Setelah MSCI dan FTSE, ada 1 lagi ETF yang mulai banyak dibahas yaitu ETF Gold MVGDX yang dikelola VanEck dengan Market Vector sebagai acuannya.

Apa keunikan Market Vector ini?
Apa saja saham Indonesia dan bobotnya di dalam?
Apa kriteria saham untuk masuk dalam ETF ini?

Kalau MSCI dan FTSE murni index provider, maka Market Vector (MV) bukan. MV adalah bagian dari Manajer Investasi asal US yang berdiri sejak 1955 dan mengelola sekitar USD 161.7 Miliar setara Rp 2.700 Triliun per September 2025. Sebesar USD 37.1 Miliar adalah ETF Emas dan Logam.

Tweet image 1

Awalnya Market Vector adalah branding ETF, tapi sejak 2016-2017, VanEck melakukan rebranding sehingga namanya berubah menjadi VanEck Vector. Pertama kali VanEck atau ETFnya MVGDX mencuri perhatian waktu mereka memasukkan BRMS dalam portofolio dan setelah itu saham naik tinggi. Masuknya BRMS dalam ETF MVGDX ini terjadi sebelum MSCI pada periode November 2025. Baru pada evaluasi November BRMS kembali masuk ke MSCI.

Apakah karena sudah masuk MVGIDX kemudian jadi lancar ke MSCI?
Rasanya tidak karena ketentuan masing-masing berbeda. Surprisingly, untuk masuk MVGDX setelah saya baca, jauh lebih mudah dibandingkan MSCI atau FTSE.

Sesuai namanya, MV Global Gold Miner Index, maka calon baru minimal 50% pendapatan:
– Berasal dari penambangan, royalti, atau streaming emas atau perak; dan
– Tambang emas / perak

Tweet image 1

Kemudian memenuhi kriteria kapitalisasi dan likuiditas, untuk calon
– Free Float minimal 10%
– Full Market Caps USD 150 juta setara Rp 2.5 T
– Rata-rata transaksi harian USD 1 juta setara Rp 16.7 M selama 3 kuartal
– Volume transaksi bulanan minimal 250rb lembar selama 3 kuartal

Tweet image 1

Tidak ada Annualized Daily Transaction Value, Median Daily Transaction Volume, Extreme return, Frequency of Trading, perbandingan dengan Market Caps dan Free Float Market Caps serta berbagai kriteria seperti MSCI dan FTSE.

Intinya tambang emas/perak = masuk – disebut Pure Play

Kemudian dari list saham yang memenuhi prosedur dirangking berdasarkan free float market caps. Dengan saham yang masuk dalam seleksi adalah minimal top 85%, artinya rangking 1-85. Untuk yang sudah jadi anggota, selama rangkingnya tidak lebih dari 98, maka tetap bertahan.

Tweet image 1

ETF MSCI Emerging Market Ishares Blackrock, bobot 🇮🇩 sekitar 1.2% large dan medium di 18 saham dari AUM USD 20.6 Miliar ~ Rp 344 T.
ETF FTSE Emerging Market Vanguard, bobot 🇮🇩 sekitar 1.3% Large, Medium, dan Small Caps sekitar 79 saham dari AUM USD 142.1 Miliar ~ Rp 2.358 T.

Kedua ETF ini punya sekitar 1000++ saham dalam portofolionya. ETF MVGDX VanEck lebih royal, bobot 🇮🇩 sekitar 2.1% hanya di 2 saham yaitu AMMN dan BRMS.

Total aset VanEck Gold Miner ETF USD 25.38 Miliar setara ~ Rp 423 T.

2.2% dari Rp 423 T = Rp 9.3 T
Terdiri dari AMMN Rp 5.2 T dan BRMS Rp 4.1 T
Data per 12 Desember 2025

Selain GDX, adalagi GDXJ VanEck Gold Miner Junior

Kalau GDX memasukkan saham large dan medium caps, maka GDXJ memasukkan saham medium dan small caps. GDXJ lebih kecil USD 9.42 Miliar setara Rp 157 T.
Hanya ada 1 saham 🇮🇩 1.3% yaitu BRMS Rp 2.1 T. Semua data 12 Desember 2025.

Kenapa bobot 🇮🇩 bisa lebih besar di VanEck, karena sangat tematik jumlah sahamnya memang sedikit

GDX cuma ada 44 saham, Indonesia kebagian 2
GDXJ ada 97 saham, Indonesia kebagian 1

Entah apakah BRMS akan tetap ada di 2 ETF atau bakal hilang dari GDXJ mengingat harganya naik. Sebab ukuran Big Caps VanEck adalah >USD 5 Miliar ~ Rp 83.5 T sementara market caps BRMS sudah Rp 174 T (harga 1230)

Dalam review 12 Desember 2025, bobot saham 🇮🇩 agak menurun di GDX karena ada anggota baru sehingga pembaginya lebih banyak. Untungnya BRMS masih tetap dalam GDXJ juga.

Satu hal yang harus diperhatikan, VanEck MVGDX adalah salah satu ETF yang cukup laku tahun ini karena berbasis emas. Selama 1 tahun terakhir AUMnya naik sekitar USD 10 Miliar ~ Rp 167 T. Sementara GDXJ naik sekitar USD 4 Miliar ~ Rp 66.8 T.

Jika ETF dapat net inflow, maka uangnya akan dibelikan saham dan otomatis BRMS dan AMMN juga akan dapat inflow. Meskipun harga emas masih tinggi, perlu dipahami bahwa investor ETF juga spekulatif. Jika sudah naik tinggi atau ada story di sektor lain, bisa pindah dengan cepat.


Have a nice day

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui