Dalam investasi, suka tidak suka, terkadang kita menggunakan aksi yang dilakukan oleh investor asing sebagai acuan. Logikanya dengan dana kelolaan yang besar, apa yang dilakukan oleh mereka, memiliki dampak besar pada investasi Indonesia. Dan secara korelasi, memang benar, pergerakan aliran asing memiliki korelasi yang cukup kuat dengan IHSG yaitu sekitar 0.78.
Berdasarkan fakta ini, saya sendiri tertarik untuk mengetahui lebih jauh, jika memang asing memiliki pengaruh yang sedemikian besarnya, tentu kinerjanya, dalam hal ini pengelolaan reksa dana termasuk yang hebat juga. Untuk itu, saya melakukan penelitian kecil dengan membandingkan kinerja reksa dana yang dikelola oleh Manajer Internasional dibandingkan dengan Manajer Investasi Nasional. Hasilnya cukup mengejutkan….
Sebelum membahas lebih jauh, pertama-tama saya ingin mendefinisikan pengertian nasional dan internasional. Yang dimaksud dengan Nasional adalah reksa dana yang dikelola oleh Manajer Investasi yang lokasi usahanya berada di Indonesia. Dengan kata lain, produk dari MI yang telah kita kenal seperti yang ada dalam daftar ini http://aria.bapepam.go.id/reksadana/data.asp?page=manajer-investasi. Reksa Dana yang dibandingkan adalah reksa dana yang berbasis saham. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Internasional adalah Reksa Dana berbasis Saham yang dikelola oleh Manajer Investasi yang lokasi usahanya berada di luar Indonesia dengan fokus investasi pada saham di Indonesia.
Karena produk lokal yang ada amat banyak dan bisa anda cari di website Infovesta atau masing-masing Manajer Investasi, maka kinerja Reksa Dana Nasional diwakili oleh Indeks Reksa Dana Saham yang dikembangkan oleh Infovesta. Indeks Reksa Dana Saham merupakan rata-rata dari kinerja seluruh reksa dana saham yang ada di Indonesia. Karena merupakan rata-rata, tentunya ada reksa dana yang kinerjanya lebih baik, ada pula yang kinerjanya lebih kurang baik dibandingkan rata-rata tersebut.
Sementara untuk kinerja reksa dana berbasis saham Indonesia yang dikelola oleh Manajer Investasi Internasional, datanya saya dapatkan dan olah dari Bloomberg. Data tersebut kemudian disaring lagi dengan mengeluarkan reksa dana yang termasuk kategori reksa dana tertutup (closed End Fund), sehingga yang saya teliti hanya reksa dana yang terbuka (Open End Fund) dan ETF (Exchange Traded Fund). Daftar reksa dana yang ada setelah penyaringan adalah sebagai berikut:
Sumber : Bloomberg, diolah
Cukup banyak bukan? ternyata reksa dana luar negeri yang menjadikan Indonesia sebagai portofolio utama dan terdaftar di bloomberg ada lebih dari 50. Angka ini belum termasuk lagi reksa dana Closed End, Kontrak Pengelolaan Dana dan reksa dana lain yang tidak dipublikasikan. Dari penelitian ini saya juga menemukan beberapa hal, ternyata suatu reksa dana dapat listing dalam beberapa mata uang karena didistribusikan (dijual) di negara yang berbeda. Hebatnya lagi, selain mata uang negara utama seperti USD, SGD, Euro, GBP (Poundsterling Inggris), JPY (Japanese Yen), ada pula mata uang seperti MYR (Malaysia Ringgit). TWD (Taiwan Dollar), KRW (Korean Won) hingga mata uang Mexico dan Chile.
Dan berbeda dengan Indonesia yang menggunakan Kurs Tengah Bank Indonesia sebagai dasar perkalian kurs sehingga kinerja dalam mata uang Rupiah dan USD akan selalu sama, kinerja reksa dana internasional ternyata memiliki kinerja yang berbeda dalam mata uang yang berbeda pula. Artinya risiko perubahan kurs juga tercermin dalam perubahan harga reksa dana. Dan kemungkinan besar, selain kurs, perhitungan reksa dana juga dipengaruhi oleh peraturan dan perpajakan yang berbeda di setiap negara sehingga menyebabkan kinerja reksa dana dalam mata uang yang berbeda akan berbeda pula.
Sebagai contoh, Aberdeen Select Portfolio – Indonesia Select Fund diterbitkan dalam 2 mata uang yaitu SGD (Singapore Dollar) dengan kode ABINDOI:SP dan USD dengan kode ABINDOU:SP. Kinerja satu tahun terakhir juga amat berbeda yaitu 5.29% berbanding 2.5%. Ada pula reksa dana yang dipasarkan dalam berbagai negara, namun menggunakan USD sebagai mata uang. Akibatnya harga reksa dana pada negara yang satu berbeda dengan harga reksa dana pada negara yang lain meskipun mata uangnya sama. Namun menurut dugaan saya, seharusnya jika berbicara Jumlah Dana Kelolaan (AUM) yang akan ditampilkan pada tabel di bawah, total dana kelolaan dari distribusi berbagai negara tersebut dijumlahkan dan dinyatakan dalam mata uang berbeda-beda sesuai dengan negara yang menjadi tujuan distribusinya.
Kembali ke topik utama kita, bagaimana perbandingan kinerja reksa dana Indonesia yang “Internasional” tersebut dengan reksa dana “Nasional” yang menjadi andalan, kebanggaan dan pilihan bagi kita?
Untuk mengukurnya saya menggunakan kinerja YTD, 1, 3 dan 5 tahun terakhir berdasarkan periode data saya ambil yaitu 4 Juli 2012. Return tersebut kemudian saya bandingkan dengan IHSG dan rata-rata reksa dana saham. Berhubung data return dari bloomberg adalah data annualized (basis tahunan), maka untuk kinerja IHSG dan Indeks Reksa Dana Saham juga saya setahunkan. Sebagai informasi tambahan, berikut saya juga tambahkan dana kelolaan masing-masing reksa dana dalam satuan juta USD yang diolah dari Bloomberg. Hasil perbandingan adalah sebagai berikut :
Sumber : Bloomberg dan Infovesta, diolah. Data Return 3 tahun dan 5 tahun disetahunkan.
Perhitungan aset dalam USD menggunakan asumsi nilai tukar bloomberg.
Berdasarkan perkiraan kasar, total reksa dana Internasional yang mengelola portofolio berbasis saham di Indonesia adalah sekitar 4,83 M USD atau sekitar 48 Triliun. Masih lebih kecil dibandingkan dana kelolaan reksa dana saham secara total di Indonesia yang pada Bulan Juni ini diperkirakan sudah mencapai Rp 66 Triliun. Berarti secara dana, sebetulnya MI berbasis Indonesia masih punya dana lebih besar dibandingkan MI Internasional. Belum lagi ditambahkan dana kelolaan di reksa dana campuran yang bisa diinvestasikan ke saham. Tentu saja, saya meyakini masih banyak reksa dana internasional dengan kelolaan raksasa (untuk ukuran Indonesia), yang mungkin memiliki penempatan sebagian portofolio pada saham Indonesia namun bukan yang utama. Permasalahannya, sedikitnya mereka sudah sangat besar dari ukuran investasi Indonesia. Data-data ini yang belum berhasil saya kumpulkan.
Dari sisi kinerja, mereka juga tidak hebat2 amat. Kinerja antara yang lebih baik dari IHSG (Warna Hijau) dan kalah dari IHSG (Warna Merah) berimbang pada berbagai periode dan nama reksa dana. Bahkan dalam jangka pendek (1 tahun dan YTD), kebanyakan dari reksa dana tersebut masih kalah dibandingkan IHSG. Jadi hal ini sebetulnya bisa menjadi nilai jual bagi investor asing. Daripada membeli reksa dana yang fokus ke Indonesia di negara asalnya, lebih baik beli langsung sama Manajer Investasi Nasional yang memang fokus di Indonesia. Kinerjanya belum tentu kalah. Namun bagi Manajer Investasi Nasional, perlu diperhatikan bahwa risiko kurs menjadi salah satu perhatian yang penting. Untuk itu, pasokan reksa dana berbasis dollar perlu terus ditambah agar dapat menyerap minat asing.
Demikian artikel ini saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi anda semua.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.


Tinggalkan Balasan ke Hermawan Batalkan balasan