1 Mei 24 yang lalu, rapat Bank Sentral 🇺🇸 atau Federal Open Market Committee – FOMC baru saja selesai

Sebagai bank sentral ekonomi terbesar di dunia, hasil keputusannya terutama tentang suku bunga menjadi salah satu faktor penggerak pasar.

Apa hasil rapatnya?

Good or Bad News?

Ada 2 putusan penting dalam rapat ini

  1. Kemungkinan rapat berikutnya TIDAK menaikkan suku bunga.
  2. Kecepatan balance sheet reduction (bakar uang) akan diperlambat.

Seperti apa analisanya?

1. Kemungkinan rapat berikutnya TIDAK menaikkan suku bunga

Adalah berita baik alias Good News.
Rp / USD yang sekarang di atas Rp 16rb, Yen / USD yang juga sempat ¥ 160 (biasanya cuma 130an), penyebabnya adalah kekhawatiran Bunga 🇺🇸 atau Fed Rate akan naik lagi.
Apakah akan langsung membuat Rp / USD menguat? Masih butuh waktu.
Timing penguatan ini sangat tergantung prediksi KAPAN dan BERAPA KALI Fed Rate turun.
Bank Sentral 🇺🇸 tidak memberikan prediksi, tapi asumsi pasar berubah dari turun 3x di awal tahun menjadi 1x saja.
Asumsi pasar inilah yang menjadi penggerak harga obligasi dan nilai tukar.
Biasanya Bank Sentral 🇺🇸 juga mengeluarkan proyeksi, tapi 3 bulanan, sehingga baru ada di Juni nanti.
Itupun proyeksinya berubah dari waktu ke waktu, dari good news jadi bad news dan juga sebaliknya.

2. Kecepatan balance sheet reduction (bakar uang) akan diperlambat

Poin ini kurang dapat perhatian serta pemberitaan, padahal penting juga.
Secara teori, yang cetak uang adalah Bank Sentral Uang yang dicetak tersebut, akumulasinya dicatat sebagai Aset dalam laporan keuangan.
Ketika uang yang dicetak untuk membeli obligasi pemerintah (treasury) atau efek beragun aset KPR (Mortgage Backed Securities – MBS) bertambah, maka aset akan meningkat.
Sebaliknya ketika dirasa sudah terlalu banyak, waktu Treasury dan MBS jatuh tempo, bisa dihapusbukukan.
Proses hapus buku aset tersebut, dinamakan Balance Sheet Reduction atau merupakan lawan dari cetak uang, yaitu Bakar Uang.
Sejak pertengahan 2022, Bank Sentral 🇺🇸 sudah mulai melakukan kebijakan bakar uang, sempat berhenti sebentar dan cetak uang lagi ketika ada bank gagal bayar.
Tapi setelah itu, terus dilakukan hingga 2024 ini.
Dari puncaknya sekitar USD9 Triliun, menjadi sekitar USD7.4 Triliun di April 2024.


Artinya pembelian oleh bank sentral terus berkurang, jadi siapa yang beli?
Investor langsung, bank sentral, reksa dana, institusi dan sebagainya.

Bagi pelaku pasar, balance sheet reduction atau bakar uang ini, cenderung akan menyebabkan investor asing mengurangi pembelian obligasi di SUN Indonesia meski tidak selalu.
Sebab investor asing yang memperoleh pinjaman dari bank sentral, harus mengembalikan utangnya.
Dalam rapat tersebut, disebutkan kecepatan Balance Sheet Reduction akan dibuat pelan, dari USD60 Miliar per bulan di treasury, menjadi USD25 Miliar per bulan mulai Juni nanti.

Apakah ini good news atau bad news? 50-50 menurut saya

Sebab yang namanya balance sheet reduction, akan menambah tekanan investor asing untuk menjual SUN.
Kecepatan berkurang, itu good news, tapi bukan dihentikan sehingga ada unsur bad news juga.
Tapi kebijakan ini perlu mengingat akumulasi uang yang dicetak sudah terlalu banyak.

Secara umum, 2 berita ini akan menjadi berita baik bagi kurs nilai tukar dan harga obligasi pemerintah.
Tidak akan segera menguat signifikan tapi akan menahan penurunan dan menstabilkan kondisi lebih lanjut sampai rapat bank sentral 🇺🇸 yang berikut.

SEMOGA HARI ANDA MENYENANGKAN

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui