Pada artikel Menanti Potensi “Positive Surprise” Di Tahun 2016, saya menyebutkan ada 4 potensi yang mungkin saja bisa membuat kinerja saham meningkat. Salah satu di antaranya adalah publikasi laporan keuangan perusahaan pada kuartal 1 – 2016. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kinerja perusahaan sudah mulai memasuki masa pemulihan sehingga diharapkan penjualan dan laba bisa meningkat.
Dengan menggunakan teori bahwa harga saham mencerminkan fundamental perusahaan, jika penjualan dan laba bersih meningkat maka akan meningkatkan nilai fundamental perusahaan. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan harga pasar saham juga. Berapa persen peningkatan yang dianggap bagus? Sebenarnya bagi perusahaan tentu yang diharapkan adalah yang setinggi-tingginya. Namun sebenarnya yang lebih penting adalah konsistensi dalam jangka panjang.
Dalam buku Phil Town #1 Rule yang mengadopsi teori Value Investing, disebutkan bahwa salah satu kriteria bagi “Outstanding Company” adalah perusahaan dengan rata-rata pertumbuhan penjualan dan laba bersih di atas 10% per tahun selama 10 tahun. Dengan inflasi yang lebih tinggi, seharusnya di Indonesia angka yang wajar adalah mungkin sekitar 15%. Namun angka 10 – 15% bisa dijadikan sebagai referensi angka pertumbuhan yang bagus.
Pertanyaannya, apakah laporan keuangan pada kuartal 1 – 2016 juga sudah mencerminkan hal tersebut? Mari kita lihat analisa sebagai berikut
Pertama kita akan melihat terlebih dahulu 10 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dalam IHSG. Kapitalisasi adalah perkalian antara jumlah saham dengan harga pasar saham. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kapitalisasi pasar adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli suatu perusahaan pada harga pasarnya.
Jumlah saham relatif tetap kecuali ada aksi korporasi, sementara harga saham bisa berubah setiap hari. Oleh karena itu besaran kapitalisasi pasar bisa berubah dari hari ke hari. Perubahan tersebut juga bisa signifikan apabila terjadi kenaikan atau penurunan yang tajam pada harga saham tersebut.
Selanjutnya kapitalisasi pasar ini dibagi dengan kapitalisasi pasar secara keseluruhan untuk mendapatkan persentase kontribusinya terhadap IHSG. Semakin besar persentasenya, maka semakin besar kontribusi perubahan harga sahamt tersebut terhadap IHSG.
10 besar saham dengan kapitalisasi terbesar per tanggal 13 Mei 2016 yang data laporan keuangannya sudah tersedia* adalah sebagai berikut :
Sumber : http://www.infovesta.com, diolah per 13 Mei 2016
*BMRI – Bank Mandiri seharusnya masuk dalam 10 besar namun pada saat riset ini dibuat, datanya masih belum tersedia di Infovesta.
Sebagaimana dilihat pada tabel di atas, perusahaan yang paling besar di IHSG (dan mungkin juga Indonesia) adalah perusahaan rokok dengan kode HMSP atau H.M Sampoerna Tbk. Dalam satuan kapitalisasi adalah sekitar 460 T per 13 Mei 2016. Sebagai informasi, angka ini kurang leih setara dengan gabungan antara Bank BCA dengan Bank BRI.
Perkembangan dari penjualan dan laba bersihnya adalah sebagai berikut :
Sumber : http://www.infovesta.com, diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar per tanggal 13 Mei 2016 adalah di kisaran 5%. Angka ini masih belum mencapai 10 – 15% dari angka yang disebutkan dalam strategi value investing.
Memang angka ini tidak merata, ada yang pertumbuhan penjualan dibawah target 10-15% namun angka laba bersihnya naik lebih tinggi seperti INDF, ada yang penjualan dan labanya sama-sama turun seperti ASII, ada yang penjualan naik tapi laba turun seperti UNVR, ada juga yang kedua-duanya naik bahkan di atas target seperti TLKM. Angka-angka di atas sedikit banyak juga berpengaruh terhadap perubahan harga saham beberapa waktu belakangan ini.
Bagaimana dengan IHSG secara keseluruhan ? Sebagaimana diketahui jumlah saham yang terdapat dalam IHSG mencapai lebih dari 500 saham. Dari jumlah tersebut, terdapat LQ-45 yang suka dijadikan sebagai referensi karena dianggap sebagai saham-saham yang paling sering ditransaksikan di bursa saham. Untuk itu, data yang ditampilkan membagi pertumbuhan penjualan dan laba bersih antara LQ-45 dan non LQ-45. Pembagian juga dilakukan dalam klasifikasi per sektor untuk memudahkan melihat perkembangan per sektor.
Perlu diperhatikan juga bahwa belum semua emiten mempublikasikan laporan keuangan Kuartal 1-2016 dan ada juga sebagian saham yang pada tahun ini sudah IPO tapi pada kuartal pertama tahun sebelumnya tidak. Untuk yang belum IPO selanjutnya tidak diperhitungkan. Data yang berhasil dikumpulkan per 13 Mei 2016 adalah sebagai berikut :
Sumber : http://www.infovesta.com, diolah
Hal yang dapat disimpulkan pada penelitian di atas adalah sebagai berikut :
- Ternyata secara nasional yang diwakili oleh 418 emiten yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, tingkat pertumbuhan penjualan adalah 3.22%. Meski positif, bisa dikatakan stagnan karena angkanya tidak terlalu signifikan. Antara LQ-45 dan Non LQ-45 juga tidak berbeda jauh.
- Untuk laba bersih, terdapat perbedaan yang signifikan antara saham yang tergabung dalam LQ-45 dengan yang non LQ-45. Tingkat laba bersih saham LQ-45 hanya tumbuh 1.39%, sementara yang non LQ-45 naik 72% yang menyebabkan rata-rata (tertimbang) menjadi 14.67%. Angka ini memang positif, tapi tidak terjadi di saham LQ-45. Hal inilah yang mungkin juga menjadi penyebab pergerakan saham agak melempem paska diumumkannya laporan keuangan karena investor lebih berfokus pada saham yang likuid.
- Kenaikan yang besar di sektor Pertanian, Infrastruktur dan Aneka Industri pada Non LQ-45 disebabkan karena perusahaan mampu membalikkan keadaan dari kondisi rugi menjadi untung di 2016.
Dengan menggunakan fakta-fakta di atas terutama pertumbuhan laba bersih untuk LQ-45, saya menyimpulkan bahwa faktor positive surprise dari laporan keuangan di kuartal 1-2016 kelihatannya tidak terjadi. Memang secara nasional bagus, namun untuk saham likuid secara spesifik ternyata tidak. Kelihatannya positive surprise ini baru akan terjadi pada kuartal II 2016 dimana publikasi laporan keuangannya adalah pada bulan Juli – Agustus 2016.
Berita baiknya adalah meski tidak sesuai harapan, tapi paling tidak sudah berhenti bertambah buruk dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian tekanan untuk harga saham turun dari laporan keuangan ini mungkin akan agak berkurang. Memang pendapat tersebut sangat bersifat umum, untuk saham-saham secara spesifik yang kinerja keuangannya kurang bagus tentu akan mengalami tekanan jual atau perubahan perhitungan harga wajar.
Semoga saja pada bulan Mei 2016 ini kita masih berpeluang melihat 2 positive surprise lainnya yaitu disahkannya RUU Tax Amnesty dan Rating Upgrade dari S&P. Kalaupun tidak di bulan Mei, paling tidak jangan sampai lewat bulan Juni juga.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
New Blog : www.ReksaDanaUntukPemula.com, www.ReDaNesia.wordpress.com
Sekolah Investor Reksa Dana : www.InvestoReady-aprdi.org
Sumber Data dan Gambar : Istockphoto dan Infovesta





Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan