“Jualan kelas” atau terkadang disebut “jualan ludah” merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Banyak yang melakukannya, mulai dari universitas, lembaga training, hingga influencer pasar modal dan kripto, bahkan ada yang mau IPO.
Berapa besar cuan atau keuntungannya?

Secara kasatmata, memang kelihatannya bisnis buka kelas / training itu sangat menguntungkan. Modal cuma mulut, harga pokok produksi cuma makanan dan minuman saja. Tapi dari pengalaman saya, jika mau dibuat berkelanjutan, tidak sesederhana itu.
Di zaman yang serba digital dan sosial media ini, supaya kelas laris, pembicaranya mesti punya reputasi. Entah karena bodoh, pintar sekali, sombong, rendah hati, kaya raya, pokoknya mesti cukup ekstrem supaya orang mau datang. Bila perlu ada drama-drama atau kisah from zero to hero.
Kemudian jika target anda menyasar ke nasabah korporasi, perlu ada tim marketing. Korporasi apalagi yang besar, kecuali mereka yang sangat butuh, itu harus melalui pendekatan. Prosesnya juga tidak mudah, perlu ada network, relationship, unique selling proposition, dan telaten.
Singkatnya, butuh tim marketing. Tim marketing bukan hanya yang jualan, tapi juga bagian yang mengurusi sosial media. Kemudian juga butuh tim operasional yang menyiapkan materi, goodie bag, administrasi pendaftaran, koneksi internet, dan sebagainya saat kegiatan pelatihan berlangsung.

Komponen biaya yang cukup besar adalah Iklan dan Venue. Iklan opsional, tergantung apakah pesertanya B2B korporasi sehingga lebih ke pendekatan marketing atau B2C consumer langsung yang butuh iklan. Jika penjualan dilakukan dibantu agen, juga ada komisi untuk dia.
Venue juga tidak murah. Kecuali punya auditorium / ruangan sendiri, biaya buat seminar di hotel sekarang sangat mahal. Untuk standar kelas hotel bintang 5 Jakarta, harga per pax untuk full / half day meeting sudah hampir Rp 1 juta bahkan bisa lebih. Mau yang murah juga ada sih….
Sistem IT juga bervariasi. Mulai dari langganan Zoom meeting yang belasan dollar sebulan untuk meeting online, hingga membangun sistem / website yang memungkinkan materi bisa diakses secara terbatas, ada forum diskusi, dan lainnya itu harganya tidak murah kalau mau proper.
Jadi dibalik bisnis jualan kelas yang kelihatan bisa cuan besar ini, jika mau diperlakukan seperti perusahaan yang berkelanjutan itu tidak kecil. Nah kebetulan di bulan Juli 2025 ini dari beberapa perusahaan yang mau IPO ada yang bergerak di bidang training yaitu MERI.
Perlu saya garisbawahi, ini BUKAN Rekomendasi untuk membeli saham tersebut, tapi karena MERI adalah perusahaan penyedia pelatihan yang pertama kali di IDX jadi saya bahas. Sebab perusahaan kalau mau IPO, harus mempublikasikan laporan keuangan versi auditnya.
Laporan keuangan hasil audit adalah dokumen resmi, bukan screenshot profit loss yang entah asli atau editan, milik sendiri atau orang lain, dan jelas juga pendapatan, biaya dan arus kasnya seperti apa Laporan keuangan MERI berdasarkan Informasi Ringkas sebagai berikut :

Penjualan mengalami peningkatan
2022 : 17.5 M
2023 : 27.5 M
2024 : 35.8 M
Laba bersihnya berturut-turut :
2.7 M, 8.7 M, dan 9.3 M
Setara dengan net profit margin :
15.4%, 31.6%, dan 25.9%.
Kalau dirata-ratakan sekitar 24%
In this economy, 24% merupakan profit margin yang amat sehat. Dengan catatan apabila sales meningkat, rasio ini dapat dipertahankan. Hanya saja saya lihat tax planning juga efektif. Contoh 2024 laba sebelum pajak Rp 9.3 M tapi pajaknya hanya Rp 28 juta atau hanya 0.3%.
Padahal kalau korporasi, kena tarif efektif 22% sehingga atas Rp 9.3 M harusnya sekitar Rp 2 M. Ada kemungkinan pendapatan diperoleh dari konsolidasi beberapa entitas anak usaha berbentuk PT dengan omset < Rp 4.8 M sehingga berhak atas tarif pajak final 0.5% selama 3 tahun.
Setelah 3 tahun, berlaku tarif pajak normal kecuali dibuat lagi anak usaha baru sehingga tarif pajaknya tetap menggunakan versi UMKM. Jika tidak dibuat anak usaha baru, maka ada kemungkinan peningkatan pada beban pajak di masa mendatang.
Dengan asumsi tarif pajak 22% di masa mendatang, maka ada kemungkinan rata-rata Net Profit Margin dari 24% menjadi sekitar 18%an. Tetap suatu net profit yang bagus, apalagi in this economy yang saingannya sangat kompetitif.
Apabila 18% menjadi patokan, maka kalau ketemu ada yang bisnisnya jualan kelas misalkan:
Rp 10 juta per orang x 1000 orang = Rp 10 M.
Maka yang benar-benar jadi laba bersihnya sekitar Rp 1.8 M.
Yang di atas, hebat! Kalau di bawah, usaha lagi💪🏻
Mau bisnis jual kelas?
Have a nice day

Tinggalkan komentar