Tahun 2011 benar-benar menjadi ujian bagi para investor reksa dana. Bagi investor jangka panjang, yang baru-baru ini mungkin sudah kehilangan seluruh keuntungan dari awal tahun atau bahkan sudah merugi, sekaligus juga ujian mental bagi investor yang baru masuk beberapa bulan terakhir dan sudah merasakan ganasnya fluktuasi pasar. Banyak investorpun bertanya-tanya, apakah sekarang saat yang tepat untuk masuk atau tidak. Berdasarkan statistik yang dikumpulkan pada artikel terdahulu http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/09/16/988/ pada saat kondisi pasar turun justru banyak investor reksa dana saham ” giat” melakukan pembelian.
Jika pada artikel terdahulu kita membahas tentang bagaiman perilaku investor reksa dana pada saat market bergejolak, dalam artikel kali ini saya ingin membahas tentang bagaimana kinerja reksa dana pada saat pasar bergejolak. Jenis reksa dana yang dibahas adalah reksa dana saham, campuran dan pendapatan tetap. Bagaimana kinerja dari ketiga reksa dana tersebut secara umum?
Secara teori, obligasi memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan saham. Sebab obligasi memiliki jangka waktu jatuh tempo yang pasti, sehingga kecuali bangkrut, harga obligasi pasti akan kembali ke harga 100 atau par meskipun dalam perjalanannya bisa naik turun. Kedua, obligasi memberikan tingkat return yang pasti dalam bentuk kupon (kecuali zero coupon bond). Memang ada saham yang juga memberikan dividen baik secara insidental ataupun reguler namun besarnya dividen tersebut tidak pasti karena selain ditentukan oleh tingkat keuntungan perusahaan, juga ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Karena memiliki kepastian harga dan kupon itulah membuat risiko obligasi lebih kecil dibandingkan saham.
Nah, logikanya ketika terjadi gejolak, harga obligasi akan bergejolak namun dengan derajat yang jauh lebih kecil dibandingkan saham, oleh karena itu seyogianya reksa dana yang berinvestasi pada obligasi (reksa dana pendapatan tetap) juga akan mengalami gejolak harga yang lebih kecil dibandingkan jenis reksa dana saham. Untuk membuktikan hal tersebut, mari kita lihat perbandingan kinerja antara rata-rata reksa dana saham, campuran (berinvestasi pada saham dan obligasi) dan rata-rata reksa dana pendapatan tetap di Indonesia dari awal tahun hingga sekarang.
Dari informasi grafik di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata reksa dana saham dari awal tahun membukukan kinerja -11.41%, dibandingkan dengan reksa dana campuran yang -5,4% dan reksa dana pendapatan tetap yang positif 7,26%. Secara risiko yang diukur dengan annualized risk (Standar deviasi yang disetahunkan), risiko reksa dana pendapatan tetap juga jauh lebih kecil dibandingkan reksa dana campuran dan saham. Terbukti kinerja terendah yang pernah dialami hanya -2.47% dibandingkan reksa dana campuran dan saham yang sempat mencapai -6,64% dan -12,74%.
Apa yang bisa kita pelajari dari grafik di atas?
- Bahwa reksa dana itu tidak hanya reksa dana saham, namun ada juga reksa dana campuran dan pendapatan tetap yang risikonya lebih kecil.
- Meski kondisi pasar sangat ganas, ternyata reksa dana pendapatan tetap masih bisa membukukan keuntungan.
- Kebanyakan reksa dana campuran di Indonesia memiliki komposisi yang lebih condong ke investasi saham sehingga kerugian dan gejolak harganya sebetulnya mirip dengan reksa dana saham
- Sebagai investor kita harus memperluas pandangan dan pilihan investasi agar jangan hanya melihat jenis reksa dana saham saja akan tetapi juga jenis reksa dana lainnya. Dengan pilihan investasi yang lebih luas kita dapat membentuk portofolio yang terdiversifikasi sehingga secara keseluruhan kerugian portofolio lebih kecil atau bukan tidak mungkin kita tetap untung ketika kondisi pasar bergejolak. Dengan kata lain ada baiknya investor membentuk portofolio investasi yang terdiri dari reksa dana yang berbeda untuk mengantisipasi ketika pasar bergejolak dan memaksimalkan keuntungan ketika pasar naik.
- Ketika memiliki tujuan investasi yang sifatnya jangka pendek, pilihan reksa dana pendapatan tetap yang lambat namun pasti bisa menjadi alternatif. Jangan tergiur pada keuntungan besar dari reksa dana saham namun melupakan faktor risikonya
Demikian artikel pendek ini, semoga bermanfaat.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.


Tinggalkan Balasan ke Adrianus Batalkan balasan