Setelah angka pengangguran 🇺🇸 diumumkan turun, pasar bergejolak.
🇺🇸 yang tadinya dikira Soft Landing malah No Landing.
Rp/USD yang sempat Rp15.100++ kini balik ke Rp15.500++.

🇺🇸 Hard, Soft, atau No Landing, mana yang paling baik buat 🇮🇩??

Kalau naik pesawat ✈️, waktu mau mendarat disebut dengan Landing.
waktu mau mendarat disebut dengan Landing ✈️itu Landingnya ada yang “keras/hard” sampai yang tidur terbangun kaget, ada juga yang “mulus/soft” sampai tidak ada guncangan sama sekali.
Biasanya tergantung skill pilot dan maskapainya.

Bank Sentral 🇺🇸 atau The Fed adalah si Pilot.
Untuk mengendalikan inflasi yang terlanjur naik tinggi, salah satu caranya adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga. Setelah inflasi mulai terkendali, pertanyaan berikutnya bagaimana suku bunga diturunkan tanpa efek samping yang berlebihan.

Dengan menaikkan suku bunga, mendorong masyarakat untuk menabung dibandingkan mengambil risiko investasi baik pasar modal maupun sektor riil. Jika bunga tinggi untuk waktu yang lama, minat investasi berkurang. Untuk sektor riil, lama-lama lapangan kerja yang dibuka makin sedikit.

Jadi efek samping dari kebijakan suku bunga tinggi, jika tidak dikendalikan dengan baik, adalah meningkatnya tingkat pengangguran.

Hard landing : Tingkat pengangguran bablas di atas 5%.
Soft landing : Tingkat pengangguran stabil sekitar 5%.

5% adalah level pengangguran “normal”.

Di awal September 2024, tingkat pengangguran (Agustus) di 4.2% mendekati level normal 5%. The Fed mulai berani atau terkesan cepat-cepat menurunkan bunganya yang sampai 50 bps sekaligus. Bunga turun, Saham dan Obligasi naik, nilai tukar Rp menguat terhadap USD.

Awal Oktober, angka pengangguran (September) turun dari 4.2% jadi 4.1%, yang merupakan penurunan beruntun dari bulan Juli. Logika orang awam, penurunan pengangguran adalah hal baik, tapi logika investor pasar modal tidak.
Sebab kalau makin jauh dari 5%, bisa jadi bunga tidak turun.

Artikel di Bloomberg menyatakan data tenaga kerja ini memunculkan spekulasi skenario ketiga yaitu “No Landing”.

Artinya menurut “investor pasar modal”, Bank Sentral tidak jadi menurunkan suku bunga seperti rencana awal.

Bank sentralnya malah belum ngomong apa-apa terkait itu

Meski terkesan “sotoy” menurut istilah anak Jaksel, tapi ekspektasi pelaku pasar ini salah satu penggerak menggerakkan harga saham, obligasi, dan kurs nilai tukar.
Apakah pelemahan akan terus berlanjut?

Menurut saya keputusan Bank Sentral sesuai Dot Plot September lalu untuk menurunkan 100 bps di 2024, belum akan berubah dalam waktu 3 bulan ke depan karena data pengangguran ini. Karena sudah turun 50 bps, sisanya 50 bps diperkirakan akan turun di November dan Desember ini.

Gejolak pasar setelah rally tinggi adalah hal biasa di pasar modal. Angka pengangguran juga bukan dari 4% menjadi 3++% seperti zaman PPKM pandemi dulu. Apalagi menjelang Pilpres 🇺🇸, tentu ada tekanan dari petahana untuk menampilkan data yang menunjukkan kinerjanya bagus.

Jadi koreksi kemarin yang cepat dan tajam adalah kesempatan untuk average down di reksa dana saham, pendapatan tetap, dan bahkan USD. Dari 3 skenario, yang ideal untuk pasar modal 🇮🇩 adalah tentunya “Soft Landing” yang minim gejolak.

Hard Landing buruk, No Landing lebih buruk.

Sebab potensi kenaikan harga ke depan, bergantung pada rencana penurunan suku bunga Bank Sentral 🇺🇸 dan juga 🇮🇩.
Mending hard landing daripada no landing, karena kalau tidak landing, tidak sampai di tujuan.

Hard Landing = Bunga Turun, tapi pasar bergejolak tinggi karena tingkat pengangguran terlanjur tinggi.
No Landing = Bunga tidak jadi turun, sehingga asumsi pasar modal berubah semua.

Perilaku investor yang terkadang terlalu “sotoy” belum terjadi tapi sudah buat asumsi sendiri, pernah dibahas Warren Buffet 1987.
Dalam jangka pendek market itu voting machine = digerakkan sentimen, tapi jangka panjang weighing machine = digerakkan valuasi.

HAVE A NICE DAY

Rudiyanto

2 tanggapan untuk “3 Skenario Ekonomi 🇺🇸, Mana yang Paling Baik Untuk 🇮🇩 ??”

  1.  Avatar
    Anonim

    Pak, mau tanya apakah RD offshore, khususnya saham US, terkena capital gain tax, baik di US maupun di indonesia ? Terima kasih

    Suka

    1. Rudiyanto Avatar

      Yang Amerika saya tidak tahu
      Yang Indonesia, ketika Reksa Dana Offshore membeli saham luar negeri dikenakan tarif pajak progresif Badan

      Suka

Tinggalkan Balasan ke Rudiyanto Batalkan balasan

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui