Akhir-akhir ini topik Syariah merupakan topik yang cukup banyak dibahas di pasar modal. Selain karena timing menjelang bulan puasa, juga karena tekad dari pemerintah Indonesia untuk memajukan pasar modal Syariah. Penjelasan tentang investasi pasar modal terkait syariah sebelumnya sudah pernah saya jelaskan di Macam-macam Investasi Syariah.
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin membuktikan apakah mitos yang selama ini menyebutkan bahwa investasi syariah, khususnya saham dan reksa dana syariah identik dengan sektor komoditas (pertanian, perkebunan, dan pertambangan). Sebab, sesuai dengan prinsip syariah, perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, asuransi, dan sekuritas yang mengandung unsur bunga dan ketidakpastian dalam bisnisnya tidak dapat masuk dalam kategori tersebut.
Di luar sektor tersebut, tentunya yang tersisa, logikanya adalah sektor komoditas. Apalagi Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman sumber daya kekayaan alamnya. Benarkah Syariah Identik dengan Sektor Komoditas?
Kategori Sektor Saham Indonesia
Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui bersama tentang pengkategorian sektor saham di Indonesia. Secara umum, saham dikategorikan menjadi Sektor dan Sub sektor. Sektor secara umum terdiri dari 9 sektor yang masing-masing memiliki indeks tersendiri. Ke 9 sektor antara lain:
- Agrikultur (Pertanian, Perkebunan)
- Pertambangan
- Industri Dasar dan Kimia
- Industri Lain
- Penghasil Barang Konsumsi (Consumer Group)
- Property, Real Estate dan Konstruksi
- Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
- Keuangan
- Perdagangan, Jasa dan Investasi
Namun anehnya ketika anda mengecek ke website Bursa Efek Indonesia, ada kategori ke 10 yaitu Manufaktur. Namun dalam kategori saham, Manufaktur tidak menjadi Sektor Utama. Kinerja YTD dari sektor tersebut adalah sebagai berikut:
Dari grafik di atas, terlihat jelas bahwa sektor properti adalah sektor dengan pertumbuhan terbaik tahun ini. Sementara sektor agrikultur dan pertambangan, yang berdasarkan hipotesis awal, merupakan cerminan dari sektor syariah merupakan sektor dengan kinerja yang terburuk.
Kemudian, di luar 9 sektor dan 10 indeks tersebut, ada lagi kategori baru berdasarkan nilai ekuitas. Memang ada beberapa kriteria, namun secara sederhana, perusahaan dengan book value antara 5 – 100 milliar dikategorikan sebagai Papan Pengembang (Development Board) dan perusahaan dengan book value di atas Rp 100 milliar dikategorikan sebagai Papan Utama (Main Board). Tidak ada definisi Blue Chip atau Small Chip yang jelas, namun jika ingin menggolongkan berdasarkan ukuran, sudah dibuatkan 2 kategori yaitu Papan Utama dan Papan Pengembang. Berhentilah menggunakan istilah Blue Chip, gunakanlah istilah yang benar. Kinerja dari kedua kategori berdasarkan Main Board Index (MBX) dan Development Board Index (DBX) untuk periode yang sama adalah sebagai berikut:
Di luar 10 Sektor dan 2 Papan, masih ada lagi Indeks-indeks yang dikembangkan lainnya, baik itu pengembangan dari Bursa Efek Indonesia ataupun kolaborasi dengan perusahaan lain seperti:
- LQ-45
- IDX 30
- Jakarta Islamic Index (JII)
- Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
- PEFINDO 25
- Infobank 15
- Bisnis 27
- SMinfra 18
- Sri Kehati
- Kompas 100
Fokus kita kali ini bukan pada sektor tersebut sehingga anda bisa coba googling untuk mengetahui lebih lanjut atau kita bahas dalam kesempatan yang lain. Kembali ke pertanyaan utama, apakah Syariah = Komoditas?
Indeks Acuan Syariah = ISSI
Untuk melihat hal tersebut, ada beberapa pendekatan yang bisa dipergunakan. Namun cara yang paling baik adalah dengan melihat komponen saham dari penyusun ISSI sendiri. ISSI merupakan singkatan dari Indeks Saham Syariah Indonesia, merupakan suatu indeks yang mencerminkan kinerja dari saham-saham yang sesuai dengan kriteria Syariah di Indonesia. Semua reksa dana berbasis Syariah di Indonesia, mau tidak mau harus berinvestasi pada saham-saham masuk dalam kategori indeks ini. Dengan membedah indeks ini, bisa kita ketahui apakah komponen penyusun terbesar pada indeks didominasi oleh sektor apa.
Dengan menggunakan data Bursa Efek Indonesia, saya mendapatkan informasi bahwa ISSI per 17 Mei 2013 :
1. Terdiri dari 303 Saham
2. Total Kapitalisasi Pasar (jika semua perusahaan dibeli di harga pasar) 2.928 Triliun
3. Komposisi per Sektor dan Jumlah Saham Sebagai berikut:
4. Fakta bahwa sektor komoditas (Agrikultur dan Pertambangan) bukan merupakan sektor yang mendominasi dalam indeks ISSI, maka meskipun tahun ini kinerja kedua sektor tersebut kurang begitu baik, mayoritas reksa dana saham masih mampu memberikan return di atas IHSG dan ISSI.
Kesimpulan
Berdasarkan fakta di atas, sudah jelas bahwa Syariah BUKAN Komoditas. Malahan sektor konsumsi dan infrastruktur, dimana memiliki komposisi yang dominan dalam penyusunan Indeks Saham Syariah Indonesia. Kedua sektor tersebut, dalam jangka panjang, seharusnya sejalan dengan rencana pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sehingga diharapkan prospeknya juga akan baik. Selain itu, jumlah saham yang telah mencapai lebih dari 300 memberikan keleluasaan bagi Manajer Investasi untuk menyusun strategi investasi meskipun tidak bisa berinvestasi pada sektor perbankan dan perusahaan rokok.
Demikian artikel ini, semoga dapat bermanfaat bagi anda semua. Sebagai informasi, bagi anda yang ingin memperdalam pengetahuan anda, Panin Asset Management bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal Syariah setiap bulan sepanjang tahun 2013. Informasi pendaftaran bisa diperoleh di sekolahpasarmodal.idx.co.id atau mendaftar langsung ke pradapaningsih@idx.co.id
Sumber Data dan Foto: http://www.idx.co.id, http://www.infovesta.com, http://www.istockphoto.com, diolah
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.




Tinggalkan Balasan ke Iqbal Batalkan balasan