Bank Sentral US Akan Stop Bakar Uang Desember 2025 Ini. Apa Artinya?

Bersamaan dengan penurunan suku bunga Fed dari 4-4.25% menjadi 3.75-4%, Gubernur Bank Sentral US Jerome Powell juga mengumumkan akan menyetop Quantitative Tightening (QT) atau kebijakan bakar uang Desember 2025 ini.

Apa artinya?
Apakah positif / negatif untuk pasar modal?

Cara kerja pemerintah dan bank sentral secara sederhana sebagai berikut:
– Pemerintah dan DPR menyusun APBN, ada pendapatan dan belanja, yang kemudian diperoleh angka defisit berapa.
– Dari angka defisit, kemudian pemerintah menerbitkan obligasi.

Sampai disini bukan cetak uang.

Obligasi yang diterbitkan itu ada macam-macam. Ada seri untuk retail seperti ORI, Saving Bond Retail, Sukuk Ritel, Sukuk Tabungan. Ada seri untuk investor profesional seperti FR, PBS. Ada juga untuk internasional seperti Indon, Samurai Bond, hingga baru-baru ini Dimsum Bond (RMB).

Ketika obligasi-obligasi tersebut diserap investor seperti bapak ibu semua dan institusi dalam dan luar negeri, BUKAN CETAK UANG. Sebab uang untuk beli obligasi berasal dari penghasilan yang disisihkan. Baru disebut cetak uang kalau ternyata tidak terserap dan minta tolong ke Bank Sentral.

Ketika Bank Sentral beli obligasi yang diterbitkan pemerintah waktu lelang (IPO), disebut cetak uang atau Quantitative Easing. Sebaliknya ketika Bank Sentral berhenti beli obligasi dan membiarkan hingga jatuh tempo, disebut Quantitative Tightening atau bakar uang.

Obligasi yang dibeli oleh Bank Sentral kemudian dicatat dalam Balance Sheet Bank Sentral. Untuk tahu apakah negara sedang cetak uang atau bakar uang, bisa melihat tren nilai aset di Bank Sentral Untuk The Fed sebagai berikut :

Ketika grafik naik, artinya Bank Sentral sedang aktif membeli obligasi = Quantitative Easing = Cetak Uang. Ketika grafik turun, artinya Bank Sentral membiarkan obligasi jatuh tempo dan tidak menambah lagi = Quantitative Tightening = Bakar Uang

Berdasarkan grafik yang terus menurun sejak Mei 2022, sebetulnya Bank Sentral US telah melakukan kebijakan bakar uang secara signifikan. Sempat naik dikit waktu ada kejadian gagal bayar Silicon Valley Bank, tapi turun terus hingga 2025 ini. Artinya terus bakar uang.

Mengapa hal ini dilakukan? Pengelolaan APBN US amat buruk, dari sekitar USD 36-37 Triliun hutang yang diterbitkan, sekitar 1/6nya tidak terserap oleh pasar dan harus dibeli oleh bank sentral. Saking banyaknya porsi yang dibeli, Bank Sentral merasa sudah cukup sehingga dikurangi.

Proses pengurangan ini berdampak buruk terhadap harga obligasi. Akibatnya harga obligasi USD dari 2022-2024 amat buruk, termasuk kinerja Panin Dana USD Campuran yang mayoritas berinvestasi di Indon. Baru ketika suku bunga mulai diturunkan, harganya mulai naik kembali 2025.

Jadi ketika bakar uang dihentikan, tentu akan menjadi sentimen positif tambahan bagi harga obligasi berbasis USD selain penurunan suku bunga yang sedang berlangsung ini. Tapi berhenti bakar uang belum tentu akan cetak uang lagi. Bisa jadi mereka mempertahankan posisi asetnya.

Artinya Bank Sentral US akan memegang utang US sekitar USD 6.5-6.6 Triliun saja. Begitu ada yang jatuh tempo, diperpanjang dengan jumlah yang sama, kalau waktu bakar uang, diperpanjang dengan nominal lebih rendah. Jika skenario seperti ini, sentimen bersifat netral saja.

Sentimen baru akan positif untuk saham dan obligasi apabila Bank Sentral US melakukan cetak uang / Quantitative Easing lagi. Selama itu belum dilakukan, tampaknya sentimen positif baru dari penurunan suku bunga saja.

Semoga bermanfaat

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui