Pada kesempatan kali ini, saya akan melakukan sharing tentang reksa dana indeks dan ETF (Exhange Traded Fund). Mungkin bagi anda yang sering berkunjung ke www.infovesta.com anda, pernah melihat ada kategori Indeks dan ETF dalam pengelompokan reksa dana. Seperti apa reksa dana tersebut dan bagaimana cara kerjanya?
Saat ini hanya ada 4 reksa dana indeks dan ETF di Indonesia. 2 diantaranya merupakan ETF dan 2 adalah reksa dana indeks. Keempat reksa dana tersebut antara lain ABF IBI Fund yang dikelola oleh PT. Bahana TCW Investment Management dan Premier ETF LQ-45 yang dikelola oleh PT. Indo Premier Investment Management, Danareksa Indeks Syariah yang dikelola oleh PT. Danareksa Investment Management, Kresna Indeks 45 yang dikelola PT. Kresna Graha Securindo Tbk. (revisi sebelumnya disebutkan 3 reksa dana indeks dan 1 ETF)
Sesuai dengan namanya reksa dana indeks adalah reksa dana yang meniru indeks tertentu. ETF (Exchange Traded Fund) juga pada dasarnya merupakan pengembangan daripada reksa dana Indeks. Namun penjelasan lebih lanjut mengenai ETF akan dijelaskan pada artikel selanjut. Untuk sharing kali ini kita akan lebih berfokus kepada reksa dana indeks.
Pada dasarnya ada 2 jenis indeks acuan yang bisa digunakan yaitu indeks saham dan indeks obligasi. Indeks tersebut kemudian bisa diklasifikasikan lagi ke dalam sektor yang lebih spesifik seperti indeks sektoral, indeks LQ-45, Kompas 100 dan lain-lain. Proses mirroring (peniruan) reksa dana indeks terhadap indeks acuan adalah Manajer Investasi akan menyusun portofolio reksa dana sedemikian rupa sehingga isi dari portofolio reksa dana baik komposisi maupun bobot akan sama dengan indeks yang dijadikan acuannya.
Metode mirroring tersebut pada umumnya dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
- Metode Replikasi Sempurna, dimana isi dan pembobotan portofolio akan sama persis seperti indeks yang dijadikan sebagai acuan.
- Metode Sampling, dimana Manajer Investasi tidak meniru secara persis namun hanya 80% dan melakukan pembobotan sedemikian rupa sehingga pergerakan daripada reksa dana diharapkan sama dengan indeks acuan dengan perbedaan yang sekecil mungkin. (salah satu contoh bisa anda baca pada prospektus berikut halaman 19 http://www.danareksaonline.com/LinkClick.aspx?fileticket=bf1jray0wsU%3d&tabid=198&language=id-ID)
Jika dilihat dari karakter reksa dana indeks di atas, maka tujuan utama dari reksa dana indeks ini bukanlah memberikan tingkat return di atas indeks pembanding (misalnya IHSG) seperti yang dilakukan oleh reksa dana konvensional pada umumnya. Tujuan utama daripada reksa dana indeks adalah membuat portofolio reksa dana yang memberikan tingkat return yang sama (hampir sama) dengan indeks acuannya. Oleh karena itu bagus tidaknya reksa dana indeks tidak diukur dari seberapa besar kecilnya return yang dihasilkan namun ditentukan seberapa besar selisih antara return yang dihasilkan dengan indeks acuannya.
Selisih antara return reksa dana indeks dengan indeks acuan disebut Tracking Error. Semakin besar tracking error, berarti Manajer Investasi dikatakan gagal meniru indeks. Meski return yang dihasilkan lebih besar, namun jika melihat karakteristik dan tujuan reksa dana indeks dibentuk, bisa dikatakan Manajer Investasi tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Tentu pendapat saya di atas bisa diperdebatkan.
Untuk bisa membentuk portofolio yang menyerupai indeks, umumnya pengelolaan reksa dana dilakukan dengan cara yang lebih pasif. Pada reksa dana konvensional, Manajer Investasi secara aktif mengubah komposisi dan bobot portofolio secara aktif untuk bisa mengalahkan indeks. Sementara pada reksa dana indeks, pengelolaan menjadi pasif karena kerja Manajer Investasi hanya dilakukan pada awal pembentukan reksa dana indeks, setelah itu, Manajer Investasi tinggal tunggu diam dan membiarkan portofolio bergerak mengikuti dinamika pasar.
Paling 6 bulan sekali (beberapa indeks acuan di Indonesia di revisi setiap 6 bulan), dilakukan pembobotan ulang untuk memastikan agar portofolio masih selaras dengan indeks. Karena pengelolaan yang secara pasif tersebut, maka umumnya biaya pengelolaan (Manajer Investasi) jauh lebih kecil dibandingkan reksa dana konvensional untuk jenis yang sama.
Berikut ini adalah grafik perbandingan antara reksa dana indeks dan ETF dengan indeks acuan. Khusus untuk ABF IBI Bond Fund, indeks yang dijadikan sebagai acuan adalah indeks obligasi yang dibentuk oleh Asian Bond Fund yaitu iBoxx ABF Indonesia Index. Karena saya tidak memiliki data indeks tersebut, maka saya menggunakan IGBI (Infovesta Government Bond Index) yang dibentuk oleh Infovesta untuk mencerminkan kondisi harga obligasi pemerintah berbasis Fixed Rate di Indonesia. Apabila terdapat selisih, maka bukan berarti kinerja ABF IBI Bond Fund tidak bagus, hanya indeks acuan yang digunakan berbeda.
Demikian perbandingan di atas, semoga sharing kali ini bermanfaat bagi anda. Terima kasih.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.






Tinggalkan Balasan ke Ire Batalkan balasan