuransi lokal mencapai Rp 616 M. Jadi transaksi BBNI lebih banyak terjadi sesama lokal. Reksa dana asing juga banyak jual BBNI di bulan Mei, tapi Asing Korporasi dan Asing Lembaga Keuangan melakukan pembelian.

BMRI
Polanya sama dengan BBRI dan BBCA pada bulan April Asing. Institusi Keuangan banyak melakukan net sell hingga Rp 3.4 T, tapi pembelian oleh Asing Reksa Dana mencapai Rp 1.2 T dan Asing Dana Pensiun Rp 506 M. Selanjutnya Lokal Individu membeli Rp 1.4 T dan Lokal Asuransi melakukan pembelian Rp 569 M. Pada Mei, Lokal Asuransi kembali membeli Rp 886 M. Asing Others membeli Rp 1.5 T, asing Corporate dan Pensiun cukup membeli Rp 344 M dan Rp 224 M.

TLKM
Meski termasuk saham dengan bobot besar dalam LQ45 dan IDX30, transaksinya tidak seaktif saham perbankan. Pada April Lokal melakukan net sell Rp 186 M dan asing menjadi pembelinya yang terbesar dilakukan Asing Institusi Keuangan, Reksa Dana dan Asuransi. Pada Mei, Asing dari Net Buy berbalik menjadi Net Sell. Lokal Asuransi yang menjual Rp 128 M pada April, membeli Rp 248 M pada Mei 25. Transaksi Lokal invidual relatif minim.

ASII
Sama seperti TLKM, transaksinya tidak sebanyak saham perbankan walaupun bobot saham ASII cukup besar dalam indeks. Pada April, Asing Net Buy Rp 295 M yang penjual terbesarnya Lokal Reksa Dana dan Asuransi sebesar Rp 122 M dan Rp 125 M. Ada pembelian hingga Rp 622 M oleh Lokal individual pada Mei 25, Rp 246 M oleh Reksa Dana. TLKM dan ASII dalam beberapa tahun ini harganya relatif stagnan menurun, menjadi salah satu penyebab transaksi individu yang relatif kecil.

Yang menarik, pada saham Bank BUMN, tampak institusi Lokal yaitu Asuransi dalam 2 bulan terakhir membeli secara signifikan walaupun harga sudah naik. Apakah ini BPJS? Entahlah, perlu klarifikasi lebih lanjut. Sebab BPJS TK dan Kesehatan itu masuk dalam kategori Asuransi Sosial.
Tapi sebagaimana yang pernah saya bahas, pengkategorian institusi ini memang belum konsisten. Sebab di beberapa formulir institusi, ada kategori BUMN yang membedakan dengan Korporasi, ada juga kategori Lainnya. Prudential, Allianz, AIA, Manulife juga masuk kategori Asuransi.
Pembahasan kepemilikan saham di atas tidak bermaksud untuk memberikan rekomendasi Buy, Sell, atau Hold saham tertentu. Investasi saham mengandung risiko, pastikan agar sesuai dengan profil risiko dan aset alokasi anda.
Have a nice day

Tinggalkan komentar