Pada akhir bulan Juli lalu, ketika baru selesai menyelenggarakan seminar, saya diwawancarai mengenai outlook IHSG. ketika itu, IHSG kembali menembus rekor tertinggi di 4174, Amerika belum didowngrade oleh S&P, dan laporan emiten mulai diterbitkan dan rata-rata bagus. Hasil perbincangan dengan rekan wartawan kontan tersebut kemudian dimuat kira-kira seperti ini:
Apakah saat itu saya bisa memprediksikan bahwa IHSG seperti sekarang????
Jawabannya tidak. Terus terang saja, waktu itu saya dipenuhi keraguan. Dari faktor lokal, baik secara makro ekonomi maupun kinerja perusahaan rata-rata bagus. Anggapan bahwa Amerika To Big To Fail dan tidak akan di downgrade masih kuat. Satu-satunya kekhawatiran saya adalah valuasi saham yang sudah terlalu mahal. Jadi bisa diibaratkan sebagai berikut, Kondisi Makro Ekonomi Bagus, Perusahaan juga kinerja bagus, tapi Harga Saham sudah kelewat mahal. Nah ketika harga saham sudah kelewat mahal, ada saja alasan yang bisa digunakan untuk menjatuhkan harga saham tersebut.
Darimana saya mengetahui bahwa harga saham itu mahal? Dari PE Ratio LQ-45 yang dihasilkan melalui http://www.infovesta.com sebagai berikut
Sebelumnya artikel tentang PER juga pernah saya bahas di sini dan sini
Keraguan saya sebagai berikut, harga saham sudah teramat mahal 19.87, tapi secara historis pernah sampai ke 21 kali. Dimana ketika itu umumnya terjadi bubble harga saham dan tinggal tunggu waktu dan cerita yang pas supaya harga saham turun. Dari 19.87 ke 21 itu sebetulnya masih terdapat potensi kenaikan lagi. Namun dengan adanya kekhawatiran terhadap Amerika maka saya sarankan sebaiknya wait and see dengan memegang cash. Kalaupun harus masuk itu sifatnya spekulasi.
Jujur saja, saya tidak mengklaim mampu meramalkan IHSG kapan akan naik atau turun dengan tepat. Saya hanya bekerja berdasarkan data, analisa dan kinerja historis. Tapi mudah-mudahan saran saya waktu itu bisa bermanfaat untuk bapak ibu investor sekalian.
Sekarang bagaimana?
Dalam membaca PER, infovesta memiliki teori sebagai berikut, ketika kondisi makro dan lokal bagus dan kuat, maka PER yang wajar itu minimal sama dengan rata-rata 5 tahun terakhir (garis merah pada grafik). Ketika kondisi lokal yang bagus dan ditopang dengan kondisi dari luar yang juga kuat, maka kira-kira yang wajar itu bisa antara garis merah hingga biru. Merujuk pada teori tersebut seharusnya dengan penurunan IHSG telah mengembalikan PER ke rasio yang ‘wajar’. Sehingga harga saham sudah kembali ke harga yang bisa dibeli lagi.
Jika anda pesimis, anda bisa menunggu lebih rendah lagi. Namun jika anda optimis, seharusnya sekarang sudah tidak terlalu mahal dibandingkan 1 bulan yang lalu. Meski demikian beberapa saham blue chip masih tetap mahal karena sebelum turun sekarang, mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari awal tahun.
Dalam membaca grafik Price Earning Ratio, ada beberapa pertimbangan:
1. PER bisa turun bukan karena harga saham turun, bisa saja karena keuntungan perusahaan naik. (PER dihitung dari Harga dibagi Earning Per Share)
2. Rasio PER di atas baru mempertimbangkan 31 dari 45 laporan keuangan publikasi dari saham yang masuk kategori LQ-45. Sisanya masih akan diupdate berhubung tidak semua emiten menerbitkan laporan keuangannya sekaligus pada awal Agustus ini.
3. Anggapan berapa rasio PER yang wajar itu bisa berbeda antara analis yang satu dengan yang lain. Sebab pertimbangannya antara lain perbandingan dengan negara tetangga dan persentase pertumbuhan laba. Kami di Infovesta menggunakan rasio pertumbuhan laba dan data historis sebagai perbandingan.
4. PER bukan teori yang bisa melakukan market timing secara sempurna. Teori ini bisa memberikan gambaran kepada investor namun tidak menjamin harga saham akan naik ketika sudah murah atau akan turun ketika sudah mahal. Anomali tetap bisa terjadi.
Demikian sharing kali ini, semoga bermanfaat bagi anda semua.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.

Tinggalkan Balasan ke Ani Batalkan balasan