Mengetahui asal usulnya bagaimana reksa dana naik sama pentingnya dengan mengetahui bagaimana cara memilih reksa dana itu sendiri. Belakangan memang sering dijelaskan bahwa kenaikan / penurunan harga reksa dana tergantung pada harga portofolio investasinya. Namun tidak sedikit juga investor yang mengkaitkan dengan nilai kelolaan yang besar dan kecil, harga reksa dana yang tinggi dan rendah bahkan ke usia reksa dana yang masih baru dan lama. Apakah hal tersebut tepat atau kurang tepat? Dalam kesempatan kali ini, saya akan memberikan sharing tentang bagaimana mekanisme suatu reksa dana bekerja, sehingga investor mengetahui bagaimana proses naik turunnya harga suatu reksa dana. Artikel ini juga merupakan artikel lanjutan dari artikel seri Back to Basic.
Untuk mengetahui mekanisme naik turunnya harga reksa dana, maka langkah pertama adalah mengetahui apa saja komponen yang ada dalam suatu reksa dana. Reksa Dana pada dasarnya dapat diilustrasikan sebagai perusahaan. Dimana:
1. Aset
Jika dalam perusahaan, aset dibagi menjadi aset lancar (seperti kas dan surat berharga, piutang, persediaan) dan aset tidak lancar (tanah, bangunan, mesin, kendaraan), maka reksa dana hanya terdiri dari aset lancar saja. Dimana aset lancar tersebut yaitu:
- Aset Ekuitas atau sering disebut dengan saham
- Aset Hutang atau sering disebut dengan obligasi / surat hutang
- Aset Pasar Uang atau sering disebut dengan Instrumen Pasar Uang
- Cash
Jadi pada dasarnya reksa dana anda bisa bayangkan sebagai perusahaan yang amat sangat likuid karena isinya tidak ada aset tetap, hanya ada surat berharga yang sangat mudah diuangkan sewaktu-waktu.
2. Kewajiban dan Ekuitas
Kewajiban dan Ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan biasanya berada di sisi pasiva. Secara sederhana, sisi pasiva ini menjelaskan darimana aset tetap yang kita miliki itu berasal. Contoh suatu perusahaan memiliki aset Senilai Rp 100 juta yang terdiri dari 10 cash dan 90 juta mesin. Apabila mesin dan cash tersebut 50% berasal dari pinjaman bank dan 50% berasal dari uang / modal sendiri, maka pada neraca akan tercatat 50 juta pinjaman bank dan 50 juta ekuitas. Di reksa dana juga pada dasarnya sama. Hanya saja, karena reksa dana tidak bisa menggunakan hutang, umumnya pada sisi pasiva bisa dikatakan 100% merupakan ekuitas yang berasal dari dana investasi para investor reksa dana. Kalaupun ada kewajiban, umumnya merupakan kewajiban yang berasal dari utang piutang transaksi surat berharga dan pajak. Sebagai contoh, apabila kita membeli saham, pembayarannya saham baru dilakukan H+3. Sebelum H+3, maka uang yang belum dibayar dianggap sebagai utang.
3. Pendapatan dan Biaya
Pada perusahaan secara umum, income dihasilkan dari penggunaan aset-aset milik perusahaan. Misalnya suatu perusahaan memiliki cash dan mesin, maka cash akan digunakan untuk membeli bahan baku untuk kemudian diolah menjadi barang jadi yang selanjutnya dijual kepada konsumen. Hasil penjualan disebut dengan Pendapatan. Dana yang dikeluarkan selama proses produksi dan proses penjualan disebut Biaya. Demikian pula reksa dana. Perbedaannya, aset dalam reksa dana sudah merupakan instrumen yang dapat menghasilkan Pendapatan sendiri. Dengan demikian, proses produksinya adalah memilih dan membeli aset yang dapat memberikan keuntungan paling maksimal. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli aset surat berharga serta untuk menggaji Manajer Investasi dan Bank Kustodian selama proses pengelolaan tersebut disebut dengan Biaya.
Konsep investasi pada reksa dana pada dasarnya sangat mirip dengan bisnis waralaba. Dalam bisnis waralaba, investor daripada bikin usaha sendiri dan membangun segala sesuatunya dari nol, maka lebih baik menggunakan model bisnis dan sistem waralaba yang sudah jalan dan memiliki reputasi. Cukup menyetorkan uang investasi awal dan setuju dengan skema bagi hasil yang ditawarkan, investor sudah bisa mendapatkan sebuah bisnis yang up and running. Dalam prosesnya tentu tidak setiap waralaba menawarkan keuntungan, bahkan waralaba yang gagal juga ada. Oleh karena itu, investor harus jeli dalam memilih waralaba yang tepat. Jika sudah benar, investor nyaris tidak perlu terlibat dalam operasional bisnis, cukup menghitung profit yang masuk setiap bulannya.
Demikian pula dengan reksa dana, daripada harus menganalisa saham dan obligasi sendiri dari nol, maka lebih baik menggunakan model dan strategi investasi yang dijalankan oleh para Manajer Investasi yang memang profesional pada bidangnya. Investor cukup berinvestasi, maka selanjutnya akan diinvestasikan dalam pasar modal secara profesional. Sama seperti waralaba, Manajer Investasi tentu juga ada yang kinerjanya baik dan kurang baik. Apabila sudah memiliki Manajer Investasi yang baik, investor tinggal melihat bagaimana para Manajer Investasi mengembangkan kekayaannya.
Detail Perhitungan NAB/Up
Jika dalam laporan keuangan, ketiga komponen di atas dapat ditemui dalam Neraca (Aset, Kewajiban dan Ekuitas) dan Laporan Rugi Laba (Pendapatan dan Biaya), maka dalam reksa dana ketiga komponen tersebut dijadikan 1. Aset dalam reksa dana disebut dengan Nilai Aktiva dan Pendapatan berasal dari naik turunnya Nilai Aktiva + Pendapatan Bunga dan Dividen, Kewajiban dan biaya digabungkan menjadi 1 dan Ekuitas diwakili oleh Jumlah unit Penyertaan yang dimiliki oleh Investor. (untuk refresh silakan baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/10/01/back-to-basic-memahami-proses-terbentuknya-reksa-dana/ )
Sebagai ilustrasi, aset, kewajiban dan biaya dalam kaitannya dengan perhitungan NAB/Up dan Subscription-Redemption sebagai berikut:
- “Aset” reksa dana terdiri dari Saham Astra pada harga Rp 8.000 sebanyak 10.000 lembar, Obligasi senilai Rp 10 juta yang memberikan kupon 15% dan Deposito senilai Rp 10 juta yang memberikan bunga 5%. Penjumlahan dari ketiga aset di atas disebut Nilai Aktiva
- Karena reksa dana baru terbentuk, diasumsikan belum ada biaya dan kewajiban. Pengurangan antara Nilai Aktiva dengan Biaya dan Kewajiban disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau sering dikenal Asset Under Management (AUM) dalam industri reksa dana.
- Pada saat pembentukan reksa dana pertama kali diasumsikan harga harus Rp 1000 (sesuai peraturan BAPEPAM-LK). Supaya harganya menjadi Rp 1000, maka dengan NAB Rp 100 juta maka jumlah unit penyertaan yang ada adalah 100.000 unit. Pembagian antara NAB dengan Unit Penyertaan menghasilkan NAB/Up = Rp 1000
- Skenario I, dimana 1 tahun kemudian, harga saham Astra tidak berubah, Obligasi memberikan kupon dan Deposito menghasilkan bunga. Nilai Aktiva menjadi Rp 102 juta. Kemudian ada biaya yang timbul (biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dll) sebesar Rp 2 juta. NAB setelah biaya adalah Rp 100 juta.
- Karena tidak ada aktivitas subscription dan redemption, maka Pembagian antara NAB dengan Unit Penyertaan menghasilkan harga Rp 1000. Sehingga investor yang membeli di harga Rp 1000 sebelumnya tidak untung dan tidak rugi.
- Skenario II, harga Astra naik menjadi Rp 10.000, Obligasi menghasilkan kupon dan deposito menghasilkan bunga. Nilai Aktiva menjadi Rp 122 juta. Dikurangi dengan biaya Rp 2 juta, sehingga dihasilkan NAB Rp 120 juta.
- Pembagian antara NAB dengan Unit penyertaan menghasilkan NAB/Up Rp 1200. Dalam skenario ini, investor mengalami keuntungan sebesar 20% yaitu ketika harganya naik dari Rp 1000 menjadi Rp 1200
- Skenario III, harga Astra turun menjadi Rp 6.000, Obligasi memberikan Kupon dan Deposito menghasilkan bunga. Hasil perhitungan diperoleh Nilai Aktiva 82 Juta dan NAB Rp 80 juta.
- Pembagian antara NAB dengan Unit penyertaan menghasilkan NAB/Up Rp 800. Dalam skenario ini, investor mengalami kerugian sebesar 20% dimana harganya turun dari Rp 1000 menjadi Rp 800.
Demikianlah cara perhitungan NAB/Up setiap harinya. Proses di atas menunjukkan kunci utama kenaikan / penurunan harga suatu reksa dana sangat tergantung kepada saham, obligasi dan pasar uang yang ada dalam portofolio investasi. Bagaimana jika terjadi Subscription dan Redemption? Dalam proses di Manajer Investasi dan Bank Kustodian, biasanya jika terjadi Subscription dan Redemption akan berlaku perhitungan sebagai berikut:
1. Perhitungan menggunakan Skenario II dimana harga naik 20% menjadi Rp 1200
2. Menyadari ada kenaikan investor menjual reksa dana sebanyak 50.000 unit
3. Pada Aset, maka akan dihitung penjualan sebanyak 50.000 unit dikalikan dengan NAB/Up transaksi yaitu Rp 1200 sehingga diperoleh Rp 60 juta. Untuk bisa membayar tersebut maka Manajer Investasi harus menyiapkan uang cash senilai Rp 60 juta. Karena pembayaran reksa dana adalah maks H+7, maka selama kurun waktu tersebut Manajer Investasi akan berusaha memiliki dana tersebut dengan cara menjual saham, obligasi dan atau depositonya. Sebelum dibayar dibukukan sebagai utang.
4. Nilai Aktiva selanjutnya turun menjadi Rp 62 juta. Dikurangi dengan biaya dan kewajiban Rp 2 juta, maka NAB menjadi Rp 60 juta
5. Unit Penyertaan yang tadinya ada 100.000 unit karena sudah dijual 50.000 unit maka akan berkurang menjadi 50.000 unit. Pembagian antara NAB Rp 60 juta dan Unit Penyertaan 50.000 unit akan menghasilkan NAB/Up 1200.
- Menggunakan Skenario III, dimana harga turun dari Rp 1000 menjadi Rp 800.
- Menyadari ada penurunan harga, investor melakukan pembelian senilai Rp 80 juta.
- Akibatnya Nilai Aktiva Reksa Dana akan bertambah dari Rp 82 juta menjadi Rp 162 juta
- Setelah dikurang biaya, maka besarnya NAB adalah Rp 160 juta. Karena ada Subscription, maka Unit Penyertaan reksa dana juga bertambah dari tadinya 100.000 unit menjadi 100.000 + 80 juta / 800 = 100.000 + 100.000 = 200.000 unit. Pembagian antara NAB 160 juta dan Unit Penyertaan 200.000 unit menghasilkan NAB/Up = Rp 800. Atau tidak berubah.
Dari 2 skenario di atas bisa disimpulkan bahwa:
- Subscription dan Redemption, secara matematis, berapapun nilainya tidak akan mempengaruhi harga reksa dana. Sebab perubahan tersebut akan disesuaikan dengan perubahan unit penyertaan
- Subscription dan Redemption dihitung SETELAH NAB/Up di kalkulasi. Jadi, ada 2 proses perhitungan dimana pertama dihitung NAB/Up tanpa mempertimbangkan subscription dan redemption. Baru setelah itu, dihitung lagi NAB/Up baru dengan memperhatikan faktor subscription dan redemption namun hanya pengaruh di Jumlah Unit Penyertaan yang beredar.
Investor perlu menyadari bahwa perubahan harga NAB/Up hanya bisa dipengaruhi dari perubahan harga saham, obligasi dan deposito yang menjadi portofolio investasinya. Usia dan harga reksa dana yang terlalu tinggi atau rendah tidak memiliki pengaruh sama sekali. Pengaruh Jumlah Dana Kelolaan hanya terbatas pada “kesulitan” pengelolaan reksa dana. Dimana semakin besar reksa dana, tingkat pengelolaannya juga semakin tinggi. Namun tidak pada perhitungan harganya. Manajer Investasi dengan strategi yang mumpuni tetap dapat memberikan pendapatan di atas rata-rata jika strategi yang dijalankannya benar.
Demikian sharing kali ini, semoga bermanfaat bagi anda semua.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.




Tinggalkan Balasan ke Ferius Batalkan balasan