Pada 6 November lalu, MSCI mengumumkan daftar saham masuk dan keluar dari Standard dan Small Cap. Ada 2 saham yang masuk dan keluar dari Standar, kemudian 7 masuk dan 3 keluar dari Small Cap.
Bagaimana perbandingan dengan seminar prediksi MSCI yang lalu?
Apa yang bisa dipelajari?

Daftar lengkap saham yang keluar masuk sebagai berikut:
Standar In – BREN dan BRMS
Standar Out – ICBP dan KLBF
Small In – DSNG, ENRG, KLBF, MSIN, RAJA, WIFI, dan TINS
Small Out – BRMS, SMSM, dan ULTJ
BRMS – Promosi
KLBF – Demosi
Benar-benar out SMSM, ULTJ, dan ICBP
Bagi yang ikut seminar prediksi MSCI tanggal 1 November kemarin, daftar saham yang bakal masuk dan keluar serta perbandingan dengan pengumuman resmi sebagai berikut :

Hijau : benar
Merah : salah
Putih : 50:50 karena waktu diinformasikan, saya ragu tapi ternyata masuk untuk BREN
Jadi untuk Standar In :
BRMS – tepat
BREN – 50:50
Standar out :
Menurut saya KLBF dan ICBP harusnya stay, karena meski Free Float Market Caps sudah < batasan standar, tapi masih dalam range 2/3 sesuai buku metodologi. Tapi kenyataannya KLBF turun ke small dan ICBP out total
Untuk Small saya prediksi ada 16 saham masuk, tapi ternyata yang masuk 7, dimana 1 di antaranya KLBF yang demosi dari Standar ke Small. Meski demikian 6 dari 7 yang masuk itu masuk dalam list 16 saham prediksi small yang akan masuk PANI yang saya kira bakal masuk, ternyata salah.
Waktu PANI gagal masuk, saya sempat berpikir apa ini gara-gara mau right issue sehingga ditangguhkan. Tapi saya cari-cari dokumen, tidak ketemu ada statement yang menyatakan jika ada right issue, maka addition ke indeks ditangguhkan, yang ada lebih ke penyesuaian nilai lembar saham.
Begitu saya lihat dari PANI sampai ISAT gagal masuk, kemudian ICBP yang tidak masuk, tampaknya ini lebih ke kesalahan saya dalam interpretasi aturan Index Buffer. Jadi untuk mencegah turnover terlalu tinggi dan keberlangsungan, ditetapkan aturan index buffer atau semacam deviasi.

Saya aware, adanya aturan deviasi tersebut, makanya untuk ICBP dan KLBF saya memprediksikan tetap stay, namun kenyataannya tidak. Kemudian yang tampaknya saya salah juga adalah bagian deviasi untuk masuk ke small.
Gampangnya begini, misalkan untuk masuk ke Standar adalah minimal free float Rp 27.5 T, dan untuk Small adalah Rp 4.2 T, bagaimana dengan saham yang free floatnya ternyata Rp 26 T Masuk ke Standar kurang dikit, masuk ke Small terlalu besar. Ternyata ada aturan index buffer.
Begitu market caps melewati buffer zone, batasan deviasi yang ditetapkan, maka dianggap nanggung. Small tidak, Standar juga tidak, mungkin karena itulah saham seperti ICBP dan PANI keluar sama sekali dalam kedua list MSCI tersebut. Jika diperhatikan, yang masuk Small itu tengah-tengah.

Mengidentifikasi Buffer Zone itu akan sangat membantu dalam identifikasi calon small caps yang akan masuk di periode berikutnya. Khusus untuk MBMA sendiri terbentur pada aturan free float strategic shareholder.
Jumat 7 November lalu ada pertemuan MSCI dengan asosiasi MI terkait FIF. Kebetulan saya hadir dalam meeting tersebut yang membahas rencana Foreign Inclusion Factor (FIF) atau grid hasil pembulatan free float MSCI dalam dokumen konsultasinya berencana untuk mengeluarkan kepemilikan Corporate dan Other Lokal Asing dalam perhitungan free float.
Asosiasi MI adalah salah satu pihak yang diajak untuk memberikan masukan. Dari penjelasannya, disebutkan bahwa definisi free float yang digunakan MSCI adalah tidak termasuk kepemilikan strategic share holder. Bukan hanya direksi, komisaris, pengendali dan afiliasinya
Contoh informasi RTI, kepemilikan publik / masyarakat MBMA adalah 34.91%, tapi jika mengacu ke dokumen IPO yang benar-benar masyarakat hanya 10 atau 11% saja. Angka ini yang digunakan MSCI. Kepemilikan PT-PT dan pihak-pihak lain, terafiliasi atau bukan, dianggap strategic shareholder.

Ada juga masukan dari rekan-rekan MI lain, bahwa sebaiknya dipikirkan karena – Family Office Indonesia dan luar negeri biasanya berbentuk PT, sehingga dibaca sebagai Corporate, padahal mereka investor biasa bukan strategik – Ada yang pakai Sekuritas dan Investment Banking sebagai vehicle.
Saya sependapat, idealnya adalah pemegang saham mendeklarasi sendiri apakah mereka terafiliasi atau tidak. Contoh seperti group BCA dan Adaro, terlihat jelas kepemilikan melalui afiliasi, jadi bisa dikeluarkan. Sayangnya level good corporate governance ini masih belum merata.

Memahami tentang hal ini akan sangat membantu dalam prediksi MSCI periode berikutnya. Semoga untuk Februari 2025 nanti, tingkat kesalahan prediksi untuk saham keluar masuk dapat lebih diminimalkan. Kemudian untuk TINS lebih ke nasib saja, disebutkan kena aturan FCA tapi bukan.
Memang ada aturan kalau saham kena suspend di tanggal cut off, bisa membatalkan kesempatan untuk masuk. Tanggal cut off yang random any 10 business day dari akhir Oktober, kebetulan TINS kena suspend di 20 dan 21 Oktober, makanya gagal masuk. Hanya bisa bilang nasib.

Saya sedang mengumpulkan data saham negara lain untuk proyeksi bobot. Sebab prediksi bobot baru bisa dilakukan kalau ada semua data negara lain, tidak bisa satu saja. Kalau berhasil, nanti akan saya bagikan kembali hasilnya.
Semoga bermanfaat

Tinggalkan komentar