Berikut ini adalah artikel yang saya tulis bersama tim riset Infovesta yang baru yaitu Aryacipta Subandrio yang membahas tentang prospek reksa dana saham yang fokus ke satu sektor tertentu. Selamat menikmati.
Saat ini, muncul tren baru pada industri reksa dana saham di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan jumlah dana kelolaan dan memberikan pilihan yang lebih banyak kepada investor, para Manajer Investasi (MI) menerbitkan reksa dana saham sektoral. Bagaimana dengan prospek reksa dana saham sektoral tersebut?
Reksa dana sektoral adalah reksa dana yang membatasi investasi dananya pada sektor ekonomi atau segmen indeks tertentu. Pemilihan reksa dana sektoral oleh para MI dikarenakan adanya proyeksi pertumbuhan yang kuat dari suatu sektor ekonomi atau suatu segmen indeks di masa depan, sehingga jika berinvestasi pada sektor tersebut diharapkan dapat memiliki imbal hasil rata-rata di atas pasar.
Umumnya kebijakan investasi yang diterapkan pada reksa dana sektoral adalah minimum sebesar 80% dan maksimum sebesar 100% diinvestasikan pada efek bersifat ekuitas yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia dan masuk ke kategori sektor tertentu sesuai kebijakan investasi serta minimum sebesar 0% dan maksimum sebesar 20% diinvestasikan pada instrumen pasar uang dan/atau setara kas yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
Secara teori, reksa dana sektoral memiliki tiga karakteristik:
- Fokus pada industri tertentu
- Pergerakan harga saham yang menjadi portofolio investasi umumnya searah dan memiliki hubungan yang kuat satu sama lain.
- Pergerakannya lebih labil dari rata-rata pasar
Reksa dana ini ibarat pedang bermata dua; di satu sisi dapat memberi imbah hasil yang luar biasa, di sisi lain dapat memberikan kerugian yang sangat besar; hal tersebut tergantung sektor yang menjadi objek sedang mengalami market trend atau tidak.
Di Amerika, salah satu cerita yang memilukan terkait kinerja reksa dana sektoral adalah cerita reksa dana berbasis perusahaan teknologi pada era 1999 – 2000. Indeks NASDAQ yang mencerminkan kinerja dari perusahaan berbasis teknologi, antara 1998 – 2000 sempat mencapai return 169%. Kemudian terjadi crash, atau di kenal dengan dot.com bubble telah menyebabkan penurunan harga yang signifikan dimana dari titik tertinggi pada tahun Januari 2000 hingga Januari 2011 (11 tahun), Indeks NASDAQ malah minus 39.18%. Meski demikian tidak seluruh reksa dana sektoral itu berisiko tinggi, ada pula sektor reksa dana yang karakternya lebih konservatif seperti yang berbasis consumer goods.
Kinerja Historis Indeks NASDAQ
Sumber : Yahoo Finance, diolah
Bagaimana dengan prospek reksa dana saham sektoral di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut; kami melakukan penelitian mengenai return dan risiko masing-masing sektor yang ada di Indonesia dan perbandingan dengan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dari tahun 2005 – 2010. Hasil risetnya adalah sebagai berikut:
Perbandingan Risk and Return Sektor Saham Vs IHSG
Periode 2005 – 2010
sumber : www.infovesta.com, diolah
Langkah pertama, kami menghitung return tahunan dan rata-rata return tahunan dari 2005 – 2010. Khusus untuk rata-rata return tahunan, kami menggunakan rata-rata geometrik yang mempertimbangkan faktor bunga berbunga. Selanjutnya untuk risiko kami menggunakan satuan pengukuran beta. Semakin besar beta, berarti semakin besar pula riisko suatu sektor. Selanjutkan kami memberikan warna hijau return yang pada periode tersebut lebih tinggi dibandingkan IHSG dan risiko yang lebih rendah dibandingkan IHSG. Sebagai informasi, menunjukkan sensitivitas pergerakan harga dari suatu sektor. Sebagai ilustrasi misalnya beta 1,2 berarti kenaikan sebesar 1% pada IHSG akan menyebabkan sektor tersebut naik 1,2% dan sebaliknya.
Fakta menarik yang kami temukan dari penelitian di atas; Pertama, Tidak ada sektor yang mampu mengalahkan kinerja IHSG setiap tahun selama 6 tahun terakhir. Paling banyak hanya 4 dari 6 periode yaitu sektor konsumsi, pertambangan, pertanian dan Jakarta Islamic Index. Kedua, meski lebih konsisten dibandingkan sektor lainnya dalam menggungguli kinerja IHSG, belum tentu dalam jangka panjang return-nya lebih tinggi karena ada tahun-tahun tertentu dimana kinerja sektor sangat rendah sehingga secara total hasilnya lebih rendah seperti Jakarta Islamic Index. Demikian pula sebaliknya, meski hanya unggul 3 dari 6 periode, ada sektor yang secara total mampu lebih baik daripada IHSG karena pada tahun tertentu membukukan return yang tinggi. Sebagai contoh sektor Manufaktur, Industri Dasar dan Kimia dan Sektor Aneka Industri.
Selanjutnya dari sisi risiko yang diukur dengan menggunakan beta; Dari 12 sektor yang diteliti, ada 6 sektor yang betanya lebih kecil dibandingkan IHSG. Dari 6 sektor tersebut hanya, 3 sektor yang meski risikonya lebih kecil dari IHSG, namun memiliki rata-rata return tahunan yang lebih baik daripada IHSG. Ketiga sektor tersebut adalah Sektor Konsumsi, Manufaktur dan Industri Dasar & Kimia. Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan suatu sektor tidak harus lebih labil daripada IHSG untuk dapat mengungguli kinerjanya. Artinya investor tidak selalu harus menjadi investor high risk high return untuk dapat mengungguli kinerja dari IHSG.
Reksa dana sektoral juga dapat berfungsi sebagai alat lindung nilai, dimana selama pasar bearish, investor dapat berinvestasi pada reksa dana sektor yang memiliki tingkat sensitivitas lebih rendah sementara apabila investor yakin kondisi akan bullish maka dia bisa berinvestasi pada reksa dana yang berfokus pada sektor dengan sensitivitas tinggi. Semakin banyaknya pilihan sektor pada reksa dana sektoral akan memberi investor keuntungan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar yang terus berubah dan mengoptimalkan diversikasi risk-reward portofolio investor.
Jadi kesimpulan akhir dari penelitian kami adalah: Pertama, berdasarkan kinerja historis, kami memperkirakan kinerja reksa dana sektoral dapat mengungguli kinerja daripada IHSG. Kedua, kinerja saham sektoral terkadang tergantung kepada siklus ekonomi. Ada saat-saat dimana suatu sektor diuntungkan misalnya sektor pertanian dan pertambangan dari kenaikan harga komoditas, sektor konsumsi dari meningkatnya pendapatan perkapita, sektor perbankan yang diuntungkan dari rendahnya tingkat suku bunga. Jika investor bisa membaca kondisi tersebut, return investasi dapat dimaksimalkan dengan berinvestasi di sektor yang tepat pada saat yang tepat. Ketiga, kinerja reksa dana sektoral tidak harus lebih labil daripada IHSG untuk dapat mengunggulinya. Beberapa sektor seperti konsumsi dan manufaktur bahkan memiliki beta yang lebih kecil daripada IHSG, tetapi memiliki kinerja jangka panjang yang lebih unggul daripada IHSG.
Akhir kata, tetap perlu diperhatikan bahwa kinerja investasi di masa lalu tidak mencerminkan kinerja investasi di masa yang akan datang. Selamat berinvestasi.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis.


Tinggalkan Balasan ke herna muliani Batalkan balasan