Apa kabar pembaca ? Semoga selalu bahagia dan sehat selalu.
Kali ini, topik yang ingin saya sharing adalah tentang evaluasi kinerja reksa dana saham 2010. Sebetulnya artikel ini ditulis bersama rekan saya yaitu bapak Edbert A. Suryajaya. Rencananya artikel ini mau saya kirimkan di Kontan Mingguan, tapi berhubung karena kirimnya terlambat dari deadline (dan entah lolos saringan dari para redaktur kontan apa tidak), takutnya kalau artikel itu (pada akhirnya) dimunculkan datanya udah agak basi, kami posting dulu disini. Selamat menikmati..
Hingga 19 Oktober 2010, kinerja IHSG membukukan kinerja positif 41%. Berita yang sangat bagus bagi investor saham. Bagaimana dengan investor reksa dana? Apakah juga mendapatkan kinerja yang sama atau bahkan lebih baik dari IHSG.
Meski 2010 merupakan tahun yang menguntungkan bagi para investor saham, namun tampaknya bukan tahun yang terlalu baik bagi manajer investasi yang mengelola reksa dana saham. Selama 7 tahun terakhir (dari 2002 – 2009), rata-rata dalam 1 tahun terdapat sekitar 50% produk reksa dana saham yang kinerja returnnya mampu mengalahkan IHSG.
Rekor paling bagus adalah 75% pada tahun 2009 dan rekor paling jelek adalah 30% pada tahun 2003 saat reksa dana pendapatan tetap masih menjadi primadona dan bukannya reksa dana saham. Selebihnya berkisar antara 35% hingga 63%.
Dengan melihat statistik di atas, tentu sangat mengejutkan dimana ketika dilakukan penelitian untuk periode year to date 19 Oktober 2010, hanya terdapat 4 dari 64 reksa dana saham yang mampu IHSG atau hanya sekitar 6.25%. Untuk lebih lengkapnya mari kita lihat grafik berikut:
Statistik Kinerja Reksa Dana Saham (RDS) Vs IHSG Periode 2002 – 19 Oktober 2010
Selain mengejutkan, statistik di atas juga cukup membingungkan bagi kami. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah memang pasar saham Indonesia semakin efisien? teori Efficient Market Hypothesis menyatakan semakin efisien penyampaian informasi dalam suatu bursa saham, maka semakin sedikit pula investor yang dapat membukukan return di atas rata-rata pasar. Tampaknya tidak, menurut kami pasar Indonesia masih jauh dari efisien.
Apakah karena strategi investasi yang salah? Hal ini menurut kami lebih mungkin, akan tetapi kurang tepat jika dikatakan salah. Kita memulai tahun 2010 dengan kenaikan bursa sebesar 86%. Hanya dalam kurun waktu 1 tahun, IHSG dari level 1,355.41 naik menjadi 2,534.36. Kemudian diikuti dengan berita-berita bernuansa negatif seperti pemulihan ekonomi global yang belum pasti, defisit AS yang mencapai titik tertinggi dalam sejarah, kenaikan bursa ditopang oleh hot money yang bisa sewaktu-waktu keluar.
Dalam kondisi seperti di atas, wajar saja kalau para Manajer Investasi mengambil kebijakan strategi investasi yang lebih konservatif untuk mengantisipasi penurunan. Tapi kenyataan bursa terus bergerak naik memecahkan rekor tertinggi. Akibatnya para Manajer Investasi yang terlanjur mengambil langkah konservatif ketinggalan dengan kenaikan bursa. Untuk alasan yang lebih pasti, akan lebih baik jika investor menanyakan langsung kepada para manajer investasi. Sebagai pengelola dana, tentu mereka punya jawaban yang lebih spesifik.
4 Reksa Dana Saham Yang Mengalahkan IHSG
Dari reksa dana saham yang ada, 4 reksa dana saham yang mengalahkan IHSG adalah sebagai berikut:
Panin Dana Maksima dan Panin Dana Prima
Reksa Dana Saham yang dikelola oleh PT. Panin Sekuritas merupakan reksa dana yang paling hot tahun ini karena return kedua reksa dana ini mengalahkan IHSG secara signifikan. Per Year to Date 19 Oktober 2010, return kedua reksa dana ini adalah 95,04% dan 64,95% jauh di atas IHSG yang 41,76%. Reksa Dana Panin dikenal dengan strategi investasi yang sedikit berbeda dengan strategi investasi para Manajer Investasi pada umumnya.
Selain memiliki saham-saham yang masuk dalam kategori LQ-45 (kumpulan 45 saham paling likuid), reksa dana ini juga senang mengoleksi saham-saham yang bagus secara fundamental dan valuasinya masih relatif murah meski saham itu tidak masuk kategori LQ-45. Kombinasi tersebut menghasilkan reksa dana dengan risiko yang sama atau lebih kecil dibandingkan IHSG namun memberikan tingkat return yang lebih besar dibandingkan IHSG. Kelemahannya adalah ketika terjadi redemption dalam jumlah yang signifikan saham yang kurang likuid tersebut berpotensi menimbulkan kesulitan bagi Manajer Investasi dalam menjual sahamnya. Kekurangan lain dari reksa dana ini adalah fee masuk yang relatif tinggi dan sulit untuk ditawar jika dana yang mau diinvestasikan tidak besar.
Syailendra Equity Opportunity Fund (SEOF)
SEOF yang dikelola oleh PT. Syailendra Capital merupakan Manajer Investasi yang masuk dalam kategori pendatang baru di dunia Manajer Investasi. Akan tetapi, pengelola reksa dana tersebut sebelumnya merupakan pengelola yang telah memiliki pengalaman puluhan tahun di bursa saham. Selain mampu mengalahkan IHSG dengan return 47.59%, reksa dana ini juga memiliki fitur unik yang sangat investor friendly.
Fitur tersebut adalah adanya ketentuan bahwa Manajer Investasi akan melakukan penyesuaian terhadap biaya pengelolaan (management fee) berdasarkan kinerja reksa dana. Apabila turun, maka biaya akan diturunkan dan sebaliknya apabila bagus akan dinaikkan hingga batas tertinggi yang ditetapkan dalam prospektus. Dengan demikian, Manajer Investasi seperti berbagi suka dan duka dengan investor. Selain itu, reksa dana ini juga mengenakan fee jika redemption (penjualan reksa dana) dilakukan tidak di akhir bulan sebagai upaya untuk menjaga arus kas. Kelemahan reksa dana ini menurut kami adalah secara historis memiliki tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan IHSG sehingga pergerakan reksa dana ini cenderung lebih fluktuatif.
Manajer Investasi yang mengelola reksa dana ini sebelumnya dikenal sebagai Fortis Investment kini telah berganti nama menjadi BNP Paribas Investment Partners sehingga nama reksa dana juga diganti menjadi BNP Paribas. Kami menemukan masih terdapat investor yang belum menyadari perubahan ini meskipun kegiatan sosialisasi sudah dilakukan. BNP Paribas Solaris berhasil membukukan return 42.12%, sedikit di atas IHSG. Seiring dengan berjalannya waktu, ada kemungkinan juga kinerja reksa dana ini berubah.
Berdasarkan product card, Reksa Dana yang baru diterbitkan pada 31 Maret 2009 ini merupakan reksa dana yang dikhususkan bagi investor agresif dan memiliki periode investasi jangka panjang. Reksa dana ini berinvestasi pada saham perusahaan dengan berkapitalisasi pasar kecil hingga menengah. Proses investasi dilakukan dengan mengidentifikasi perusahaan yang memiliki profiloperasional dan prospek pertumbuhan terbaik. Analisa dilakukan berdasarkan riset fundamental internal dan eksternal secara intensif untuk mengidentifikasi perusahaan dengan posisi yang prospektif di pasar dan mempunyai potensi besar untuk berkembang.
Berbeda dengan produk reksa dana yang dikelola reksa dana asing yang umumnya sudah mencapai triliunan, dana kelolaan reksa dana ini “hanya” sekitar Rp 675 miliar pada bulan September 2010 karena lebih spesifik untuk investor yang karakternya agresif. Strategi investasinya menjadikan reksa dana ini memiliki risiko likuiditas yang juga dihadapi oleh reksa dana panin. Selain itu, untuk produk reksa dana yang dijual melalui bank, umumnya fee yang dikenakan juga lebih tinggi karena harus melalui perantara.
Semoga evaluasi ini bermanfaat bagi anda..
Penyebutan produk investasi di atas tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis.
“Melakukan copy & paste artikel berita ini dan atau mendistribusikan ulang melalui situs atau blog Anda tanpa izin tertulis adalah melanggar Hak Cipta / Copyright ©”

Tinggalkan Balasan ke Amin Mas’udi Batalkan balasan