Umumnya berita itu Asing Net Buy / Sell saham. Padahal asing juga macam-macam. Ada perorangan, perusahaan, industri jasa keuangan, reksa dana dan sebagainya.

Apakah mereka kompak atau sendiri-sendiri?
Siapa lawannya? Sesama asing / lokal?

Analisa Net Buy Sell 4 Bank 2024 sebagai berikut

Kategori investor telah dibagi oleh KSEI. Baik investor lokal ataupun investor asing dibagi menjadi 9 kategori yaitu :
– Asuransi
– Perusahaan
– Dana Pensiun
– Institusi Keuangan
– Perorangan
– Reksa Dana
– Sekuritas
– Yayasan
– Lainnya

Data kepemilikan saham publik yang scriptless untuk semua perusahaan juga dipublikasikan bulanan di situs KSEI. Tapi kelihatannya ada beberapa bagian yang tidak konsisten, dimana ada yang hanya porsi saham publik saja, ada juga yang termasuk porsi pemegang saham pengendali.

Kebetulan untuk saham-saham yang sudah lama, informasi yang ditampilkan adalah porsi saham yang dimiliki publik saja. Yang saya tidak tahu, apakah pemegang saham utama yaitu yang kepemilikan di atas 5% seperti milik Lo Kheng Hong, masuk dalam kategori saham perusahaan publik / tidak.

Tahapan analisa saya sebagai berikut :

1. Mengambil data kepemilikan efek untuk 4 saham besar yaitu BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI.

Data yang diambil adalah posisi per akhir 2023 dan 2024. Contoh tampilannya seperti ini, seperti yang pernah dibahas dalam thread sebelumnya.

2. Melakukan perbandingan posisi akhir 2023 dan 2024 untuk mencari tahu selisihnya apakah bertambah atau berkurang.

Selanjutnya adalah mengalikan selisih tersebut dengan harga untuk mendapatkan informasi nilai perubahan dalam rupiah. Untuk bagian harga ini, saya menggunakan asumsi. Karena harga bergerak sepanjang tahun, bisa naik tinggi turun dalam, kalau mau persis harus menghitung secara harian. Tapi karena datanya tidak ada, saya pakai harga akhir 2023 dan 2024 dibagi 2. Angkanya sudah pasti tidak persis, bisa juga selisih jauh, makanya disebut asumsi.

Data untuk 4 bank sebagai berikut

Contoh pertama saya pakai BBRI karena beberapa waktu lalu pak Lo Kheng Hong menghadiri RUPS BBRI dan membocorkan di punya saham tersebut sebanyak 64.636.000 lembar setara hampir Rp 230 M++. Berapa persen vs saham yang dipegang individual lokal?

Cara bacanya sebagai berikut :
Local Individual Akhir 2023 memiliki 2.798.603.516 lembar.
Naik menjadi 9.612.376.130 lembar.
Selisihnya 6.813.772.614 lembar yang dikalikan rata-rata dari 5725 dan 4080, setara dengan Rp 33,4 T.
Artinya investor lokal net buy Rp 34 T tahun lalu.

Angka pembelian net buy BBRI oleh investor lokal bahkan mengalahkan pembelian oleh Asuransi, Korporasi, Dana Pensiun, Institusi Keuangan, Reksa Dana, dan Yayasan Lokal. Penjual terbanyak adalah Reksa Dana Asing Rp 21 T diikuti Asing Lainnya Rp 16.9 T.

Dari 9 kategori investor asing, hanya Asuransi dan Perorangan yang masih net buy saham BBRI. Artinya belum tentu semuanya kompak. Yang bersamaan cuma reksa dana, bisa jadi karena kalau sudah downgrade bobot, ya sama-sama mengurangi bobotnya.

Perilaku investor di BBCA ini berbeda. Perorangan Lokal net buy terbesar tapi “cuma” Rp 3 T, sepersepuluh di BBRI. Kecuali perusahaan, semua investor institusi lokal melakukan Net Sell di BBCA. Asing malahan net buy di saham BBCA ini tahun lalu.

Pembeli terbanyak investor asing di 2024 lalu adalah Reksa Dana sebanyak Rp 7.1 T, Dana Pensiun Rp 2.2 T, Asuransi dan Lainnya sekitar Rp 400an Miliar. BBCA adalah BBRI versi swasta, tapi mungkin perlu stock split lebih banyak lagi agar harga sahamnya lebih terjangkau retail.

BMRI untuk 2024, asing net sell tapi “hanya” Rp 257 M saja. Asing yang paling banyak jual adalah Lainnya Rp 5.1 T, Sekuritas, Institusi Keuangan sekitar Rp 2.6 T. Tapi Asing Korporasi, Dana Pensiun, dan Reksa Dana justru banyak membeli saham ini.

Dari Lokal, pembeli BMRI terbesar adalah Perorangan Rp 4.5 T, Perusahaan Rp 348 M dan Rp 234 M. Penjual terbesar adalah Asuransi dan Reksa Dana dengan nilai di atas Rp 2 T. Tampaknya waktu asing terutama reksa dana melakukan downgrade bobot BBRI lalu dialihkan ke BBCA dan BMRI.

Selanjutnya BBNI, yang kalau dibandingkan 3 sebelumnya, ini versi yang lebih “junior”. Secara total Asing melakukan Net Sell Rp 1.6 T, dengan penjual terbesar adalah Lainnya Rp 1.7 T dan Sekuritas Rp 724 M. Asing Reksa Dana, Asuransi, dan Perusahaan malah melakukan net buy.

Lokal net buy Rp 1.6 T. Kontribusi terbesar dari Perorangan Rp 3.2 T, sisanya kecil-kecil. Yang banyak jual adalah Reksa Dana Rp 891 M, Asuransi Rp 840 M, dan Institusi Keuangan Rp 197 M. Tampaknya saham ini juga mendapat kecipratan dari downgrade BBRI jika acuannya Reksa Dana Asing.

Rating downgrade / upgrade yang mempengaruhi bobot saham asing di Indonesia adalah cara investasi reksa dana baik itu lokal maupun asing. Untuk Dana Pensiun, Asuransi, Yayasan Asing dugaan saya juga sama, karena investor internasional pendekatannya weighting / bobot.

Tentu ada juga yang model stock picking, alias investor aktif yang tidak terlalu melihat bobot, tapi lebih ke valuasi. Sayangnya informasi ini tidak bisa dilihat dari data KSEI. Penjualan asing sejak 2024 lalu terfokus pada BBRI, tapi 3 lainnya tidak, untuk 2025 mesti dicek lagi.

Satu hal yang menggembirakan adalah peranan investor lokal yang semakin besar. Untuk kategori Lokal, Investor Perorangan menjadi pemegang saham terbesar di BBRI, BBCA, dan BBNI dan no 2 di BMRI. Meski jumlahnya masih kalah jauh dari investor asing, suatu saat bisa saja mengejar.

Tinggal apakah entry dan exit dari investor perorangan di valuasi yang mahal atau murah saja. Tidak jarang investor perorangan FOMO sehingga membeli pada saat harganya sedang naik dan panic selling waktu harganya sedang turun. Akibatnya baru BEP dikit sudah buru-buru jual.

Penyebutan saham bukan rekomendasi Buy Sell Hold.

Analisa dilakukan terhadap kepemilikan pada akhir 2023 dan akhir 2024.
Untuk 2025, perlu melihat perkembangan data lebih lanjut.

HAPPY VACATION

Rudiyanto

Tinggalkan komentar

  1. avatar Tidak diketahui
  2. avatar Tidak diketahui
  3. avatar Tidak diketahui
  4. avatar Tidak diketahui
  5. avatar Tidak diketahui