Judul di atas mungkin relevan buat bapak ibu investor reksa dana yg memulai investasi reksa dana sejak 3 tahun yg lalu, melakukan autodebet, dan belum pernah melakukan redemption sekalipun sejak saat itu.
Kalau melihat pada gambar di atas, ibarat baru invest sudah untung dan naik terus menerus. Pas lagi mau diambil eehh, malah turun dan nilainya ga beda jauh ama nilain investasi pertama kali..
Memang sih, investasi reksa dana itu katanya jangka panjang, baru 2-3 tahun kok udah nyerah?? Katanya kalau lagi turun berarti saatnya utk beli krn dapat di harga murah. Katanya, pak Presiden sudah marah2 ke jajarannya sehingga semester II nanti akan lebih baik.. Katanya…. Katanya… Dan katanya lagi.
Tapi terus terang saja sebagai investor awam, siapasih yg tidak ngebet melihat hasil investasi sudah jalan tiga tahun dan masih belum berkembang? Siapa yg tidak menyesal tidak menjual mumpung IHSG sudah 2 kali cetak rekor tertinggi dan sekarang sudah turun lagi? Bukankah sudah melakukan autodebet, jadi logikanya harga tinggi dapat, harga rendah juga dapat, kok masih rugi?
Adalah sangat bisa diterima di akal sehat jika anda punya pikiran seperti itu. Namun nasi sudah jadi bubur, karena kita tidak bisa kembali ke masa lalu maka fokus kita adalah ke masa depan.
Bagaimana dgn investasi yg sudah berjalan apakah terus atau stop? Apakah dana yg sudah ada juga dipindahkan ke instrumen yg lebih aman seperti RD Pasar Uang dan RD Pendapatan Tetap?
Kondisi yg dirasakan oleh para investor tersebut dalam istilah pasar modal disebut dengan risiko. Kalau anda belajar ilmu statistik, risiko disebut penyimpangan dari rata-rata. Kalau anda belajar investasi, risiko itu standar deviasi, beta, error, drawdown dan istilah2 canggih lainnya.
Buat saya sederhana, risiko adalah kondisi rugi atau tidak untung. Terkadang, kondisi tersebut membuat anda kecewa dgn yg namanya investasi sehingga memilih berhenti di tengah jalan. Sebagai contoh untuk hasil investasi autodebet selama 3 tahun di Panin Dana Maksima dari periode Agustus 2012 – Juli 2015 adalah sebagai berikut :
Sumber : Investor Toolkit Panin Asset Management
Jika anda melakukan autodebet di Panin Dana Maksima dari periode 1 Agustus 2012 hingga 1 Juli 2015 (36 bulan) dan kemudian menjualnya pada tanggal 9 Juli 2015, maka nilai yang anda dapatkan adalah Rp 35.728.800. Padahal total investasi yang dikeluarkan adalah Rp 36.000.000 sehingga kerugian yang dialami adalah Rp 271.200 ditambah dengan biaya autodebet 1% yaitu Rp 360.000.
Apakah selama periode tersebut selalu merugi? Sebenarnya tidak juga. Jika melihat pada grafik perkembangan hasil investasi di bawah, sebenarnya investor sudah sempat mengalami keuntungan yang ditunjukkan dengan grafik hasil investasi (hijau) di atas grafik modal investasi (merah). Jadi, sebenarnya jika mau, investor bisa melakukan profit taking ketika periode keuntungan tersebut terjadi.
Sumber : Investor Toolkit Panin Asset Management
Hasil investasi memang tidak pasti, jadi dengan melakukan investasi secara disiplinpun kadang-kadang tujuan investasi bisa tidak tercapai. Tapi yg pasti jika kita tidak melakukan investasi, maka sudah pasti tujuan keuangan kita tidak tercapai. Apa yang sebaiknya dilakukan investor menyikapi situasi tersebut?
Kata kuncinya adalah “MENGELOLA RISIKO”. Bagaimana seorang investor mengelola risiko akan sangat menentukan apakah tujuan keuangannya bisa tercapai atau tidak. Ada 4 hal yang dapat investor lakukan agar bisa mengelola risiko
Pertama, Memahami Risiko
Cara utama dalam mengelola risiko adalah dengan memahaminya. Banyak permasalahan dalam hidup terjadi karena salah paham atau tidak paham. Dalam konteks investasi, masih banyak orang awam yg memiliki persepsi negatif terhadap investasi reksa dana karena belum paham dan campur aduk dgn investasi bodong yg marak berkembang di masyarakat.
Masih ada investor reksa dana awam yg masih belum siap dgn fluktuasi tajam di bursa saham. Bisa jadi pemasar tidak menjelaskan dengan baik, investor tidak menyimak, atau baru menyadari hal tersebut ketika risiko terjadi.. dia tidak siap menerimanya.
Jadi pemahaman sangat penting. Paham bahwa investasi di reksa dana bisa berfluktuasi dgn tajam bahkan untuk jenis reksa dana pendapatan tetap sekalipun adalah modal awal. Penyebab fluktuasi tersebut bisa banyak, ada yg internal ada yg eksternal, ada yg karena fundamental ada juga yg karena persepsi . Sebagian dari faktor tersebut mungkin ada yg bisa diprediksikan, tp sebagian tidak.
Oleh karena itu, kesiapan menghadapi risiko sangat penting. Mungkin kita tidak benar2 paham apa yg menyebabkan penurunan ini dan mungkin juga orang lain terutama media yg memberikan penjelasan tidak paham.
Sebab kadang saya melihat ada rumor dan bahkan berita yg salah dalam membahas tentang suatu hal yg kebetulan topiknya saya pahami. Tapi apabila kita siap menghadapi penurunan, maka kita akan terhindar dari kemungkinan mengambil keputusan secara emosional yg didasarkan ada informasi yg belum tentu benar.
Kedua, Memiliki Dana Darurat
Dari pengalaman pribadi dan mengamati para investor di pasar, kesalahan utama dari seorang investor amatir adalah menempatkan seluruh hartanya di reksa dana, terutama reksa dana saham. Akibatnya ketika pasar mengalami penurunan dan kebetulan ada kebutuhan yang sifatnya mendadak, investor terpaksa mencairkan ketika kondisi sedang rugi.
Memiliki dana darurat yang cukup tidak hanya menghindarkan investor dari situasi tersebut, terkadang ketika harga sudah turun ke level yang rendah, sebagian dari dana darurat tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan investasi pada harga yang murah.
Ketiga, Memiliki Ekspektasi Yang Wajar
Sumber dari kekecewaan adalah memiliki ekspektasi yang berlebihan. Terkadang hal ini bukan kesalahan dari investor, akan tetapi karena agen penjual menjelaskan dengan berlebihan atau hanya menonjolkan hal baik tanpa menjelaskan risiko sehingga investor memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi.
Untuk bisa memiliki ekspektasi yang wajar, kita bisa menggunakan data masa lalu sebagai referensi. Kinerja terburuk yang “pernah” terjadi pada masa lalu dapat menjadi gambaran berapa potensi kerugian yang mungkin juga akan kita alami. Sementara rata-rata dari kinerja masa lalu bisa menjadi acuan berapa ekspektasi yang wajar.
Untuk investasi dengan metode lump sum, harapan return yang wajar adalah 17% – 22% dengan periode investasi yang wajar 7 tahun. Yang dimaksud dengan periode investasi 7 tahun, artinya jika investor melalui investasi dengan periode 1 – 6 tahun, kemungkinan investor masih bisa mengalami kerugian dengan besaran 6% hingga 54%.
Referensi : Berapa Asumsi Return Investasi Saham Yang Wajar
Untuk investasi dengan metode autodebet / investasi berkala, harapan return yang wajar adalah 15%-20% dengan periode investasi yang wajar selama 6 tahun. Artinya dengan cara autodebet, hingga 5 tahun sekalipun masih ada kemungkinan investor mengalami kerugian.
Referensi : Berapa Lama Periode Investasi Berkala Yang Ideal
Berdasarkan kedua referensi di atas, itulah alasan mengapa dalam investasi tipe reksa dana saham selalu disarankan untuk jangka panjang di atas 5 tahun. Sebab jika di bawah periode tersebut, kemungkinan untuk mengalami kerugian masih ada. Ekspektasi yang wajar itu tidak hanya soal berapa besaran return, tapi juga periode investasi yang wajar.
Keempat, Melakukan Evaluasi Secara Berkala
Evaluasi perlu dilakukan karena kinerja pasar dan kinerja dari reksa dana pilihan kita bisa jadi tidak sesuai dengan ekspektasi. Untuk evaluasi kinerja pasar, pada dasarnya tidak dapat kita hindari. Untuk itu cara yang paling baik adalah membuat tujuan keuangan dan melakukan pemantauan berdasarkan tujuan keuangan tersebut.
Ketika hasil investasi sudah di atas target yang ditetapkan, investor bisa melakukan profit taking. Memang benar, pasar bisa mengalami periode bearish, tapi pasar tidak bergerak satu arah. Kadang naik kadang turun. Ketika mengalami kenaikan dan hasil investasi lebih baik dari yang kita harapkan adalah wajar jika investor mau melakukan pengambilan keuntungan. Hanya saja, periode evaluasinya jangan terlalu singkat. Bisa 3, 6 atau 1 tahun sekali.
Untuk referensi lengkap bagaimana melakukan hal tersebut, anda bisa membaca Perencanaan Investasi Dengan Reksa Dana? Do It Yourself..
Evaluasi kinerja reksa dana perlu dilakukan ketika kinerjanya tidak sesuai dengan ekspektasi padahal kinerja pasarnya sudah positif. Artinya Manajer Investasi pengelola reksa dana tersebut tidak mampu memberikan tingkat return yang diharapkan yaitu mengalahkan kinerja pasar.
Terus terang yang namanya kinerja reksa dana kalah dengan pasar adalah tidak terhindarkan dalam jangka pendek. Sebab dari penelitian yang saya lakukan sejak reksa dana saham pertama kali ada di Indonesia, tidak ada satupun reksa dana saham yang mampu secara konsisten mengalahkan IHSG setiap tahunnya.
Artinya ada tahun-tahun dimana reksa dana saham mengalahkan IHSG, ada juga tahun dimana kinerjanya kalah. Yang bisa dilakukan adalah dengan melihat reksa dana saham mana yang konsistensinya lebih teruji. Dan meski secara historis teruji sekalipun, tidak ada jaminan bahwa reksa dana tersebut dapat mempertahankan kinerjanya di masa yang akan datang.
Referensi : Apakah Ada Reksa Dana Saham Yang Konsisten Mengalahkan IHSG ?
Oleh karena itu, jangan buru-buru memilih suatu reksa dana hanya karena kinerja reksa dana dalam suatu periode sangat bagus tanpa melihat bagaimana konsistensinya dalam jangka panjang. Jangan pula melepas suatu reksa dana hanya karena kinerjanya buruk dalam suatu periode yang pendek.
Tapi jika sudah terjadi selama beberapa periode berturut-turut dan ternyata ada banyak produk lain dengan kinerja yang lebih baik, mungkin perubahan produk atau diversifikasi bisa anda pertimbangkan.
Kesimpulan
Jadi, bagaimana kesimpulannya? Apakah kalau autodebet sudah jalan 3 tahun tapi masih belum untung sebaiknya diberhentikan atau terus lanjut? Kalau menurut saya, apabila anda sudah melakukan 4 langkah mengelola risiko di atas, anda akan punya jawabannya sendiri.
Mengelola Risiko adalah bagian “Focus” dari buku Fit.Focus.Finish yang diperlukan agar anda bisa mendapatkan kesuksesan dalam berinvestasi reksa dana. Dalam buku tersebut, juga dilakukan pembahasan secara komprehensif tidak hanya ekspektasi yang wajar untuk saham, tapi juga obligasi dan ketiga jenis reksa dana yaitu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran dan reksa dana saham.
Anda bisa mendapatkan bukunya di Toko Buku Gramedia terdekat, membeli versi e-book, atau via pesan buku di atas.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Sumber Gambar : Istockphoto, http://www.panin-am.co.id



Tinggalkan komentar