Dalam beberapa artikel sebelumnya, penelitian tentang buy and hold vs market timing saya lakukan dengan menggunakan metode analisa teknikal seperti Simple Moving Average dan Relative Strength Index. Selain kedua cara tersebut, sebetulnya masih terdapat banyak sekali metode analisa teknikal yang lain seperti Parabolic SAR, candle stick, ichimoku dan berbagai metode lainnya. Namun dalam tulisan kali ini, saya akan mencoba cara yang lain.
Sebab penggunaan metode teknikal analisis terkadang tidak praktikal saat dilapangan. Sinyal yang dikeluarkan oleh analisis teknikal adalah cuman buy dan sell. Tidak perduli apakah akibat dari keputusan tersebut adalah anda merugi atau tidak. Akibatnya tidak semua investor benar-benar merealisasikan kerugiannya ketika disuruh melakukan sell. Akibatnya efektivitas cara tersebut tidak bisa diukur karena investor tidak “patuh” 100%. Selain itu, tidak semua investor memiliki fasilitas dan data untuk melakukan perhitungan yang dimaksud.
Cara yang saya gunakan kali ini cukup sederhana. Investor membeli reksa dana saham yang returnnya tertinggi tahun lalu dan memegangnya selama 1 tahun. Pada akhir tahun tersebut, investor kembali melihat reksa dana saham mana yang returnnya paling tinggi. Apabila sama dengan tahun sebelumnya, maka reksa dana tersebut tetap dipegang, sementara jika berbeda, maka reksa dana yang lama dijual semua dan dipindahkan ke reksa dana return nomor 1 yang baru. Dalam istilah investasi, perilaku seperti ini disebut Chasing Return.
Dalam meneliti metode ini, saya cenderung menggunakan reksa dana saham dibandingkan dengan saham. Sebab saham dengan return tertinggi umumnya tidak begitu diketahui oleh publik. Terkadang saham tersebut juga tidak bisa dibeli karena faktor likuiditas yang kurang. Untuk informasi reksa dana saham yang returnnya paling tinggi, cenderung tidak terlalu sulit diperoleh informasinya karena dipublikasikan di media massa. Investor juga dapat dengan mudah melakukan pembelian dan penjualan tanpa dipengaruhi oleh faktor likuiditas karena bisa dibeli kapan saja.
Saya yakin terdapat banyak investor yang melakukan hal ini meskipun caranya mungkin tidak sama persis seperti yang saya kemukakan. Apakah cara ini bisa mengalahkan IHSG atau metode market timing lainnya? silakan ikuti terus artikel ini.
Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan dana reksa dana saham di Indonesia sejak tahun 2002 – 2013 dari http://www.infovesta.com.
2. Mencari reksa dana yang menjadi peringkat I secara return setiap tahunnya. Peringkat pertama secara return ini adalah benar-benar dari return saja. Tidak ada embel-embel risiko, jumlah dana kelolaan, asing atau lokal, dijual bank atau tidak, dan lainnya. Dari perhitungan return tersebut kemudian diurutkan dan diambil yang nomor satu saja.
Reksa Dana Saham yang peringkat Returnnya nomor 1 selama 12 tahun terakhir adalah sebagai berikut
| Tahun | Reksa Dana Saham Peringkat I Return | Return (%) |
| 2002 | Schroder Dana Prestasi Plus | 32.26 |
| 2003 | Schroder Dana Prestasi Plus | 78.83 |
| 2004 | Batavia Dana Saham | 66.57 |
| 2005 | Dana Pratama Ekuitas | 43.78 |
| 2006 | Emco Mantap | 114.39 |
| 2007 | Emco Mantap | 102.37 |
| 2008 | Panin Dana Maksima | -36.10 |
| 2009 | Pratama Saham | 170.63 |
| 2010 | Panin Dana Maksima | 102.10 |
| 2011 | Emco Mantap | 23.93 |
| 2012 | SAM Indonesian Equity Fund | 39.72 |
| 2013 | Millenium Equity | 71.76 |
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa dari 12 tahun sejarah reksa dana saham, hanya ada 3 reksa dana saham yang mampu mendapat peringkat I lebih dari 1 kali yaitu Schroder Dana Prestasi Plus, Emco Mantap (dulu Makinta Mantap) dan Panin Dana Maksima. Dan hanya Schroder Dana Prestasi Plus dan Emco Mantap yang mampu melakukannya berturut-turut.
3. Melakukan investasi berdasarkan peringkat return periode sebelumnya. Karena data return pertama kali adalah tahun 2002, maka investasi baru dilakukan mulai dari akhir 2002 dan seterusnya hingga 2013. Pada tahun-tahun dimana tingkat returnnya negatif seperti 2008, investor tetap konsisten melakukan strategi ini.
Sebagai contoh, peringkat I pada tahun 2002 adalah Schroder Dana Prestasi Plus dengan return 32.26%. Maka pada akhir tahun 2002 investor akan membeli reksa dana tersebut senilai Rp 1.000.000 dan mendapatkan return 78.83% pada tahun 2003. Kebetulan reksa dana ini tetap menjadi reksa dana dengan return tertinggi sehingga kembali dibeli pada akhir 2003 dengan menggunakan modal + keuntungan dari investasi tahun lalu dan mendapat return 60.81% pada tahun 2004. Pada tahun ini, peringkat return tertinggi berpindah ke Batavia Dana Saham dengan return 66.57%. Kembali dana + akumulasi keuntungan diinvestasi pada Batavia Dana Saham pada tahun 2005 dengan tingkat keuntungan 27.29%. Langkah di atas dilakukan secara berulang-ulang hingga 2013.
Dengan asumsi nilai investasi awal adalah Rp 1.000.000, tidak ada biaya masuk dan keluar, dan diasumsikan redemption subcription reksa dana dilakukan dalam hari yang sama, hasilnya adalah sebagai berikut:
| Tahun | Investasi | Return (%) | Nilai Investasi |
| 1,000,000 | |||
| 2003 | Schroder Dana Prestasi Plus | 78.83 | 1,788,316 |
| 2004 | Schroder Dana Prestasi Plus | 60.81 | 2,875,871 |
| 2005 | Batavia Dana Saham | 27.29 | 3,660,764 |
| 2006 | Dana Pratama Ekuitas | 66.82 | 6,107,054 |
| 2007 | Emco Mantap | 102.37 | 12,358,990 |
| 2008 | Emco Mantap | -64.53 | 4,383,819 |
| 2009 | Panin Dana Maksima | 123.59 | 9,801,738 |
| 2010 | Pratama Saham | 38.21 | 13,547,154 |
| 2011 | Panin Dana Maksima | 9.70 | 14,860,902 |
| 2012 | Emco Mantap | 15.86 | 17,217,713 |
| 2013 | SAM Indonesian Equity Fund | 13.34 | 19,515,077 |
Dengan melakukan strategi di atas, maka hasil investasi Rp 1.000.000 akan menjadi Rp 19.515.077 dalam 11 tahun atau naik sebesar 1951%. Meski demikian perlu diketahui juga bahwa pada tahun 2008, investor tetap konsisten melakukan cutloss meskipun tingkat kerugian mencapai 64%.
4. Melakukan perbandingan dengan metode buy and hold. Dalam artikel sebelumnya, saya selalu menggunakan IHSG sebagai perbandingan karena metode market timingnya juga diuji pada IHSG. Dalam perbandingan kali ini saya akan membandingkan dengan IHSG dan reksa dana saham. Dimana produk yang saya pilih adalah Panin Dana Maksima karena reksa dana ini telah memiliki track record yang panjang dan merupakan salah satu acuan reksa dana berkinerja baik di Indonesia. Untuk itu, berikut saya tampilkan data return tahunan untuk periode yang sama :
| Tahun | Return Tahunan (%) | ||
| Chasing Return | IHSG | Panin Dana Maksima | |
| 2003 | 78.83 | 62.82 | 65.45 |
| 2004 | 60.81 | 44.56 | 35.98 |
| 2005 | 27.29 | 16.24 | 26.64 |
| 2006 | 66.82 | 55.29 | 70.36 |
| 2007 | 102.37 | 52.08 | 32.64 |
| 2008 | -64.53 | -50.64 | -36.10 |
| 2009 | 123.59 | 86.98 | 123.59 |
| 2010 | 38.21 | 46.13 | 102.10 |
| 2011 | 9.70 | 3.20 | 9.70 |
| 2012 | 15.86 | 12.94 | 8.68 |
| 2013 | 13.34 | -0.98 | -0.38 |
Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan nilai investasi awal Rp 1.000.000 dengan hasil sebagai berikut:
| Tahun | Nilai Investasi Awal Rp 1.000.000 | ||
| Chasing Return | IHSG | Panin Dana Maksima | |
| 2003 | 1,788,316 | 1,628,192 | 1,654,466 |
| 2004 | 2,875,871 | 2,353,760 | 2,249,759 |
| 2005 | 3,660,764 | 2,735,947 | 2,849,003 |
| 2006 | 6,107,054 | 4,248,783 | 4,853,454 |
| 2007 | 12,358,990 | 6,461,537 | 6,437,528 |
| 2008 | 4,383,819 | 3,189,576 | 4,113,513 |
| 2009 | 9,801,738 | 5,963,895 | 9,197,363 |
| 2010 | 13,547,154 | 8,715,177 | 18,587,479 |
| 2011 | 14,860,902 | 8,993,984 | 20,390,018 |
| 2012 | 17,217,713 | 10,158,112 | 22,160,307 |
| 2013 | 19,515,077 | 10,058,075 | 22,076,559 |
Dari perkembangan hasil investasi di atas, ada beberapa hal yang cukup menarik:
- Pada tahun 2003 – 2007 metode chasing return jauh mengalahkan IHSG dan Panin Dana Maksima. Bahkan perbedaannya mencapai hampir 100%
- Namun pada tahun 2008, penurunan yang terjadi juga sangat dalam. Hal ini meski secara nilai masih lebih tinggi, namun hanya tersisa sekitar 35%nya. Hal ini membuktikan bahwa strategi chasing return bisa sangat high risk high return.
Artikel ini kembali membuktikan bahwa strategi buy and hold yang dipadu dengan pemilihan reksa dana yang tepat, masih lebih baik diibandingkan dengan strategi market timing. Dengan adanya perkembangan pada fasilitas transaksi reksa dana seperti switching, supermarket reksa dana online, tools-tools analisa yang semakin canggih, dan berita tentang perkembangan pasar yang semakin bisa diakses menjadikan investor dan terkadang agen penjual semakin paham terhadap perkembangan pasar.
Hal ini memang bagus, namun di satu sisi, saya melihat ada sebagian investor dan agen penjual yang berubah menjadi analis. Investasi reksa dana saham yang seharusnya jangka panjang menjadi semakin pendek. Hanya karena ada satu-dua berita di pasar, atau reksa dana yang kinerjanya lebih bagus, investor dengan mudahnya melakukan penarikan atau pemindahan dana. Padahal dalam jangka panjang, belum tentu cara tersebut lebih baik. Paling tidak terbukti dalam riset yang saya lakukan di atas. Bahkan yang lebih parah, ada investor yang melakukan trading pada reksa dana saham selayaknya pada transaksi saham.
Hal di atas memang tidak melanggar peraturan namun dalam pendapat saya cara tersebut tidak benar. Investasi reksa dana, esensinya mempercayakan kepada Manajer Investasi. Evaluasi memang perlu dilakukan namun itu tidak sama dengan trading. Apabila takut kecewa karena salah memilih satu produk, maka kita bisa membeli beberapa produk sebagai langkah diversifikasi. Namun prinsipnya investasi reksa dana saham tetap harus jangka panjang dan disesuaikan dengan tujuan investasi. Mengutip Warren Buffet
Demikian artikel kali ini, semoga bermanfaat bagi anda semua.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Sumber Gambar : istockphoto.com, Microsoft Power Point, Twitter
Sumber Data : http://www.infovesta.com.

Tinggalkan Balasan ke teguh Batalkan balasan