Setelah 2 kali menembus level 4200, yaitu pada 3 April 2012 sebesar 4215.44 dan pada 4 Mei 2012 sebesar 4216.68, hingga saat artikel ini saya buat (Siang tanggal 16 Mei 2012) IHSG kembali di bawah level 4000 yaitu sekitar 3945. Seperti yang anda baca di koran-koran, topik Yunani, Uni Eropa dan Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia kembali menjadi “alasan” mengapa penurunan ini bisa terjadi. Alasan yang disebutkan di atas menurut pendapat saya sangat subjektif, sebab ada satu periode waktu dimana hal-hal di atas dikemukakan namun bursa tetap naik. Ada pula saat dimana alasan tersebut dikemukan bursa turun dalam seperti sekarang ini. Untuk itu, saya mencoba mencari alasan yang lebih objektif. Yaitu Uang, sebab Uang tidak Pernah Bohong. Untuk itu saya mencoba mengkorelasikan antara Aliran Dana Asing ke Saham dan pergerakan IHSG selama 2011 – 2012, dan saya menemukan ini….
Sebagai informasi, artikel ini juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari artikel sebelumnya yang berjudul http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/11/12/mengukur-keyakinan-pasar-dengan-net-buy-dan-net-sell-asing/
Aliran Dana Asing (Foreign Fund Flow)
Dalam penelitian kecil yang saya buat ini, aliran dana asing didefinisikan sebagai akumulasi dana asing yang masuk ke Indonesia. Akumulasi berbeda dengan net buy atau sell, sebab net buy atau sell hanya melihat dalam basis harian. Sementara untuk Akumulasi merupakan penjumlahan dari net buy sell harian. Sebagai contoh, misalnya tanggal 1 asing net buy 100 M, tanggal 2 net buy 100 M dan tanggal 3 net sell 1000 M, maka akumulasi yang muncul adalah tanggal 1 sebesar 100 M, tanggal 2 sebesar 200 M (100 M + 100 M) dan tanggal 3 sebesar menjadi -800 M ( 200 M – 1000 M). Untuk keperluan penelitian ini, saya menggunakan 30 Desember 2010 sebagai titik awal.
Aliran dana asing ini, kemudian saya bandingkan dengan pergerakan IHSG. Hasil perbandingan antara grafik IHSG dan Aliran Dana Asing adalah sebagai berikut:
Dari grafik di atas, bisa dilihat ketika asing lebih banyak jualan (yang ditandai dengan akumulasi negatif), maka IHSG juga ikut turun, sebaliknya ketika asing banyak membeli (yang ditandai dengan akumulasi positif), maka IHSG juga akan ikut naik. Sebagai contoh:
- Dari Point A ke B, IHSG dari sekitar 3300 ke sekitar 4200an. Akumulasi Dana Asing dari -5 Triliun ke + 10 triliun (jadi ada dana asing yang masuk sekitar 15 Triliun)
- Dari Point B ke C, IHSG dari sekitar 4200 ke sekitar 3300an lagi. Akumulasi dana asing dari +10 Triliun ke -7.5 triliun (jadi ada dana asing yang keluar sekitar 17.5 triliun)
Dari 2 titik di atas, saya menginterprestasikan bahwa ketika berita penurunan rating US yang menjadi “alasan” utama turunnya IHSG dan asing banyak melakukan net sell, sebetulnya “alasan” yang utama menurut saya adalah asing melakukan profit taking. Sebab mereka sudah banyak membeli di harga 3400 – 3800. Ketika harganya turun karena mereka melakukan realisasi profit, tetap untung. Berita penurunan rating US + Krisis Eropa segala macam menjadi alasan melakukan profit taking.
- Dari Point C ke D, IHSG berada di kisaran 3300 – 4200, dan dana asing dari -7.5 Triliun menjadi +10 Triliun (berarti total ada dana masuk sekitar 17.5 Triliun).
Dari point ini, kita bisa melihat ketika investor lokal, sebagian masih ada yang ragu-ragu untuk masuk ketika IHSG masih di bawah 4000, asing sudah banyak membeli saham. Ketika IHSG turun di bawah 4000 seperti sekarang, saya percaya secara portofolio mereka masih untung karena sudah banyak membeli di harga yang murah. Malah penurunan sekarang menurut saya adalah salah satu momentum melakukan profit taking yang menggunakan berita krisis eropa yang baru-baru kembali di angkat + berita perlambatan perekonomian. Khusus untuk perlambatan pertumbuhan ekonomi sudah pernah kita bahas sebelumnya disini.
Bagaimana ke depan?
Dalam pandangan saya, aliran dana asing memang memiliki korelasi yang kuat dengan IHSG (sekitar 0.78), namun faktor valuasi dan investment grade juga bisa diperhatikan. Secara pribadi, saya beranggapan dengan adanya investment grade, dana asing yang masuk akan semakin besar. Sehingga bisa dikatakan jenuh atau sudah puncaknya ketika dana asing yang masuk lebih dari 20-an triliun. Kedua, berbeda dengan pertengahan 2011 dimana valuasi secara PE Ratio sudah tinggi yang mencapai 19 – 20 kali, valuasi saat ini sudah sekitar 14.5 – 15 kali. Angka ini selain di bawah rata-rata 5 tahun terakhir, juga terbilang relatif murah untuk Indonesia.
Jadi karena kedua faktor tersebut (Investment Grade dimana dana yang masuk akan lebih besar + Valuasi yang relatif tidak mahal) , saya menduga meskipun terjadi koreksi, seharusnya tingkat koreksi tidak akan terlalu signifikan. Demikian artikel saya kali ini, semoga bisa mengurangi kegalauan bapak ibu terhadap turunnya kondisi bursa saat ini. Selamat berakhir pekan dan libur panjang.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Tinggalkan Balasan ke adi Batalkan balasan