Istilah Quantitative Easing atau sering disingkat dengan QE sangat populer belakangan ini. Bagi anda yang masih awam, QE secara sederhana merupakan salah satu aksi pemerintah untuk mengatasi perlambatan ekonomi ataupun masalah likuiditas yang terjadi di negara tersebut. Bagaimana efek dari QE terhadap IHSG? Apakah aksi pemerintah ini dapat dijadikan kesempatan untuk melakukan investasi saham?
Meski kebijakan ini dilakukan juga oleh Jepang, Inggris dan ECB (Euro), investor Indonesia lebih mengenal aksi QE yang dilakukan oleh pemerintah AS. Hal ini tidak terlepas dari pemberitaan media massa yang lebih banyak berfokus pada kebijakan negara Paman Sam tersebut. Dalam 1 dekade terakhir, sudah 3 kali QE dilakukan oleh pemerintah AS atau dikenal dengan QE1, QE2 dan QE3.
Pada dasarnya QE dilakukan oleh pemerintah (Bank Sentral) dengan cara menambah likuiditas (jumlah uang beredar) yang ada di pasar. Penambahan likuiditas dilakukan dengan cara membeli obligasi / surat utang dari perusahaan / bank. Dengan adanya dana segar, perusahaan dan bank diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian dengan melakukan ekspansi atau menyalurkan kredit.
Pada kenyataannya, dalam kondisi krisis dimana2, pemberian kredit atau ekspansi merupakan pilihan berisiko. Bagi bank / perusahaan yang ingin mencari aman, investasi dilakukan pada aset finansial seperti saham, obligasi dan komoditas ataupun properti. Hal itulah yang menyebabkan kenapa setiap kali ada kebijakan QE, harga-harga aset finansial tersebut ikut naik.
Terkait tentang QE, sebenarnya sudah cukup banyak dibahas di berbagai media massa. Pada edisi Tabloid Kontan Mingguan Edisi minggu ini (24 September 2012), ada suatu artikel menarik yang ditulis oleh salah seorang pengamat dari Bank Indonesia. Penjelasan tentang QE dibahas dengan sangat komprehensif, berikut efek-efeknya terhadap perekonomian secara makro. Anda bisa mendapatkan informasi mengenai QE lebih banyak pada artikel tersebut.
Bagaimana Efek QE terhadap IHSG ?
Bagi investor saham dan reksa dana saham, tentu perhatian utama pada QE adalah bagaimana efek dari kebijakan pemerintah ini terhadap harga saham? Sampai sejauh mana harga saham akan naik dengan adanya kebijakan QE ini? Dan apa yang terjadi jika kebijakan ini berakhir? Ada yang mengatakan “Don’t Fight the Fed” ada pula yang berpendapat “Efek QE terhadap IHSG Terbatas”. Mana yang lebih benar?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya melakukan penelitian terhadap kebijakan yang dilakukan terdahulu dan berikut pergerakan IHSG. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Quantitative Easing 1 (Dari Desember 2008 hingga Maret 2010)
QE 1 dilakukan dalam 2 tahapan. Tahapan pertama, Pada tanggal 25 November 2008, the Fed mengumumkan akan membeli hingga 600 miliar USD pada Mortgage Backed Securities (MBS) – Efek Beragun KPR dan hutang agensi. Pada tanggal 16 Desember, program tersebut diluncurkan secara resmi. Tahapan kedua, pada tanggal 18 Maret 2009, komite FOMC (Federal Open Market Committe) kembali mengumumkan kelanjutan program dengan tambahan 750 milliar USD pada MBS dan utang agensi serta 300 milliar pada Surat utang negara (Treasury). Berdasarkan informasi di atas dana yang dikeluarkan mencapai 1,65 triliun USD. Meski secara akumulasi disebutkan saya sempat membaca artikel yang menyebutkan angka 1,7 hingga 2 triliun USD.
Quantitative Easing 2 (QE2 dari Nov 2010 ke Jun 2011 )
Pada 3 November 2010, The Fed mengumumkan akan membeli 600 milliar USD obligasi jangka panjang secara bertahap sebesar 75 milliar USD per bulan. Program ini berakhir pada Juni 2011.
Dari 2 grafik perbandingan antara kebijakan QE dan pergerakan IHSG, bisa dilihat bahwa QE1 memiliki efek yang jauh lebih besar terhadap kenaikan IHSG dibandingkan QE2. Secara nominal, memang QE1 yang sebesar 1,65 triliun hampir 3 kali lipat jika dibandingkan QE2 yang “hanya” sebesar 600 Milliar USD. Selain itu, faktor valuasi juga menurut saya banyak berperan serta. Pada tahun 2008, IHSG sudah turun ke level PER (Price Earning Ratio) sekitar 4-5 kali, jauh di bawah rata-rata yang sekitar 14-16 kali. Pada pertengahan november 2010, PER sudah berkisar antara 20 – 21 kali, yang tentu secara valuasi sudah dianggap terlalu mahal.
Bagaimana dengan QE3?
Dari informasi yang saya peroleh, QE3 dilakukan dengan cara membeli Mortgage Backed Securities sebesar 40 milliar USD per bulan hingga waktu yang tidak ditentukan. Secara nominal per bulan, hampir setengah dari QE2, namun secara total jumlahnya bisa dikatakan tidak terbatas. Sebab waktu berakhirnya program ini tidak ditentukan. Sepertinya the Fed telah belajar dari pengalaman terdahulu, dimana penggelontoran dana dalam jumlah besar sekaligus bisa meningkatkan nilai aset dengan cepat sehingga tercipta asset buble. Jika diberikan secara bertahap, seperti pada QE2, kenaikan harga aset memang terjadi namun tidak sampai buble. Selain itu, kebijakan QE3 juga didukung komitmen untuk mempertahankan suku bunga kredit yang rendah hingga 2015.
Setelah QE2 berakhir, memang sempat terjadi penurunan pada harga aset seperti emas, saham dan lainnya, namun tidak sampai crash seperti pada tahun 2008. Seiring dengan berjalannya mekanisme pasar, harga saham juga perlahan2 naik mengikuti kenaikan laba bersih perusahaan.
Melihat gejala tersebut, menurut saya kebijakan QE3 yang dilakukan dengan pembelian secara bertahap sudah tepat dalam hal menghindari terjadi buble pada aset. Namun di satu sisi, hal ini mungkin bukan merupakan hal yang sangat baik bagi investor saham atau reksa dana saham terutama bagi mereka yang berharap ada kenaikan tinggi pada harga saham terkait kebijakan ini.
Secara valuasi, saat ini PER ratio ada di sekitar rata-rata antara 15-16 kali. Dengan demikian, kesempatan untuk naik memang masih ada, namun seharusnya tidak akan signifikan seperti pengalaman pada QE1. Sekalipun ada, rasa-rasanya kebijakan QE lebih berpengaruh kepada harga komoditas seperti emas (Koreksi, sebelumnya disebutkan Emas dan Batu Bara, namun setelah koreksi menjadi emas saja) dibandingkan harga saham. Namun sama seperti saham, seharusnya juga tidak ada kenaikan yang signifikan KECUALI nilai dana yang digelontorkan dalam kebijakan ini meningkat secara signifikan.
Demikian sharing kali ini, semoga bermanfaat bagi anda semua. Salam….
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.



Tinggalkan Balasan ke susanto Batalkan balasan