Mungkin ada sebagian dari pembaca blog ini bertanya-tanya, mengapa sekarang banyak dibahas tentang obligasi? Bukankah obligasi itu relatif tidak likuid, sulit untuk diperoleh dan nilai nominal investasinya relatif amat besar? Bukankah blog ini memang sejak awal membahas tentang reksa dana saja? Dari data statistik yang masuk, memang jumlah pembaca lebih sedikit ketika topik obligasi dibahas ketimbang jika saya mengangkat topik tentang reksa dana. Jumlah komentar juga sangat terbatas, terkadang tidak ada sama sekali :mrgreen:

Ok, saya tidak menyalahkan anda jika memang anda tidak tertarik untuk membaca topik berkaitan dengan obligasi, namun setidaknya ada 3 alasan kenapa saya membahas topik obligasi:

  1. Dalam dunia investasi, perubahan kondisi umumnya tercermin dahulu pada pasar obligasi baru kemudian pasar saham. Menurut saya, investor yang bisa membaca perubahan pada obligasi akan bisa mendapatkan gambaran dan bereaksi lebih cepat dibandingkan investor yang hanya melihat perubahan saham saja. Masih ingat ketika Eropa sedang bermasalah apa yang menjadi sumber pemberitaan di koran ? Besaran Yield Obligasi dari Negara tersebut. Amat jarang dibahas perkembangan harga saham untuk menunjukkan apakah negara tersebut sudah selamat dari krisis. Lagipula dalam artikel terdahulu, sudah ada fakta bahwa hubungan antara makro ekonomi dan saham amat lemah.
  2. Pada umumnya, portofolio investasi pada korporasi di Indonesia didominasi oleh obligasi. Baik itu investasi dalam bentuk obligasi langsung, ataupun dalam bentuk reksa dana pendapatan tetap atau terproteksi. Bagian portofolio inilah yang membantu perusahaan mencapai sebagaian besar dari kinerja dalam 1 tahun, reksa dana saham dan saham hanya dipakai sebagai faktor untuk mendongkrak return saja, namun obligasi tetap menjadi portofolio yang utama. Anda akan mulai berpikiran seperti itu jika jumlah uang anda sudah relatif besar.
  3. Model bisnis di Indonesia umumnya meniru apa yang sudah sukses di luar meski tidak semuanya. Jika anda meyakini hal tersebut, anda perlu tahu bahwa Reksa Dana Terbesar di dunia saat ini adalah Reksa Dana berbasis Obligasi yaitu PIMCO Total Return Fund INSTL (PTTRX). Berdasarkan informasi dari situs perusahaan, dana kelolaan reksa dana ini mencapai lebih dari USD 251 milliar atau sekitar 2.5 kali cadangan devisa Indonesia (jika dihibahkan ke Indonesia, pemerintah mungkin malah bisa menurunkan harga BBM selama beberapa tahun ke depan). Saat ini reksa dana terbesar di Indonesia adalah reksa dana saham namun dulunya memang reksa dana pendapatan tetap yang merupakan reksa dana terbesar.

Nah, jika anda sependapat saya bahwa memahami obligasi itu penting, anda bisa terus membaca artikel lanjutan. Jika tidak, saya juga tidak memaksakan, karena bacaan kali ini levelnya agak menengah. Tanpa ada dasar tentang obligasi dan investasi, anda butuh waktu sedikit lebih banyak untuk mencerna bacaan ini. Bacaan tentang obligasi dasar bisa dibaca di link ini.

Yield adalah imbal hasil. Curve adalah Kurva. Jadi Yield Curve adalah Kurva Imbal hasil. Kurva Imbal hasil adalah suatu kurva (grafik) yang menunjukkan imbal hasil obligasi pada berbagai tahun jatuh tempo. Grafik Yield Curve dibentuk dari Tahun sebagai sumbu X (mendatar) dan Imbal Hasil sebagai sumbu Y (Tegak Lurus). Berikut ini contoh Yield Curve yang bisa anda akses di website bursa efek indonesia:

Dengan menggunakan grafik di atas, kita bisa mengetahui bahwa Yield untuk obligasi yang jatuh temponya 15 tahun (misalnya) adalah sekitar 6.5%. Bagi anda yang kesulitan bisa juga membaca tabel yang biasanya selalu disertakan bersama grafik Yield Curve. Misalnya jika dilihat pada tabel di bawah, angka yang pasti untuk 15 tahun adalah 6.4933%. Benchmark SUN adalah beberapa seri Surat Utang Negara yang ditunjuk sebagai acuan. Definisi acuan adalah adanya Primary Dealer yang secara konsisten memberikan kuotasi bid offer untuk seri obligasi tersebut. Dalam bahasa yang sederhana, obligasi benchmark adalah obligasi yang bisa diperjual belikan setiap saat karena ada bandar (primary dealer) yang bersedia membeli dan menjual pada harga tertentu. Obligasi Benchmark merupakan komponen penting dalam membentuk gambar Yield Curve.

Sumber : http://www.idx.co.id

Pembentukan Yield Curve

Secara Proses, tahapan pembuatan Yield Curve terdiri dari 2 langkah yaitu

  1. Membuat titik X dan Y pada grafik dimana X adalah tenor dari SUN Benchmark dan Y adalah Yield dari Obligasi
  2. Setelah itu ditarik suatu grafik yang melewati titik titik dengan error sekecil mungkin. Perlu diingat bahwa grafik ini tidak ditulis tangan, akan tetapi melalui suatu persamaan matematika . Beberapa metode yang digunakan antara lain:
    • Metode Interpolasi dan Bootstrap
    • Metode Tenson Spline dan Smoothed Spline
    • Metode Polinomial dengan Penghalusan
    • Metode Nelson-Siegel

Artikel terkait bisa di baca pada Paper Jonathan Kinlay & Xu Bai dan Wikipedia. Seluruh cara di atas sebetulnya bisa digunakan tergantung ketersediaan data. Meski tidak ada acuan, umumnya cara yang digunakan adalah metode yang bisa menghasilkan error sekecil mungkin. Secara matematis, grafik yang dihasilkan haruslah bisa melengkung (arti dari curve) dan melewati titik-titik dengan jarak yang sekecil mungkin.

Dimana bisa menemukan Yield Curve?

Pada koran-koran utama, seperti Kompas (dulu ada sekarang sudah tidak ada, malahan saya tahu Yield Curve pertama kali dari sini), Kontan, Sindo, Investor Daily, Bisnis Indonesia, grafik ini bisa anda baca pada bagian angka-angka. Pada koran biasanya disebut IGSYC yang kepanjangan dari Indonesian Government Securities Yield Curve, yang artinya Kurva Imbal Hasil dari Instrumen Surat Utang Negara Indonesia. Jika dahulu grafik ini dihasilkan oleh Bursa Efek Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir mulai dikomersialkan dan diserahkan kepada Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Untuk kepentingan analisis dan valuasi terhadap harga wajar suatu obligasi, Yield Curve juga dihasilkan oleh pihak selain IBPA. Sebagai contoh Bloomberg, Infovesta bahkan beberapa perusahaan sekuritas memiliki Yield Curve versi tersendiri.

Nah, sekian untuk pembahasan kali ini. Dalam kesempatan lain saya akan membahas bagaimana cara para Ekonom, Riset, dan Ahli lainnya menggunakan informasi Yield Curve di atas dalam memprediksikan perubahan suku bunga, memprediksikan capital outflow inflow, dan melihat suatu negara masuk dalam krisis hutang. Semoga informasi ini bermanfaat bagi anda. Selamat berakhir pekan.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

58 tanggapan untuk “Memahami Cara Kerja Obligasi (4) : Yield Curve Obligasi”

  1. Imasm Avatar
    Imasm

    @Rudiyanto
    Baik terimakasih banyak atas informasinya, sangat membantu

    Suka

  2. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Imasm
    Selamat Sore Pak Imasm,

    Cara transaksi obligasi itu persis kayak kamu beli hp bekas di roxy. Ada yang butuh barangnya, ada juga yang nawarin. Jadi dalam proses tersebut ada bid dan ask seperti saham.

    Tapi karena transaksi tidak dilakukan via bursa saham atau over the counter, maka bid dan ask tersebut tidak ditampilkan. Hanya saja untuk kepentingan pembuatan yield curve, diperlukan harga bid dan ask dari obligasi benchmark.

    Anda bisa mencoba mencarinya di website Bursa Efek Indonesia. Semoga bermanfaat

    Suka

  3. Imasm Avatar
    Imasm

    Selamat malam Bapak yth.

    Dalam perdagangan obligasi apakah terdapat data bid dan ask seperti saham atau forex, dan dimana sekiranya saya dapat memperoleh data bid ask obligasi?

    terimakasih..

    Suka

  4. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Fauziah
    Selamat Sore Ibu Fauziah,

    Bisa coba baca artikel ini http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/02/17/memahami-cara-kerja-obligasi-1-2/

    Atau baca buku manajemen keuangan / investasi di universitas anda dengan topik obligasi. Saya yakin penjelasannya bisa anda temukan.

    Semoga bermanfaat

    Suka

  5. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Ramdani
    Selamat sore Ibu Ramdani,

    Kalau link paper sudah ada di atas, tapi kalau buku terus terang saya tidak ada.

    Semoga bermanfaat

    Suka

  6. Fauziah Avatar
    Fauziah

    Selamat siang pak, pak saya punya pertanyaan begini. Misalnya obligasi Sony memiliki imbal hasil saat ini 9% dan imbal hasil jatuh tempo 10%. Apakah obligasi terjual diatas/dibawah nilai nominalnya? Mohon penjelasannya ya pak,terimakasih

    Suka

  7. Ramdani Avatar
    Ramdani

    Selamat sore pak Adi
    boleh minta referensi buku teks mengenai cara kuantifikasi yield curve beberapa metode diatas?
    Terima kasih

    Suka

  8. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @winphann
    Selamat Siang Pak Win,

    Sedikit koreksi, kalau transaksi obligasi itu Over The Counter (OTC). Mengenai kupon, namanya juga sudah anda beli, tentu dibayarkan langsung kepada pemegang obligasinya.

    Semoga bermanfaat

    Suka

  9. winphann Avatar
    winphann

    Selamat siang pak Adi,

    saya ingin menanyakan… apabila kita membeli obligasi di pasar sekunder atau out of counter… apakah kupon nya menjadi milik kita (dipindah/dibagi kepada pembeli di pasar sekunder)? atau tetap dibagikan kepada pembeli perdana??

    terima kasih

    Suka

  10. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @adi
    Selamat Siang Pak Adi,

    Mengenai hal tersebut, anda bisa coba baca artikel ini pak http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/02/17/memahami-cara-kerja-obligasi-1-2/

    Silakan ditanyakan jika ada yang masih kurang dimengerti.

    Semoga bermanfaat

    Suka

  11. adi Avatar
    adi

    Selamat siang pak rudi,

    setelah membaca komen-komen di atas, saya masih bingung tentang perbedaan antara coupon rate dan yield to maturity.. apakah bapak bisa menjelaskan lagi dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh mahasiswa non ekonomi?

    terima kasih sebelumnya pak

    Suka

  12. anik Avatar
    anik

    selamat siang bapak..
    penjelasan yang bagus tetntang obligasi.
    kebetulan saya mahasiswa tingkat akhir diperguruan tinggi dijogja bapak, saat ini saya tertarik untuk membuat tesis tentang obligasi, khususnya obligasi ritel, dari tulisan n posting bapak saya harap bisa menambah wawasan saya tentang obligasi

    Suka

  13. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Aurel
    Selamat malam Aurel,

    Saat ini tidak ada pembahasan untuk topik tersebut. Kalau tertarik anda bisa melakukan penelitian sendiri karena data untuk saham di Amerika biasanya lebih mudah ditemukan di internet dan juga komprehensif.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  14. Aurel Avatar
    Aurel

    Yth Pak Rudy,

    Maaf out of topic. Apakah ada pembahasan dari Anda mengenai keuntungan dan kerugian saham yang terdaftar di New York Stock Exchange? Terimakasih.

    Suka

  15. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Indra
    Selamat Siang Pak Indra,

    Angka Yield memang berubah setiap hari tergantung perubahan pada harga obligasi acuannya. Harga obligasi acuan biasanya ditetapkan oleh Primary Dealer sebagai angka referensi tapi pada transaksi di pasar harga bisa sama atau berbeda dengan angka tersebut.

    Perhitungan yield ya dihitung tiap hari berdasarkan harga terbaru. Hitungnya bisa pakai fungsi Yield yang ada di Microsoft Excel. Kalau anda bekerja di institusi keuangan, angka yield biasanya sudah di sediakan oleh broker tempat anda bertransaksi.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  16. Indra Avatar
    Indra

    Selamat malam pak. Masih bingung sama yield. Di tabel atas, yield angkanya berubah setiap harinya. Siapa yang menentukan perubahan yield trsebut? BI atau transaksi di pasar sekunder? Jd perubahan yield mggunakan aplikasi atau software yg diukur dengan merata-ratakan sebuah transaksi atau gimana?terima kasih

    Suka

  17. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Yudi
    Selamat Sore Pak Yudi,

    Data itu setahu saya tidak ada di laporan keuangan tapi di koran atau website berbayar seperti IBPA, Infovesta, Bloomberg dll.

    Semoga bermanfaat.

    Suka

  18. Yudi Avatar

    Selamat pagi Pak,
    Perkenalkan saya yudi. saya ingin tanya pak, bagaimana mengambil/melihat data yield obligasi korporasi di dalam laporan keuangan? mohon pencerahan dari bapak. terima kasih.

    Suka

  19. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Moch. Ichsan
    Salam Pak Ichsan,

    Dengan data IBPA tidak bisa?

    Suka

  20. Moch. Ichsan Avatar
    Moch. Ichsan

    Selamat pagi Pak Rudi.. saya Ichsan sedang proses pengerjaan skripsi saya mengenai penggunaan yield curve untuk mengestimasi ekspektasi inflasi.

    Saya sudah mulai untuk pencarian data, kira-kira menurut bapa saya bisa peroleh dimana mengenai yiled obligasi Indonesia? Saya sudah mengemail IBPA, selain dikenakan biaya data yang bisa diberikan dimulai dari tahun 2009.

    Suka

  21. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Yudi Jufri Yanto
    Selamat malam Pak Yudi,

    Dengan metode pencatatan akuntansi apa yang digunakan ketika anda membeli obligasi tersebut?

    Suka

  22. Yudi Jufri Yanto Avatar
    Yudi Jufri Yanto

    Assalammualaikum wr wb
    perkenalkan sblmya saya yudi pak, seorang mahasiswa, saya sangat tertarik skli dgn diskusi bpak di blog ini yang sangat banyak memberikan pencerahan. disini saya jga mau ingin pencerahan dari bapak, saya mengalami kebingungan dalam mengerjakan tgas saya pak,
    dalam soal kita memble oblgasi kupon 8% jatuh tempo 20 tahun ketika imbal hasil terhadap jatuh temponya 9%. setahun kemudian, imbal hasil terhadap jatuh tempo 10%, berapa tingkat pengembalian selma tahun tersebut..mhon pencerahan dan penjelasannnya pak..

    Terima Kasih pak

    Suka

  23. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @yud
    Salam Yud,

    Sudah mencoba ke website BEI ?

    Terima kasih

    Suka

  24. yud Avatar
    yud

    bagaimana caranya mencari emiten obligasi korporasi yang terdaftar di BEI lengkap dengan data obligasinya tahun 2011-2011… mohon pencerahannya pak. terimakasih

    Suka

  25. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Putri
    Selamat pagi Putri,

    Boleh tahu, apakah anda ingin menyusun portofolio obligasi ini sebagai investor apa? apakah investor perorangan, institusi (dana pensiun, yayasan) atau Manajer Investasi?

    Suka

  26. Putri Avatar
    Putri

    Selamat siang Pak Rudi,

    Saya di sini masih terbilang baru dalam mempelajari obligasi, terutama obligasi korporasi. Saya ingin bertanya Pak, sebenarnya dalam menyusun portofolio obligasi korporasi, kira-kira hal apa saja yang dipertimbangkan dalam pemilihan obligasinya? Terima kasih atas perhatiannya Pak

    Suka

  27. rina Avatar
    rina

    pak, bagaimana cara mendapatkan data harga obligasi dalam bentuk persentase. terima kasih.

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Salam rina, solusinya mudah, ambil koran kontan dan baca bagian obligasinya. Semoga bermanfaat

      Suka

  28. syamsir alam Avatar
    syamsir alam

    Terima kasih Pak Rudi, informasi tsb.sangat bermanfaat sekali bagi kami di Dana Pensiun, kapan2 saya akan minta bantuan lagi dari Pak Rudi.

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Ha ha ha.. Kalau sering2 begini, bisa2 waktu saya untuk kerja kurang pak. Saran saya, bapak bisa lembaga profesional yang khusus bergerak di bidang tersebut. Rekan2 saya di tim riset http://www.infovesta.com seharusnya bisa memberikan solusi kepada anda. Bahkan bisa saja solusinya lebih baik karena data yang dimiliki lebih lengkap.

      Demikian pak, semoga bisa bermanfaat bagi dana pensiun dan semoga lembaga anda makin sukses selalu. Terima kasih.

      Suka

  29. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @syamsir alam
    Salam Pak Syamsir Alam,

    Saya punya 2 versi penjelasan untuk pertanyaan anda. Versi yang pendek kira2 seperti ini:
    Jika anda ganti obligasi anda akan mendapat:
    Capital gain 45% + Obligasi baru dengan YTM 7.49% sampai 2016

    Sementara jika tetap dipegang hingga jatuh tempo, anda akan tetap punya obligasi:
    YTM 11.10% hingga 2025.

    Jika saya adalah dana pensiun yang berorientasi jangka panjang, maka saya akan lebih memilih opsi untuk memegang obligasi hingga jatuh tempo karena YTM 11.10% termasuk cukup tinggi dan sulit diperoleh saat ini, kedua, saya memiliki kepastian hingga 2025. Dibandingkan dengan untung besar di atas buku 2013 namun setelah 2016 saya bingung uang tersebut mau dikemanakan karena obligasi pengganti sudah jatuh tempo.

    Versi panjangnya anda bisa baca di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/01/18/studi-kasus-keputusan-jual-beli-obligasi/

    Semoga bermanfaat pak.

    Suka

  30. syamsir alam Avatar
    syamsir alam

    Pak Rudi yth, diatas sudah saya sampaikan informasi yg dibutuhkan untuk pertimbangannya, terima kasih

    Suka

  31. syamsir alam Avatar
    syamsir alam

    saya beli diharga 99,25 tgl 27-8-2009, harga diatas adalah harga saat ini, target returnnya ndak ada, akan diganti dengan obligasi Bank Nagari harga saat ini 106,25, kupon 9,875 ytm 7,52 jatuh tempo 13-1-2016, tersedia di pasar, dapat fasilitas bebas pajak, terima kasih atas pertimbangannya

    Suka

  32. syamsir alam Avatar
    syamsir alam

    Pak Rudi yth, saya mempunyai FR 040 jatuh tempo 25 Sept 2025 coupon 11% harga 144,5%, ytm 5,946%, mana yg lebih bagus sekarang (dengan mengabaikan risiko gagal bayar), saya tetap memegang FR ini atau menjualnya/menggantinya dgn obligasi corporate dgn ytm yg lebih besar, dan apa pertimbangannya? mohon bantuannya, sebelumnya diucapkan terima kasih

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar
      Rudiyanto

      Salam Pak Syamsir Alam,

      Boleh tahu anda beli di harga berapa dan kapan? Apakah harga di atas adalah harga saat ini atau harga beli anda? Berapa target return dari pembelian obligasi ini? Dengan obligasi mana anda mau menggantikan? Berapa harga beli, YTM, kupon dan tanggal jatuh temponya? Apakah obligasi tersebut tersedia saat ini juga jika anda mau beli? Apakah anda mendapat fasilitas bebas pajak (khusus dana pensiun) ?

      Suka

  33. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @eddy
    Wah, kalau soal ini sebetulnya lebih tepat jika ditanyakan sama broker yang bersangkutan pak. Sebab, belum tentu yang di OTC itu transaksi anda.

    Suka

  34. eddy Avatar
    eddy

    Siang Pak Rudi…saya punya obligasi INDF06 senilai 1M beli mellui BNI sec….saya sudah ajukan order penjualan di harga 100,25….di OTC trade report saya lihat harga INDF06 100,415 Vol 20M..apakah INDF saya sudah laku terjual atau bagaimana…koq tidak ada laporannya dari brokernya?….TY

    Suka

  35. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @shenna
    Yth Shenna,

    Kamu sudah mencoba koran kontan?

    Suka

  36. shenna Avatar
    shenna

    selamat siang,pak.. sy adalah seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian prooposal tentang pengaruh suku bunga dan rasio keuangan terhadap yield obligasi.
    sy mau menanyakan bagaimana cara saya agar bisa mendapatkan data ttg yield obligasi ya? khususnya ttg YTM.. jadi data yang tepat saya butuhkan adalah tentang kupon, harga awal, dan brp tahun obligasi itu berlaku. karena saya sudah berusaha membuka dan mencari data lwt idx, tetapi saya tetap tidak bisa menemukan..
    termakasih atas bantuan bapak

    Suka

  37. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @prayudi
    Yield itu BUKAN bunga / Kupon obligasi. Secara lengkap, Yield itu adalah keuntungan per tahun yang diterima oleh pemegang obligasi, yang diperoleh dari :
    Keuntungan Kupon + Keuntungan / Kerugian dari selisih harga + Reinvestasi pada tingkat bunga YTM + Memegang hingga jatuh tempo.

    Saya menyederhanakan Yield menjadi Kupon + Selisih Harga + Pegang Hingga jatuh tempo karena definisi reinvestasi itu teoritis tapi dimungkinkan secara akuntansi. Jadi yield itu baru didapat jika anda memegang hingga jatuh tempo, masalahnya banyak orang membeli obligasi, tapi tidak memegang hingga jatuh tempo. Bagi investor kategori tersebut Yield tidak bisa dianggap sebagai keuntungan, namun hanya sebagai acuan apakah mahal atau tidak.

    Seluruh teori obligasi memang dikembangkan berdasarkan prinsip obligasi dengan kupon tetap. Sebab umumnya obligasi negara dengan kupon variabel memiliki kupon setara BI rate, sementara obligasi korporasi dengan imbal hasil variabel masih sangat sedikit dan jarang ditransaksikan.

    Suka

  38. prayudi Avatar
    prayudi

    terima kasih sekali atas penjelasannya pak,.. sangat gamblang sekali,..

    cuman saya sedikit rancu dengan yield :

    “yield itu terjadi dari hasil suatu transaksi. Yield naik, berarti ada orang yang menjual dan membeli di yield tersebut. Ketika Yield turun, berarti ada pula seseorang yang menjual dan membeli di level yield tersebut.”

    pemahaman saya yield itu bunga/kupon obligasi, artinya ditetapkan diawal kan?
    tadi saya crosschek di artikel bapak yg lama :

    Memahami Cara Kerja Obligasi…..(1)

    ternyata yield ada 3 jenis :
    Obligasi Berkupon Tetap (Sukuk Ijarah dalam istilah Syariah)
    Obligasi Berkupon Variabel (Sukuk Mudharabah)
    Obligasi Berkupon Nol atau Zero Coupon Bond (Belum ada istilah Syariah sepengetahuan saya)

    dan diartikel tsb baru dijelaskan yg kupon tetap saja, he he he ^^

    Suka

  39. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @prayudi
    Salam Prayudi,

    Sehubungan dengan pertanyaan anda:
    1. Sebetulnya logikanya begini, yield itu terjadi dari hasil suatu transaksi. Yield naik, berarti ada orang yang menjual dan membeli di yield tersebut. Ketika Yield turun, berarti ada pula seseorang yang menjual dan membeli di level yield tersebut. Pertanyaannya kenapa yield sudah turun, orang masih aja terus membeli, itu kurang lebih sama kaya saham pak. Misalnya, Ada orang yang berpendapat harga wajar saham itu 10000. Ketika harganya sudah mendekati 10.000, dia langsung menjualnya. Di satu sisi, ada orang yang merasa harga wajar suatu saham itu 20.000, ketika orang sibuk menjual saham tersebut di harga < 10.000, dia malah sibuk membeli. Jadi disini ada perbedaan persepsi mengenai harga yang wajar untuk suatu saham.
    Sama juga dengan obligasi, pemain obligasi terdiri dari beberapa background, ada yang buy and hold dan ada pula yang beli untuk ditransaksikan. Investor yang buy and hold, sepanjang yield bisa sesuai dengan target returnnya, akan diambil. Buat investor yang beli obligasi untuk ditransaksikan, yield tidak terlalu penting, yang penting adalah apakah harga obligasi akan naik di masa datang. Ada pula kelompok investor yang memang harus membeli obligasi negara dalam portofolio investasinya karena tuntutan kebijakan, seperti reksa dana pendapatan tetap dan institusi. Jika ada dana masuk, kan mau tidak mau mereka harus membeli obligasi, mahal atau tidak. Sebab jika tidak, mereka akan melanggar kebijakan investasi. Belum lagi investor asing yang bisa melakukan transaksi leverage dengan bunga pinjaman yang sangat rendah. Jadi yield yang rendah menurut kita, belum tentu rendah menurut mereka.
    Bercampur aduknya berbagai orang dengan berbagai latar belakang dan kepentingan inilah yang membentuk harga dan yield suatu obligasi. Terkadang mereka kompak satu arah, tapi sering kali tidak.
    2. Campur aduk pak. Bisa karena kehebatan dalam melakukan trading atau pengaturan portofolio yang pas.
    Kehebatan dalam melakukan trading bisa diketahui dengan2 cara. Cara pertama, secara statistik yaitu dengan melihat R-Squarednya. R-Square reksa dana dengan indeks obligasi adalah angka korelasi yang dikuadratkan. Hasilnya berupa nol koma sekian (misalnya 0.8). Kalikan angka tersebut dengan 100%, misalnya =80%. Angka itu menunjukkan bahwa 80% dari kinerja suatu reksa dana dipengaruhi oleh kinerja indeks obligasi, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Faktor "lainnya" ini bisa karena kehebatan dalam melakukan trading, bisa pula memang karena hoki. Tapi, jika semakin besar, suatu reksa dana pendapatan tetap mengalahkan return indeks obligasi sementara R-Squarenya kecil, investor bisa berasumsi bahwa reksa dana tersebut jago trading.
    Cara kedua adalah dengan melihat alokasi investasi dan portofolio dari bulan ke bulan. Jika portofolio investasi dan atau alokasi antara kas dan obligasi berubah2, bisa dikatakan MI jago trading. Tapi faktor ini bisa pula karena ada investor yang keluar masuk dalam jumlah besar, jadi alokasi portofolio suatu reksa dana berubah dengan cepat dan signifikan.
    Sementara itu, hasil yang tinggi bisa juga merupakan hasil pengaturan portofolio yang sesuai dengan kondisi secara umum. Sama seperti saham, obligasi juga ada yang high risk dan ada yang low risk. Definisi high risk dan low risk dicerminkan dalam durasi. Referensi bisa dibaca di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/03/11/mengenal-cara-kerja-obligasi-2-analisa-risiko-obligasi/

    Jika harga obligasi diperkirakan akan naik, maka reksa dana pendapatan tetap dengan durasi tinggi akan mendapatkan capital gain yang tinggi. Tahun lalu, reksa dana pendapatan tetap yang mendapatkan return yang cukup besar karena memiliki durasi yang besar. Namun jika arah harga obligasi berbalik, potensi kejatuhan harga juga akan cukup besar kecuali mereka mengubah portofolio investasi.

    Semoga penjelasan yang panjang bisa menjawab pertanyaan anda, terima kasih.

    Suka

  40. prayudi Avatar
    prayudi

    pak rudi,.
    senang sekali bapak sudah membahas obligasi dari basic,..
    ini yang sudah lama saya cari,..
    saya jadi mengerti hub yield, harga, suku bunga dll,.

    namun saya kok susah sekali menghilangkan pemahaman awam saya :
    1. fakta : kalo yield obligasi naik, harga turun,..
    pemahaman saya : kalo yield naik, semestinya orang jadi lebih tertarik beli (soalnya return lebih tinggi), yah kira-kira beginilah kalo di pasar saham.
    2. saya jadi pengen tanya lebih lanjut, tahun kemarin beberapa RDPT (obligasi negara), bisa kasih return diatas 20%, akibat kenaikan harga obligasi (karena yield turun), sebegitu besarnya kah fluktuasi harga tsb? atau MI yang lihai dalam trading (padahal imbal hasil dari yield yg turun?)

    itu yang masih saya belum bisa mengerti pak,..

    terima kasih sebelumnya atas pencerahannya,..

    Suka

  41. Hendri Avatar
    Hendri

    Terima kasih banyak Pak Rudy atas pencerahannya.

    Salam.

    Suka

  42. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    Sehubungan dengan Migrasi data center yang dilakukan oleh Kontan, mungkin para pembaca sekalian pernah menjumpai beberapa masalah dalam melihat blog ini seperti halaman tidak bisa diakses, komentar tidak masuk, atau komentar masuk tapi tidak ditampilkan. Bagi pembaca yang merasa menulis comment tapi belum ditampilkan bisa dituliskan kembali.

    Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, semoga proses migrasi ini bisa cepat selesai dan membuat tampilan semakin baik.

    Demikian atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terima kasih

    Suka

  43. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Hendri
    Yth Pak Hendri,

    Pertimbangan untuk melakukan buyback obligasi sebetulnya cukup mudah. Cukup bandingkan antara suku bunga yang dibayarkan obligasi tersebut dengan bunga pinjaman yang diberikan oleh bank. Apabila suku bunga obligasi > Bunga Pinjaman bank maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa kelayakan.

    Analisa tersebut setidaknya mencakup antara lain: berapa biaya tambahan untuk mendapatkan dana tersebut. Biayanya bisa beragam, dari biaya notaris dan akuntan, biaya gathering untuk pemegang obligasi, namun jika jumlah obligasi yang diterbitkan besar biaya di atas harusnya tidak seberapa. Biaya yang paling besar datang dari premium yang anda bayarkan kepada pemegang obligasi lama.

    Sebagai contoh, obligasi anda bayar bunga 10% dan baru jatuh tempo 5 tahun lagi. Tentunya si pemegang obligasi keberatan kalau utang kamu dilunasi lebih cepat, karena dia kehilangan potensi pendapatan sebesar 10% x utang x 5 tahun. Oleh karena itu, anda harus membayar lebih besar daripada nilai utang anda. Sebagai contoh perusahaan anda berutang 100 millar, untuk menarik kembali pinjaman tersebut berarti mungkin anda harus membayar 110 milliar sebagai kompensasi tersebut. Kompensasi ini disebut premium dan biasanya sudah ditetapkan dalam prospektus atau jika tidak ada melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi.

    Untuk melakukan ini anda harus berkoordinasi dengan bank yang menjadi wali amanat obligasi ini. Anda juga bisa membaca ketentuan dalam prospektus obligasi atau jika perlu meminta bantuan kepada penjamin emisi obligasi tersebut. Untuk bisa melakukan pinjaman ke bank, ketentuan jaminan umumnya lebih ketat dibandingkan obligasi. Oleh karena itu, dimungkinkan juga adanya RUPS untuk proses tersebut. Jadi untuk refinancing ini, tidak hanya kerjaan di bagian finance, tapi juga harus dikoordinasikan dengan divisi investor relation dan pemegang saham agar prosesnya bisa berjalan dengan baik.

    Semoga bermanfaat pak.

    Suka

  44. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Chrispinus
    Salam Pak Chrispinus,

    Sepertinya ada sedikit kesalahpahaman disini karena Harga dan YTM itu perubahannya mungkin tidak seperti yang anda perkirakan.

    Sebagai contoh pada data infovesta 10 April 2012
    Sukuk Negara Ritel Seri SR-004, kupon 6.25%, jatuh tempo 21 September 2015, ditransaksikan pada harga 102.15 memiliki Yield to Maturity 5.5544%.

    Ketika harga 102.15 bukan berarti YTMnya 2.15%. Dan semakin tinggi harga obligasi maka YTMnya malah akan semakin kecil. Perlu diingat juga, betapapun tingginya harga obligasi, pada saat jatuh tempo, umumnya harganya akan kembali ke 100.

    Pada harga 102.15 dan YTM 5.55%, berarti jika anda membeli Sukuk SR004 tersebut, maka anda akan untung 6.25% per tahun sampai 21 September 2015. Namun karena anda membeli pada harga 102.15 dan dikembalikan sebesar 100, maka anda rugi 2.15%. Keuntungan 6.25% dan kerugian 2.15% selama 3.5 tahun tersebut (dari sekarang sampai 21 September 2015), jika disetahunkan sama dengan untung 5.55% per tahun. Perhitungan ini berlaku jika anda memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo dan menggunakan metode Hold to Maturity dalam pembukuan anda serta tidak dikenakan pajak obligasi sama sekali (besarnya 15%).

    Namun jika anda menganggap obligasi ini seperti selayaknya saham yang bisa di jual sebelum jatuh tempo, maka hitungan YTM tidak diperlukan. Cukup pakai matematika sederhana, misalnya anda beli di harga 100, mau untung 5%, berarti dijual ketika harganya 105. Selama masa tunggu tersebut anda juga mendapat bonus berupa kupon. Metode pencatatan akuntansi untuk ini adalah trading atau available for sale.

    Demikian semoga menjawab pertanyaan anda.

    Suka

  45. Chrispinus Avatar
    Chrispinus

    Terima kasih atas tulisannya yang sangat menarik Pak Rudiyanto. Memang banyak yang masih berpandangan berat sebelah terhadap obligasi, padahal kalau di maintain dengan baik, hasil dari obligasi bisa mendekati saham dan cenderung lebih stabil. Saya sendiri sudah beberapa tahun ini porfolio lebih berat ke obligasi baik reksadana pendapatan tetap, reksadana terproteksi maupun SUN, ORI dan Sukuk.

    Ada satu pertanyaan, apakah sebaiknya kita melepaskan portfolio kita jika harga obligasi sudah mencapai nilai YTM nya? Misalkan harga 106.7 dan YTM nya adalah 6.7%.

    Suka

  46. Hendri Avatar
    Hendri

    Dear Pak Rudy,

    Mohon pencerahan Pak Rudy, langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan perusahaan yang ingin melakukan buy-back obligasi yang diterbitkan. Dan bagaimana melakukan analisa cost dan benefit dari buy back tersebut, dan membandingkan dengan refinancing dengan bank loan, untuk menentukan apakah layak secara ekonomis dilakukan? apa saja costs yang perlu dikeluarkan jika dilakukan buy back?

    Terima kasih Pak.

    Suka

  47. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @yosef alex
    Sama-sama Pak Asep,

    kalau tidak salah ingat, investasi reksa dana pertama kali saya lakukan ketika usia 21 atau 22 tahun. Waktu itu saya masih mahasiswa tingkat akhir di Universitas Tarumanagara. Investasi pertama kali adalah sebesar Rp 500.000. Motivasi utama saya pada waktu itu sangat sederhana, saya ingin memahami reksa dana sebab (waktu itu) saya sedang magang di perusahaan riset reksa dana.

    Semakin ke depan, saya merasakan manfaatnya dan sekarang saya menggunakan reksa dana sebagai alat untuk mengembangkan kekayaan.

    Saya yakin dengan kondisi sekarang, usia calon investor bisa semakin muda dan nilai investasi bisa semakin besar pula.

    Sukses untuk anda dan semua.

    Suka

  48. yosef alex Avatar
    yosef alex

    Terima kasih atas setiap bahasan topik yang Bapak Rudiyanto jabarkan,memberikan insipirasi dan motivasi dalam berinvestasi sedini mungkin bagi generasi muda untuk melek finasial semenjak dini.Terus berkarya ya Pak,saya tunggu ilmu dan pengetahuan selanjutnya yang akan dibagikan.

    Suka

  49. Rudiyanto Avatar
    Rudiyanto

    @Sofia
    Salam Ibu Sofia,

    Apakah anda merasa “bagus” setelah berinvestasi di ORI? Apa definisi bagus bagi anda?

    Bagaimana kalau anda kembali “nekat” dengan berinvestasi di reksa dana, kemudian menceritakan pengalaman anda tentang bagus atau tidaknya dari kedua jenis investasi ini? Saya rasa pengalaman nekat tersebut akan sangat membantu anda dalam memahami kedua investasi ini. Semoga bermanfaat, terima kasih.

    Suka

  50. Sofia Avatar
    Sofia

    Pak, meskipun saya belum paham benar tentang obligasi, saya nekat saja beli ORI. Lebih bagus invest di ORI/SUKUK atau reksanada ya?terima kasih jawabannya

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Yudi Jufri Yanto Batalkan balasan

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui