Rudiyanto

Hingga pertengahan semester I 2011 ini, kinerja bursa saham masih sangat kondusif. Kenaikan IHSG didukung dengan semakin tingginya animo masyarakat pada investasi reksa dana, menyebabkan para Manajer Investasi berlomba-lomba untuk meningkatkan jumlah dana kelolaan. Selain dengan produk yang ada, beberapa Manajer Investasi juga mencoba menjaring nasabah dengan cara mempromosikan reksa dana yang baru. Tidak tanggung-tanggung, total reksa dana yang terbit hingga 25 Oktober ini mencapai 97 reksa dana, yang mayoritas didominasi oleh jenis reksa dana terproteksi.

Reksa dana yang baru terbit, ibarat masih “Fresh from Oven”. Sering kali investor tertarik untuk membeli reksa dana tersebut karena alasan seperti sudah percaya dan puas dengan kinerja reksa dana Manajer Investasi yang diterbitkan sebelumnya, ada yang karena reksa dana tersebut memiliki strategi investasi yang berbeda dengan reksa dana sebelumnya sehingga reksa dana baru bisa menjadi diversifikasi, ada pula yang percaya karena reksa dana baru, mumpung masih murah karena harganya masih 1000 tentu potensi kenaikan harganya bisa lebih dari reksa dana tua bangkotan lainnya yang harganya sudah jauh lebih tinggi. Untuk spesifik alasan no 3 sudah kita bahas di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/04/18/reksa-dana-mahal-reksa-dana-murah-2/ bagi yang ingin mereview kembali bisa membaca artikel bersangkutan.

Apapun alasannya, reksa dana baru selalu memiliki daya tarik yang tersendiri bagi masing-masing investor. Dalam sharing kali ini saya akan membahas tentang bagaimana sepak terjang dari reksa dana saham baru di 2011, terutama reksa dana saham. Untuk jenis reksa dana lain akan dibahas pada kesempatan lain agar artikel tidak terlalu panjang.Sebagai informasi, reksa dana yang diterbitkan pada tahun 2011 ini antara lain:

*Yang dimaksud dengan tanggal terbit adalah tanggal saat NAB/Up dipublikasikan di koran dengan nilai 1000 atau 1

sumber : Infovesta.com, diolah

Salah satu hal yang menarik adalah ternyata baru pertama kali dalam sejarah reksa dana Indonesia terdapat reksa dana saham yang berbasis US Dollar. Reksa dana tersebut bernama Manulife Greater Indonesia Fund dan diterbitkan oleh PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia. Namun sayangnya informasi mengenai reksa dana tersebut masih belum update di website manajer investasi bersangkutan sehingga saya belum mengetahui terlalu banyak mengenai produk ini.

Pengukuran Kinerja Reksa Dana Baru

Ada banyak cara yang bisa dipergunakan untuk mengukur kinerja reksa dana baru. Ada yang bisa menggunakan kinerja risk and return, ada pula yang bisa melihat dari sisi Jumlah Dana Kelolaan untuk mengukur kemampuan pemasarannya. Khusus untuk pengukuran kali ini, saya hanya menggunakan pengukuran dari sisi return saja. Karena merupakan reksa dana saham, maka definisi baik tidaknya reksa dana bisa diperoleh dengan membandingkan kinerja reksa dana tersebut dengan IHSG. Karena periode terbitnya masing-masing reksa dana saham berbeda-beda, maka IHSG yang menjadi patokan juga berbeda-beda sesuai dengan periode terbitnya reksa dana. Hasil pengukuran adalah sebagai berikut:

Dari perbandingan di atas, bisa dilihat bahwa ternyata jika dibandingkan dengan IHSG pada saat yang sama, ternyata kinerja reksa dana saham yang baru ini ada yang lebih baik ada juga yang tidak. Jika dilihat ada pula reksa dana yang mungkin bisa dibilang “kurang beruntung” dari sisi timing penerbitan karena terbit saat IHSG sedang di puncak-puncaknya yang berada di level 4000an dan kemudian anjlok bersama IHSG.

Kebijakan Investasi Yang Lebih Longgar

Yang perlu menjadi perhatian investor disini adalah reksa dana baru, dibandingkan reksa dana yang sudah lama memiliki 1 keuntungan yang pasti. Dimana reksa dana yang berusia kurang dari 1 tahun diberikan kelonggaran agar proporsi investasinya bisa tidak sesuai dengan prospektus. Misalnya reksa dana saham diharuskan memiliki minimal 80% pada saham, namun bagi reksa dana yang baru terbit aturan tersebut bisa tidak dipenuhi oleh Manajer Investasi. Dengan demikian ketika kondisi pasar turun, bisa saja penurunan reksa dana tersebut sangat kecil atau tidak turun karena kebetulan memiliki 80 – 100% di instrumen pasar uang. Hal ini tentu tidak adil jika kita membandingkan kinerja reksa dana tersebut dengan reksa dana saham lain yang diharuskan memiliki 80% investasi pada saham.

Sebetulnya pertimbangan utama dari peraturan di atas adalah masa “penyesuaian”. Karena masih baru, maka Manajer Investasi masih berusaha mengumpulkan dananya. Dalam kondisi dana relatif kecil (misalnya Rp 50 milliar dan langsung dibelanjakan saham) kemudian karena mendapat kepercayaan sehingga dana masuk cukup besar (katakan Rp 50 milliar lagi), hal ini akan menyebabkan dana kelolaan reksa dana tersebut menjadi 50% saham : 50% kas. Tentu pelanggaran ini tidak disengaja oleh Manajer Investasi. Selain itu, Manajer Investasi tentunya memiliki pertimbangan untuk melakukan timing investasi dan tidak memaksakan untuk menginvestasikan uang baru tersebut sehingga langsung sesuai dengan ketentuan dalam prospektus. Hal di atas itulah yang mendasari kenapa ada masa penyesuaian tersebut. Dengan asumsi sudah 1 tahun, seharusnya dana yang terkumpul sudah relatif besar dan strategi investasi sudah lebih terarah sehingga Manajer Investasi diwajibkan untuk mengikuti aturan dalam prospektus setelah reksa dana beroperasi dalam 1 tahun.

Demikian sharing kali ini, semoga bisa bermanfaat bagi anda. Saya juga menanti kedatangan bapak ibu sekalian pada talkshow Sabtu ini tanggal 29 Oktober nanti. Semoga hasil sharing yang saya bawakan pada acara tersebut bisa bermanfaat bagi investasi anda. Informasi acara bisa dilihat di http://www.kontan.co.id/landpage/workshop_shareandlearn.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang.