Akhir-akhir ini kata “Investment Grade” merupakan salah satu isu yang aktif diperbincangkan. Investment Grade, secara sederhana, adalah sebutan untuk negara yang telah memiliki rating minimal BBB atau Baa (dalam versi yang lain). Dengan mencapai investment grade, berarti suatu negara masuk dalam kategori “layak investasi”. Pertanyaan utamanya adalah apa dampak investment terhadap investor? khususnya investor yang berinvestasi di produk reksa dana?
sumber Kontan.co.id
Sejarah Singkat Peringkat Surat Hutang Indonesia
Berhubung dengan banyaknya perusahaan pemeringkat surat hutang yang ada, belum semua memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia. Dari 5 perusahaan yang disebutkan di atas, hanya 3 yang sudah memberikan rating setara investment grade. Ketiga perusahaan tersebut yaitu Moody, Fitch dan JCRA. Namun yang umumnya menjadi acuan utama di Dunia adalah Moody, Fitch dan S&P. Jika ketiga perusahaan tersebut sudah menyatakan Indonesia investment grade, maka resmilah sudah. Namun mari kita berharap jangan sampai Indonesia berhenti hanya di status BBB. Ke depan, kita harus tetap berkembang agar bisa menjadi AAA.
Investment Grade dan Pasar Obligasi
Kembali ke pertanyaan utama, tentu yang ingin diketahui investor adalah bagaimana atau seberapa dampak dari kategori Investment Grade tersebut terhadap kinerja reksa dananya.
Dampak langsung dari investment grade adalah lebih ke pasar obligasi. Coba anda perhatikan negara yang ratingnya AAA seperti Singapura dan Jepang. Yield / imbal hasil Obligasi yang jatuh temponya 10 tahun hanya berkisar antara 1% – 1,5%. Bandingkan dengan Indonesia yang di kisaran 5%-6%.
Mengapa investor tetap mau investasi di Jepang atau Singapura yang imbal hasilnya hanya seperempat atau seperlima dibandingkan Indonesia? Jawabannya sederhana, investor merasa Jepang dan Singapura lebih aman. Negara dengan rating yang tinggi umumnya memiliki tingkat inflasi yang rendah, sehingga kenaikan harga barangnya tidak secepat kenaikan harga barang di Indonesia. Belum lagi pertimbangan faktor keamanan, kestabilan politik, kemudahan usaha dan tingkat korupsi yang lebih rendah.
Jadi, semakin tinggi rating suatu negara, maka umumnya tingkat inflasi akan semakin rendah. Tingkat inflasi yang rendah selanjutnya akan membuat suku bunga tabungan dan kredit di bank juga semakin rendah. Turunnya suku bunga bank akan membuat ekspektasi orang terhadap imbal hasil obligasi juga semakin rendah. Oleh karena itu, dampak dari investment grade secara langsung adalah pada pasar obligasi terutama pada semakin rendahnya tingkat imbal hasil (yield) yang diharapkan. (pada postingan lebih lanjut saya akan menjelaskan lebih detail mengenai Yield Obligasi)
Efek utama daripada penurunan Yield adalah meningkatnya harga obligasi. Harga obligasi memiliki hubungan yang terbalik dengan yield obligasi. Jika Yield naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika Yield Turun maka harga obligasi akan naik. Apa dampak dari meningkatnya harga obligasi? Tentu reksa dana yang basisnya obligasi akan mengalami peningkatan harga seperti reksa dana pendapatan tetap dan campuran.
Jika diibaratkan, obligasi adalah tanah, reksa dana adalah bunga dan rating investment grade adalah air. Semakin subur tanah karena disirami dengan tekun, maka bunganya juga akan tumbuh dengan indah di atasnya. Namun ingat, kalau airnya kebanyakan, maka bunganya bisa terendam dan mati. Artinya jika harga obligasi naik terlalu tinggi karena euforia yang berlebihan, maka investor juga harus hati-hati!!
Bagaimana dengan reksa dana saham?
Sayang sekali, rating investment grade meski merupakan air yang penuh dengan nutrisi, “tanah”nya bukan obligasi melainkan saham. Nutrisi yang dibutuhkan saham juga berbeda dengan obligasi, antara lain seperti kinerja perusahaan dan emiten, aturan pemerintah, psikologis investor, dan faktor fundamental teknikal lainnya. Jadi meski dampaknya positif, namun tidak langsung dan menurut saya tidak berlangsung lama.
Demikian sharing saya kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi anda semua. Terima kasih.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.



Tinggalkan komentar