Diam-diam AS Justru Senang Harga Emas Terbang, Mengapa?

Kenaikan harga emas yang signifikan beberapa waktu ini, merupakan cermin ketidakpercayaan pasar terhadap USD. Harusnya ini negatif untuk Amerika Serikat, tapi ternyata diam-diam mereka malah senang.

Mengapa?

Konten ini terinspirasi dari diskusi dengan investor global waktu lalu

Kenapa harga emas naik?
ada 3 alasan:
1. Perang Russia – Ukraina : memicu bank sentral beli emas.
2. Investor FOMO : Retail dan Institusi ikut beli emas via ETF / logam mulia.
3. AS : defisit APBN, hutang menggunung, tarif, dan intervensi kebijakan bank sentral soal bunga

Defisit APBN AS 2025 sekitar 6-7% dari GDP, hampir 3 kali lebih buruk dari Indonesia yang sekitar 2.7%. Debt to GDP sekitar 120%, hampir 3 kali lipat lebih tinggi dari Indonesia yang sekitar 40%. Sampai disini, dengan Conventional wisdom yang ada, hindari USD – beli Emas.

Apakah ada unconventional wisdom dibalik kenaikan emas?
APBN AS kalau dinilai secara objektif, dalam kondisi yang teramat kacau. Katakan tidak bayar bunga sama sekali, bahkan pendapatannya tidak bisa menutup biaya operasional – istilahnya Keseimbangan Primer Deficit.
Investor tahu. Orang-orang pintar Washington juga tahu. Kondisi US hanya akan semakin buruk.

Tapi bagaimana solusinya?
Tarif?? Pendapatan naik tapi negara lain bersekutu buat blok dagang sendiri seperti BRIC. Paksa bunga turun?? inflasi naik kembali DOGE ?? Elon Musk sudah resign

Solusi lain yang mungkin terjadi adalah Revaluasi. Misalkan perusahaan beli tanah 30 tahun lalu nilai Rp 100rb per meter seluas 5000 meter senilai Rp 500 juta. Setelah 30 tahun, harga tanah naik jadi Rp 10 juta per meter, sehingga nilai Tanah melonjak jadi Rp 50 M.

Di atas kertas, Tanah akan tetap tercatat di laporan keuangan perusahaan senilai Rp 500 juta. Jika mau dicatat mengikuti harga pasar Rp 50 M, maka harus dilakukan Revaluasi. Selisih sebesar Rp 49.5 M akan dicatat sebagai Agio Saham dan menambah nilai Ekuitas perusahaan.

Kalau dalam konteks pemilik tanah tersebut adalah negara, maka selisih Rp 49.5 M tersebut akan dicatat sebagai Cadangan Revaluasi dan menambah Ekuitas pemerintah. Atas selisih tersebut, pemerintah punya 2 opsi, catat saja atau “menguangkan” selisih tersebut.

Bagaimana cara menguangkannya?
Bisa dengan menjual sebagian / seluruh aset –> Tentu butuh persetujuan DPR dan tidak mudah. Atau meniru yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada Era Great Depression, Bretton Woods, dan Nixon Shocks.

Sedikit pelajaran tentang sejarah keuangan

Great Depression 1929 – 1933.
Terjadi krisis besar 1929
– Pasar saham crash.
– Ribuan bank bangkrut.
– Orang kehilangan tabungan, pengangguran > 20%.
– Karena deflasi, harga-harga turun, orang makin sulit bayar utang.

Penyebab utama Dollar dijamin emas. Karena jumlah emas terbatas, pemerintah tidak bisa mencetak dollar. Sementara masyarakat pada waktu itu menimbun emas.

1933, Presiden Franklin D. Roosevelt mengambil keputusan radikal:
1. Rakyat dilarang menyimpan emas, semua emas wajib dijual ke negara dengan harga USD 20,67.
2. Menetapkan kembali sistem keuangan dimana Bank dibuka dengan aturan ketat.
3. Menyiapkan Gold Reserve Act 1934.

Dari Gold Reserve Act tersebut, semua emas yang dibeli dari masyarakat dengan harga USD 20,67 di-Revaluasi pada USD 35 menghasilkan untung USD 2.8 – 3 Miliar USD (sangat besar pada waktu itu). Keuntungan tersebut dimasukkan ke akun khusus bernama Exchange Stabilization Fund (ESF). Departemen Keuangan kemudian “mencetak” uang sejumlah itu dan digunakan untuk menstimulus ekonomi untuk bisa keluar dari Great Depression.

Konferensi Bretton Woods 1944

44 Negara sekutu AS berkumpul untuk mendiskusikan bagaimana membangun sistem moneter global yang stabil pascaperang.

Hasil Kesepakatan:
1. Dolar AS jadi pusat sistem dunia. Dolar bisa ditukar emas di harga tetap $35/oz. Mata uang lain menambatkan nilai ke dolar (fixed exchange rate).
2. Dibentuk IMF dan World Bank IMF mengawasi stabilitas nilai tukar. World Bank membiayai rekonstruksi dan pembangunan.|
3. AS menjadi “bank sentral dunia” Negara lain menyimpan dolar (bukan emas) sebagai cadangan devisa. AS menjamin bisa menukar dolar dengan emas kapan saja (untuk bank sentral).

Nixon Shock 1971

Pada 1960-an:
1. AS mencetak terlalu banyak dolar untuk perang Vietnam dan program sosial.
2. Negara lain (Prancis, Inggris, dll.) mulai menukar dolar mereka ke emas.
3. Cadangan emas AS turun drastis.

Tahun 1971, Presiden Richard Nixon akhirnya menutup jendela emas:
– Dolar tidak bisa lagi ditukar emas.
– Harga emas dilepaskan ke pasar.

Akibatnya: Sistem Bretton Woods resmi runtuh. Dunia masuk era uang fiat — uang hanya bernilai karena “kepercayaan”.

Pada 1972, harga emas didevaluasi dari USD 35 menjadi USD 38, kemudian pada 1973 dari USD 38 ke USD 42.2. Angka itu bertahan hingga masa kini meski harga pasar emas sudah USD 4000an++.

Jadi pemerintah AS memiliki emas dengan harga buku USD 42.2 dari 1972 sampai dengan sekarang. Ada berapa ton cadangan emas AS? Menurut Trading Economic data per Juni 2025, Amerika Serikat adalah pemilik cadangan emas terbesar dunia sebanyak 8133 Ton dan disimpan di Fort Knox.

1 ton metrik = 1.000 kg
1 kg = 32,1507 troy ounce

Cadangan emas AS = 8.133 ton
8.133 × 32,150,7 = 261,498,983 troy ounce

Harga buku USD 42.22 ~ USD 11 Miliar
Harga pasar USD 4195 ~ USD 1.1 Triliun

Jadi ada keuntungan USD 1.08 Triliun.

Apakah Trump akan memanfaatkan ini?

Defisit APBN AS pada 2025 diperkirakan USD 1.9 Triliun. Jika Trump meniru FDR pada 1933 – Revaluasi – Bentuk Exchange Stabilization Fund (ESF) sebesar selisih USD 1.08 T ini, maka Defisit APBN langsung tinggal kurang dari setengahnya.

Bagaimana kalau harga emas makin tinggi?

Simulasi keuntungan Revaluasi:
USD 5000 -> USD 1.3 T
USD 7500 -> USD 1.96 T
USD 10.000 -> USD 2.6 T
USD 20.000 -> USD 5.2 T

Berapa yang Trump butuh? entahlah hanya dia yang tahu, belum tentu juga dilakukan. Yang jelas kalau USD 5.2 T, maka 4 tahun anggaran AS akan Surplus.

Konsep Revaluasi harga emas adalah unconventional wisdom atau teori konspirasi warung kopi. Terakhir kali dijalankan 1933 untuk menyelamatkan AS dari Great Depression.

Apakah Trump akan mengakui AS di bawah dia dalam masalah besar baru Revaluasi? Entahlah, let see

Have a nice day

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Mas Maulana