Boom and Bust Saham IPO 2018


Kenaikan tersebut berkisar antara 50 – 70% yang menyebabkan saham tersebut kena auto reject batas atas dan beberapa di antaranya bahkan terkena suspensi karena pergerakan harga yang tidak wajar (Unusual Market Activity – UMA)

Berikut ini adalah kutipan dari Harian Kontan

Sumber : E-Paper Harian Kontan 26 November 2018 (klik untuk memperbesar)

Sebagai investor saham, tentu saja senang karena harga saham IPO mengalami kenaikan (boom) yang signifikan sehingga menawarkan peluang investasi yang menarik. Namun tidak semua pengalaman investasi saham IPO di tahun 2018 ini menyenangkan.

Ada yang tidak mendapat alokasi penjatahan saham, ada yang ikut-ikutan membeli pada harga sekunder dan mengalami penurunan (bust) yang signifikan, ada juga yang sahamnya kurang likuid sehingga mengalami kesulitan untuk dijual dalam jumlah besar.

Sebagai contoh, berikut ini adalah pergerakan beberapa saham IPO di tahun 2018. Ada yang naik signifikan dan masih dalam tren kenaikan seperti BTPS, ada yang naik puluhan kali lipat seperti TCPI, Ada yang sempat naik tinggi kemudian turun LCKM, ada juga yang harganya turun di bawah harga IPO seperti TRUK. (Penyebutan saham hanya contoh – bukan rekomendasi untuk jual beli)

Seperti apa Boom dan Bust untuk keseluruhan saham IPO 2018 ini? Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya melakukan penelitian. Proses dan hasilnya sebagai berikut

Continue reading “Boom and Bust Saham IPO 2018”
Advertisement

IHSG di Tahun Politik 2004 – 2009 – 2014

What's Next?

Pergerakan nilai tukar Rp terhadap USD yang beberapa kali sempat menyentuh Rp 15.000 dan harga saham obligasi yang menurun di tahun 2018 (sampai dengan awal September ini) menjadi perhatian bagi investor reksa dana. Banyak pertanyaan seperti sampai di level berapa IHSG dan Rp akan melemah, apakah sebaiknya dilakukan cutloss atau malah masuk kembali, dan berapa target IHSG di akhir tahun.

Terus terang, sampai di level berapa IHSG dan Rp dan kira-kira di akhir tahun nanti IHSG bisa ada di berapa, saya tidak tahu. Faktor-faktor yang memberikan sentimen negatif seperti rencana kenaikan suku bunga, perang dagang antara US dengan China,  harga minyak yang tinggi (sehingga menyebabkan kebutuhan USD semakin besar), dan krisis mata uang yang menimpa negara berkembang lain seperti Turki, Argentina, Iran, dan terakhir Afrika Selatan kelihatannya masih belum akan berubah dalam waktu dekat.

Namun yang jelas, saya melihat adanya kehadiran dan upaya yang sangat keras dari pemerintah untuk menjaga situasi perekonomian. Mulai dari kenaikan suku bunga BI Rate, menurunnya cadangan devisa yang dipergunakan untuk intervensi nilai tukar, penggunaan biodiesel untuk bahan bakar solar, penetapan tarif impor untuk barang tertentu, dan berbagai himbauan untuk menukarkan USD dan menggunakan produk dalam negeri telah dilakukan.

Meskipun tidak serta merta dapat mengangkat nilai tukar, paling tidak bisa menahan agar nilainya tidak turun secara signifikan dibandingkan dengan negara lain. Nilai tukar mata uang yang melemah biasanya menjadi sentimen negatif bagi harga saham dan obligasi, sehingga berdampak pula terhadap kinerja reksa dana.

Bagi investor yang merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi yang ada, sebagai pemilik dana adalah hak mutlak untuk melakukan pengalihan (switching) ke jenis reksa dana yang lebih konservatif seperti reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap. Namun untuk investor yang masih sabar dan berorientasi jangka panjang, biasanya pada tahun politik dimana pemilihan Presiden dilakukan, kinerja IHSG selalu positif. Hal ini terlihat dari statistik IHSG di tahun 2004, 2009 dan 2014 yang masing-masing positif sebesar 44.56%, 86.98% dan 22.29%.

Yang menjadi pertanyaan, pada saat kapan kenaikan di IHSG terjadi? Apakah sebelum, pada saat atau sesudah pemilihan dilakukan? Bagaimana pula analisanya untuk tahun 2019 ini ? Berikut hasil data dan analisanya. Continue reading “IHSG di Tahun Politik 2004 – 2009 – 2014”

Aliran Dana Asing dan IHSG : Januari – Juli 2017

IHSG dan Aliran Dana Asing

Apabila kita mencermati aliran dana asing di saham selama beberapa bulan terakhir, investor pasti menyadari bahwa tren dana asing sekarang cenderung sedang keluar dari pasar saham Indonesia. Hal ini menjadi anomali karena belum lama ini lembaga pemeringkat hutang Indonesia yaitu Standard & Poors (S&P) menyematkan peringkat BBB- dengan outlook positif yang merupakan kategori Investment Grade (layak investasi).

Logikanya dengan rating investment grade, investor asing seharusnya akan lebih banyak membeli dibandingkan menjual sehingga yang terjadi adalah net buy bukan net sell. Namun kenyataannya net sell asing sudah berjalan selama 2 bulan terakhir. Seberapa banyak net sell telah terjadi dibandingkan posisi awal tahun? Apakah net sell masih akan terus terjadi? Dan bagaimana dampaknya terhadap IHSG? Continue reading “Aliran Dana Asing dan IHSG : Januari – Juli 2017”

Investasi Reksa Dana Saham Paska Rating Upgrade S&P

S&P 500 Pure Concept I

Tanggal 19 Mei 2017 yang lalu, surat hutang Indonesia mendapatkan rating BBB- dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (disingkat S&P). Rating BBB- merupakan rating kategori layak investasi atau dikenal dengan investment grade, merupakan suatu prestasi yang luar biasa bagi pemerintahan Joko Widodo.

Berita tentang rating Indonesia ini sebenarnya sudah ditunggu-tunggu sejak awal tahun. Sempat ada optimisme yang tinggi Indonesia bisa memperoleh rating investment grade, namun seiring dengan perkembangan kondisi perpolitikan Indonesia, optimisme ini memudar. Bahkan 1-2 minggu sebelum pengumuman, sudah beredar berbagai analisis yang mengatakan kemungkinan besar rating Indonesia tidak naik, termasuk dari saya sendiri.

Pada saat sebagian besar menyangka rating tidak naik dan bahkan bersiap untuk mengantisipasi penurunan karena adanya kepercayaan Sell in May and go Away, berita kenaikan rating ini mengejutkan banyak pihak dalam arti yang positif. Begitu berita kenaikan tersebar di Bloomberg pertama kali sekitar jam 3an sore hari, IHSG langsung melonjak tinggi.

Screen Shot 2017-05-22 at 2.53.11 AM

 

Yang menjadi pertanyaan, apakah rally IHSG karena kenaikan rating ini bisa terus bertahan? Secara umum, banyak pelaku pasar modal yang mengatakan harga wajar IHSG untuk tahun 2017 ini sekitar 6000, dengan adanya kenaikan rating ini apakah harga wajar IHSG bisa meningkat ? Continue reading “Investasi Reksa Dana Saham Paska Rating Upgrade S&P”

Apakah Siklus Krisis Keuangan 10 Tahun Akan Terjadi di 2018 ?

Krisis Finansial

Dalam conference call bulanan beberapa waktu yang lalu, ada pertanyaan mengenai siklus krisis keuangan 10 tahunan. Untuk mengingatkan kembali pada tahun 1997-1998 ada krisis keuangan di Asia yang menimpa berbagai negara di Asia. Kemudian pada tahun 2008, krisis keuangan global yang berawal dari Amerika mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia. Apakah pada tahun 2018 nanti, siklus krisis keuangan 10 tahunan akan kembali terulang ?

Sebetulnya definisi krisis keuangan sendiri juga masih belum terlalu jelas. Masyarakat secara umum mungkin akan menganggap nilai mata uang yang melemah dan suku bunga di bank yang tinggi sebagai indikator krisis, kalangan pekerja akan mengganggap hilangnya lapangan pekerjaan sebagai tanda telah terjadi krisis, investor saham dan reksa dana akan mengganggap nilai saham dan NAB/Up reksa dana yang turun sebagai tanda telah terjadinya krisis, sementara ada juga ekonom yang mengganggap krisis adalah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi domestik (GDP) tumbuh negatif selama 2 kuartal berturut-turut.

Perbedaan akan definisi krisis itu sendiri membuat terkadang sulit untuk mendefinisikan apakah suatu kondisi bisa digolongkan sebagai krisis atau tidak. Dengan kondisi setiap negara dan perekonomian yang berbeda-beda, belum tentu ketika krisis terjadi di suatu negara, negara lain mengalami kesulitan yang sama. Dan dimanapun, jika ada pihak yang dirugikan secara ekonomi, tentu ada pula pihak yang diuntungkan.

Sebagai contoh, dalam kondisi ketika mata uang Rupiah sedang melemah, perusahaan yang berbisnis ekspor akan diuntungkan karena harga jual menjadi lebih murah dan pendapatan meningkat karena diterima dalam mata uang asing. Sementara dalam kondisi mata uang Rupiah sedang menguat, perusahaan yang berbisnis impor akan diuntungkan karena harga barang yang didatangkan dari luar negeri menjadi lebih murah.

Karena luasnya definisi krisis, sebetulnya entah disadari atau tidak, jika semua definisi krisis diterima, siklus krisis keuangan tidak lagi terjadi 10 tahunan. Bahkan siklus krisis semakin pendek dan terjadi dari waktu ke waktu. Continue reading “Apakah Siklus Krisis Keuangan 10 Tahun Akan Terjadi di 2018 ?”