Selama bulan Juni, Juli dan Agustus 2016, IHSG mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Faktor pendorongnya bermacam-macam mulai dari disahkannya UU Pengampunan Pajak, suku bunga The Fed yang tidak jadi naik, hingga reshuffle kabinet yang susunan menterinya lebih diterima oleh pasar. Yang menjadi pertanyaan investor adalah apakah tren ini akan terus berlanjut ? Apa saja faktor risiko yang harus diperhatikan oleh investor?
Berikut ini update market dari Panin Asset Management untuk Agustus 2016.

Sumber: Yahoo Finance
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menjadi perhatian antara lain :
Pilpres AS dan Fed Fund Rate
Pemilihan Presiden Amerika Serikat akan dilaksanakan pada 8 November 2016. Saat ini kondisi politik di AS kurang lebih sama seperti kondisi Pilpres di Indonesia pada tahun 2014 dimana ada 2 kubu dengan perbedaan yang sangat tipis. Hal ini menyebabkan kondisi politik menjadi cukup “panas” dan investor lebih memilih menahan diri meskipun pada tahun 2014 IHSG mengalami kenaikan > 20%. Dari 2 calon yang ada, salah satunya merupakan calon yang seandainya terpilih diperkirakan bisa berdampak negatif terhadap pasar secara keseluruhan.
Paska Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) dunia dilanda ketidakstabilan karena khawatir akan dampak yang disebabkan. Meskipun secara kesepakatan, proses perceraian ini memerlukan waktu hingga 2 tahun, hal ini telah membuat The Fed menunda kenaikan suku bunga yang direncakan pada bulan Juni lalu. Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi perekonomian AS memang cenderung membaik namun perlambatan pertumbuhan ekonomi masih terjadi di negara lainnya di dunia. Saat ini ada pandangan bahwa suku bunga The Fed seharusnya dipertahankan atau bahkan diturunkan, ada juga yang masih berpandangan bahwa suku bunga The Fed sudah bisa dinaikkan setelah tertunda kemarin. Bagi pasar modal Indonesia, kenaikan suku bunga The Fed dapat berdampak negatif. Namun sekalipun ini terjadi, biasanya dampaknya hanya sesaat karena saat ini fokusnya di kondisi domestik.
Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi dan Perubahan Struktur Perekonomian
Devaluasi Yuan China pada tahun 2015 telah menyebabkan gejolak pada pasar keuangan dan pasar modal di seluruh dunia. Untuk tahun 2016, Panin Asset Management memperkirakan bahwa risiko terjadinya devaluasi Yuan adalah tidak ada karena target pemerintah China sudah tercapai, yaitu selisih antara nilai tukar Yuan di dalam dan luar negeri hampir sama. Saat ini, China melakukan perubahan struktur ekonomi dari yang sebelumnya berbasis ekspor menjadi berbasis konsumsi domestik memanfaatkan ledakan jumlah penduduk kelas menengah. Hal ini menyebabkan harga komoditas yang pada tahun-tahun sebelumnya naik karena besarnya permintaan dari China seharusnya belum akan terulang dalam 1-2 tahun ke depan. Perubahan struktur ekonomi tersebut menuntut perusahaan untuk lebih efisien juga menyebabkan memburuknya kualitas kredit perusahaan dan diperkirakan bisa menjadi faktor risiko baru. Namun, dengan cadangan devisa yang besar, seharusnya dampak dari risiko kredit ini bisa diminimalkan.
Amnesti Pajak dan Reshuffle Kabinet
Euforia pasar yang disebabkan oleh amnesti pajak diperkirakan masih akan terus berlanjut dengan catatan realisasi amnesti pajak sesuai atau tidak terlalu jauh dari target pemerintah. Per 10 Agustus 2016, nilai amnesti pajak telah mencapai lebih dari Rp 11 Triliun. Nilai ini masih relatif belum besar karena bagi Wajib Pajak Besar, proses kelengkapan dokumen membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu, masih terdapat pertanyaan terkait teknis pelaksanaan dan tata cara penyaluran ke sektor riil. Antusias masyarakat untuk mengikuti program Amnesti Pajak sangat besar karena kegiatan sosialisasi langsung dilakukan oleh Presiden beserta menteri terkait. Penunjukan gateway yang melibatkan sektor swasta juga menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari keberhasilan programnya tidak dapat berjalan sendiri melalui BUMN saja. Keterlibatan swasta dalam program pemerintah merupakan hal yang positif.
Kabinet kerja jilid 3 dengan masuknya Ibu Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan sangat berdampak positif bagi pasar modal. Meskipun pada saat masuk, langsung dilakukan perubahan APBN dengan memotong anggaran, hal ini sangat positif karena membuat APBN lebih realistis. Target pendapatan pajak dalam APBN yang dipatok terlalu tinggi menyebabkan pengumpulan pajak terlalu “agresif”, bersamaan dengan itu kondisi ekonomi pada tahun 2014 – 2015 mengalami perlambatan sehingga bersifat kontraproduktif. Dengan anggaran yang lebih realistis dan didukung dengan UU Pengampunan Pajak, target pajak ke depan akan lebih mudah tercapai dan berkesinambungan. Hal ini berdampak positif bagi pasar modal tidak hanya tahun ini tapi juga tahun-tahun mendatang
Kabinet kerja jilid 3, disetujuinya UU Pengampunan Pajak, dan proses yang mulus dalam penunjukkan Kapolri menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo memiliki kontrol yang semakin kuat dalam pemerintahan. Dengan demikian, diharapkan eksekusi program pemerintah dapat berjalan lebih baik.
Target APBN yang lebih realistis berpotensi menyebabkan rating Indonesia dinaikkan dari Non Investment Grade menjadi Investment Grade oleh S&P pada akhir tahun ini setelah sebelumnya masih dipertahankan pada saat penilaian awal tahun. Salah satu penyebabnya adalah dianggap target pendapatan yang tidak realistis. Apabila terjadi, dana asing akan semakin banyak masuk ke Indonesia karena Yield surat utang Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Yield surat utang negara lain dengan rating sejenis. Hingga Agustus 2016, diperkirakan dana asing yang masuk ke surat utang negara sudah lebih dari Rp 100 triliun dan ke saham sudah lebih dari Rp 30 triliun
Sumber : Rilis BPS
Tingkat pertumbuhan PDB pada kuartal II 2016 mencapai 5.18% hal ini sangat positif karena lebih tinggi dari perkiraan umum yang sebesar 5% dan angka pertumbuhan ekonomi pada 2015. Secara historis, tingkat pertumbuhan IHSG biasanya teramat bagus ketika ekonomi sedang mengalami percepatan (tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari periode sebelumnya). Meski demikian, dari laporan keuangan perusahaan yang sudah dipublikasikan, tingkat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih masih belum menunjukkanpertumbuhan yang sesuai ekspektasi. Kenaikan di bursa saham ini lebih disebabkan ekspektasi bahwa kinerja baru akan membaik pada kuartal III dan kuartal IV 2016
Sumber : http://www.infovesta.com, diolah
Untuk angka pertumbuhan ekonomi terdapat 2 versi yaitu 4.79 dan 5.04% yang bisa dilihat pada rilis BPS. Menurut saya, angka yang tepat adalah 4.79% karena pada tahun 2015 bisa dirasakan secara nyata bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, untuk tahun 2016, perkiraan Panin Asset Management untuk IHSG berdasarkan kondisi fundamental adalah 5300 – 5500. Jika ditambah dengan dukungan sentimen positif, bisa mencapai 5800 – 6000. Namun yang lebih penting adalah dengan asumsi dana repatriasi luar negeri dan deklarasi dalam negeri wajib disimpan selama 3 tahun dalam NKRI, maka potensi hasil investasi di pasar modal baik untuk saham, obligasi dan reksa dana untuk 3 tahun ke depan masih sangat positif.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Sumber Gambar : Istockphoto, Yahoo Finance dan BPS
Sumber Data : Panin Asset Management, BPS dan Infovesta, diolah






Tinggalkan Balasan ke Tri Batalkan balasan