Pinjam Uang atau Tambah Modal? Studi Kasus INKP

Dalam ujian sertifikasi Wakil Penjamin Emisi Efek – Underwriter, salah satu yang diujikan adalah pemberian nasihat pendanaan perusahaan, apakah pinjam atau hutang

Seandainya anda diminta memberikan nasihat untuk perusahaan dengan kondisi keuangan seperti INKP, apa saran anda?

Untuk memberikan nasihat, pertama-tama tentu harus mendapatkan gambaran mengenai perusahaan dulu. Berdasarkan prospektus, informasi per Maret 2025 untuk Penjualan, Laba, Aset, Ekuitas sebagai berikut :

Tweet image 1

Untuk ratio seperti Rasio Lancar, Debt to Equity, Debt Service Coverage dan Interest Coverage Ratio yang dipakai sebagai syarat kredit dan penilaian rating perusahaan sebagai berikut :

Tweet image 1

Sebetulnya data Juni sudah ada, tapi data rasio di RTI tidak selengkap seperti yang di dokumen prospektus, tapi anda bisa hitung sendiri

4 September 2025
Harga saham 7900
Price Earning Ratio 8.13
Price Book Value 0.41

Rating Pefindo A+

Setelah tahu posisi perusahaan, langkah selanjutnya adalah mencari tahu berapa kebutuhan pendanaan perusahaan dan berdasarkan itu membuat proyeksi beberapa tahun ke depan. Bisa 3 hingga 5 tahun atau lebih apabila dipilih opsi pinjaman / obligasi. Kalau obligasinya 5 tahun, maka perlu buat proyeksi hingga 5 tahun.

Dari pinjaman diterima hingga pelunasannya bagaimana, biasanya ini juga akan diminta oleh lembaga pemeringkat sebagai salah satu dasar penilaian. Rencana penggunaan dan pelunasan dana mesti jelas dan realistis.

Kalau tambah modal dalam bentuk IPO, Right Issue atau Private Placement, biasanya lebih fokus pada rencana penggunaan dana dan proyeksi bisnis ke depan apakah dengan tambahan modal ini, perusahaan akan makin untung sehingga investor tertarik

Penentuan hutang atau modal ini yang banyak pertimbangan

Untuk hutang
1. Hutang bank atau obligasi?
2. Obligasi (umum) atau MTN (maks 49 investor)
3. Konvensional atau syariah?
4. Berapa tahun, bunga atau kuponnya berapa?
5. Proses ke regulator jika MTN / Obligasi seperti apa?
6. Siapa underwriter-nya, kemampuan jualan, anchor investor sudah ada?
7. Daya serap investor seberapa besar?
8. Ketentuan jaminan dan covenant, dan lain2

Untuk penentuan kupon, biasanya mengacu ke standar dari Penilai Harga Efek Indonesia – PHEI. Data 4 September 2025, obligasi rating A dengan jatuh tempo 3 tahun, kupon wajar 7.8%. Kalau 5 tahun adalah 8.3%. Supaya laku, kupon obligasi minimal harus sama atau lebih besar

Tweet image 1

Konvensional atau syariah?
Untuk obligasi syariah atau sukuk, ada tambahan syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah Debt Ratio maks 45%, atau setara dengan Debt to Equity Ratio (DER) maks 82%. Pada informasi prospektus, per Maret 2025 sebesar 46%.

Tapi yang Debt Ratio yang dimaksud dalam Syariah itu Interest Bearing Debt, artinya hutang yang ada bunga saja. Apabila hutangnya dalam bentuk Sukuk yang sistemnya sewa / bagi hasil, bisa saja ada penyesuaian perhitungan

Untuk INKP sebagian dari hutang berbentuk Sukuk

Karena Debt Ratio sudah mendekati 45% (asumsi dikurangi hutang berbentuk syariah ada), maka ada 3 pilihan
1. Obligasi konvensional yang jatuh tempo diganti versi syariah
2. Kenaikan aset harus lebih tinggi sehingga Debt Ratio bisa turun di bawah 45%
3. Jangan ada penambahan hutang lagi

Sebab kalau terlalu mepet status ke syariah produk bisa dipertanyakan.

Kemampuan distribusi dan daya serap investor

Selain peranan underwriter, ukuran, kupon, anchor investor, dan timing juga penting. Kalau bersamaan atau berdekatan dengan obligasi lain bisa menggagalkan target himpunan dana

Untuk saham, pertimbangan antara lain
1. Berapa besar kebutuhan dana?
2. Right Issue atau Private placement?
3. Mau dijual pada harga berapa?
4. underwriter siapa? timing penerbitan kapan?
5. Paska IPO apakah harganya akan “naik” ?

Right issue atau Penambahan saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah penambahan saham dan memberikan kesempatan kepada pemegang saham lama untuk ikutan. Jika mereka ikut, maka persentase kepemilikan setelah right issue tetap sama.

Private placement adalah penambahan saham tapi tidak memberikan kesempatan kepada pemegang saham lama, sehingga kalau ada investor baru masuk, persentase kepemilikan saham investor lama akan turun atau sebutannya terdilusi. Karena itupula, persyaratan PP lebih ketat, dibatasi maks 10%, dan harus ada penilaian kewajaran harga. Secara sentimen pasar, tergantung kondisi khusus yang terjadi, Private Placement bisa positif atau negatif

Dan dalam masa saham konglo-kongloan seperti saat ini, masuknya sosok tertentu terkadang dianggap menjadi sentimen positif tersendiri. Untuk INKP sendiri sudah masuk dalam konglomerasi Sinarmas, rasanya tidak perlu sosok baru lagi. Dan karena private placement biasanya dilakukan pada kondisi khusus tertentu, jika mau tambah saham, baiknya dalam bentuk Right Issue saja.

Aspek utama ketika melakukan IPO atau Right Issue saham adalah apakah mahal atau murah dan setelah itu harganya akan naik atau tidak. Karena INKP sudah IPO, yang jadi perhatian adalah harga Right vs harga pasarnya.

Apakah mau di harga sama, lebih rendah, atau lebih tinggi?

4 September 2025
Harga saham 7900
Price Earning Ratio 8.13
Earning per Share 972

Kalau semua laba dibagikan, maka dalam 8.13 tahun sudah balik modal. Bagi investor ini saham yang valuasinya murah, sehingga yang berbasis value investing akan melihat sahamnya menarik.

Price Book Value 0.41
Book value 19.449

Apalagi ini, modal ditambah akumulasi keuntungan itu setara 19.449 per lembar, harga pasar sekarang 7900 bahkan tidak ada setengahnya. Jadi secara valuasi murah. Bagi pemilik, ibarat nilai buku saja sudah 19.499 masa tambah saham baru di harga 7900? Tentu tidak worth it. Namun kalau ditawarkan di harga 20.000 apakah bakal ada peminatnya? Dan sebelum itu perlu “angkat” dulu harga sampai di atas 20.000 baru menarik

Dengan valuasi saham yang terlalu murah saat ini, kalau saya jadi penasihat, maka akan lebih bijaksana bagi perusahaan untuk mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi / pinjaman bank dengan kupon 7.5%++ daripada menerbitkan saham baru

Kalau misalkan PER > 25 dan atau PBV > 3, baru rekomendasi Right Issue

Jadi dalam memberikan saran, langkah-langkahnya :
1. Analisa kondisi perusahaan
2. Buat proyeksi laporan keuangan kemudian minta diperingkat
3. Analisa kupon wajar dan harga saham wajar
4. Cari Underwriter yang mampu melaksanakan penawaran

Happy long week end

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui